122 kepada semua pihak yang terlibat dengan implementasi kebijakan
pendidikan kesetaraan.
c. Kejelasan
Informasi yang disampikan harus secaa jelas dapat dipahami oleh semua pihak ang terlinat di dalam implementasi sebuah kebijakan.
hal tersebut sesuai dengan pendapat Joko Widodo 2008: 97, bahwa kebijakan publik yang disampaikan kepada para pelaksana kebijakan,
kelompok sasaran
kebijakan, dan
pihak-pihak lain
yang berkepentingan secara langsung maupun tidak langsung terhadap
kebijakan mengetahui dengan jelas tentang kebijakan, baik tentang maksud, tujuan dan sasaran, serta substansi dari kebijakan.
Kejelasan informasi
tentang kebijakan
pendidikan kesetaraan diusahakan oleh Seksi Pembinaan Pendidikan Non
Formal melalui penyampaian informasi kebijakan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung oleh Seksi Pembinaan
Pendidikan Non Formal kepada lembaga penyelenggara kebijakan,
sasaran kebijakan, dan pihak-pihak lain yang terlibat. Secara langsung informasi kebijakan pendidikan kesetaraan disampaikan
melalui sosialisasi dan rapat rutin, dan secara tidak langsung melalui surat edaran serta pemberitahuan melalui komunikasi elektronik
yaitu melalui Group WhatsApp pendidikan kesetaraan yang sengaja dibuat untuk mempermudah komunikasi dan penyampaian
informasi. Dengan adanya hal tersebut diharapkan semua pihak yang
123 terlibat di dalam pelaksanaan pendidikan kesetaraan dapat dengan
jelas memahami informasi dan mampu melaksanakan tugasnya dengan optimal.
Melalui upaya tersebut, kejelasan informasi kebijakan pendidikan kesetaraan seperti tujuan, standar proses, dan berbagai
peraturan pelaksanaan kebijakan pendidikan kesetaraan mampu dipahami oleh staf pelaksana kebijakan pendidikan kesetaraan di
Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan, dan pihak lain yang terlibat di dalam
implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan. Akan tetapi berdasarkan data observasi di lapangan, pemahaman tersebut belum
optimal. Hal
tersebut dibuktikan
dengan belum
adanya pengembangan kurikulum muatan lokal, keterampilan fungsional,
dan pengembangan kepribadian oleh pelaksana kebijakan karena masih terbatasnya pengetahuan tentang bagaimana pengembangan
kurikulum tersebut oleh pelaksana kebijakan yaitu staf Seksi Pendidikan Non Formal
dan lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan.
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa kejelasan komunikasi dalam implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan di
Kabupaten Pacitan telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan upaya yang dilakukan oleh Seksi Pembinaan
Pendidikan Non Formal dalam menyampaikan informasi kebijakan,
124 akan tetapi belum maksimal karena informasi kebijakan belum
seluruhnya dipahami oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam implementasi kebijakan pendidikan kesetaraan.
Berdasarkan beberapa pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi kebijakan pendidikan kesetaraan di Dinas Pendidikan
Kabupaten Pacitan belum berjalan secara efektif. Dibuktikan dengan belum terpenuhinya dimensi kejelasan, yaitu belum semua pihak yang
terlibat dalam kebijakan pendidikan kesetaraan memahami dengan baik maksud dan tujuan informasi yang dikomunikasikan.
2. Sumber Daya dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Kesetaraan