HUBUNGAN NAFS DENGAN RUH, QALB, DAN ‘AQL DALAM STRUKTUR KEPRIBADIAN

118 119 PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA

D. HUBUNGAN NAFS DENGAN RUH, QALB, DAN ‘AQL DALAM STRUKTUR KEPRIBADIAN

MANUSIA Secara implisit Alquran menginformasikan bahwa manusia memiliki tiga aspek pembentuk totalitas yang secara tegas dapat dibedakan, namun secara pasti tidak dapat dipisahkan. Ketiga aspek itu adalah jismiyah fisik, biologis, ruhaniyah spiritual, transendental dan nafsiyah psikis, psikologis Struktur kepribadian manusia dapat digambarkan sebagai berikut: Jasad dan rùh merupakan dimensi yang berlawanan sifatnya. Jasad sifatnya kasar dan indrawi atau empiris serta kecenderungannya ingin mengejar kenikmatan duniawi dan material. Rùh sifatnya halus dan gaib serta kecenderungannya mengejar kenikmatan samawi, ruhaniyah dan ukhrawiyah. Esensi yang berlawanan ini pada prinsipnya saling membutuhkan. Jasad tanpa rùh merupakan subtansi yang mati, sedang ruh tanpa jasad tidak dapat teraktualisasi. Rùh sebagai kekuatan yang berasal dari Allah yang ditiupkan ke jasad manusia saat berusia 120 hari. Nafs merupakan sinergi antara jasad dan rùh sinergi psikofisik. Dengan nafs maka masing-masing keinginan jasad dan rùh dalam diri manusia bisa terpenuhi. Struktur nafsani ini terbagi atas tiga bagian yaitu qalb, ‘aql, dan nafs. Integrasi ketiga jenis nafsani ini yang akan mela- hirkan perilaku, baik perilaku lahir maupun batin yang disebut dengan kepribadian. semoga kamu memiliki dorongan moral untuk meninggalkannya QS Al- ’Anam [6]: 151. c. Daya untuk mengambil pelajaran dan kesimpulan serta “hikmah” Kata ‘aql yang digunakan untuk maksud ini biasanya digunakan kata rusyd. Daya ini menggabungkan kedua daya di atas, sehingga ia mengandung daya memahami, daya menganalisis, dan menyimpulkan, serta dorongan moral yang disertai dengan kematangan berpikir. Seseorang yang memiliki dorongan moral, boleh jadi tidak memiliki daya nalar yang kuat, dan boleh jadi juga seseorang yang memiliki daya pikir yang kuat, tidak memiliki dorongan moral, tetapi seseorang yang memiliki rusyd, maka dia telah menggabungkan kedua keistimewaan tersebut. Allah berfirman tentang kemampuan akal sebagai pengambil hikmah sebagai berikut dalam Q.S al-Baqarah ayat 186 yang berbunyi: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada- Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. Allah juga berfirman dalam Q.S al-Mulk ayat 10 yang berbunyi: Dan mereka berkata seandainya kami mendengar dan berakal maka pasti kami tidak termasuk penghuni neraka QS Al-Mulk [67]: l0 Demikian sekilas tentang pengertian kata nafs, ‘aql, rùh, dan qalb yang merupakan kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan jiwa manusia. sŒÎuρ y7s9ry™ “ÏŠt6Ïã ©Íh_tã ’ÎoΤÎsù ë=ƒÌs Ü=‹Å_é nοuθôãyŠ Æí¤ sŒÎ ÈβtãyŠ θç6‹ÉftGó¡uŠù=sù ’Í θãΖÏΒ÷σã‹ø9uρ ’Î1 öΝßγ¯=yès9 šχρ߉ä©ötƒ ∩⊇∇∉∪ θä9suρ öθs9 ¨Ζä. ßìyϑó¡nΣ ÷ρr ã≅É÷ètΡ tΒ ¨Ζä. þ’Îû É=≈ptõ¾r ÎÏè¡¡9 ∩⊇⊃∪ MANUSIA JISMIYAH NAFSIYAH RUHANIYAH AL RUH HABLUN MINANNAS AL FITRAH HABLUN MINALLAH HAWA NAFSU AKAL KALBU GHADAB SYAHWAT 120 121 PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA memiliki natur gabungan antara jasad dan ruh. Apabila ia berorientasi pada natur jasad maka tingkah lakunya menjadi buruk dan celaka, tetapi apabila mengacu pada natur ruh maka kehidupannya menjadi baik dan selamat. Nafs dipersiapkan untuk dapat menampung dan mendorong manusia untuk melakukan perbuatan baik dan buruk. Menurut Quraish Shihab, pada hakikatnya potensi positif lebih kuat daripada potensi negatif. Hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat daripada kebaikan. Untuk itulah manusia senantiasa dituntut untuk memelihara kesucian nafsnya. Tiga dimensi aspek nafsiyah: pertama, al-nafs al-ammarah hawa nafsu. Dimensi ini memiliki sifat kebinatangan dalam sistem psikis manusia. Namun demikian ia dapat diarahkan kepada kemanusiaan setelah bersinergi dengan dimensi lainnya. Prinsip kerja hawa nafsu meng- ikuti prinsip kenikmatan pleasure principle dan berusaha mengumbar impuls-impuls agresif dan seksualnya. Apabila impuls ini tidak terpenuhi maka terjadilah ketegangan. Apabila manusia mengumbar dominasi hawa nafsu maka kepribadiannya tidak akan mampu bereksistensi secara baik. Manusia model ini sama dengan binatang bahkan lebih buruk lagi, sebagaimana firman Allah dalam QS al-A’raf: ayat 179 yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.. Kedua, nafsu sebagai daya nafsani memiliki banyak pengertian antara lain: a nafsu merupakan nyawa manusia, yang wujudnya berupa angin yang keluar masuk di dalam tubuh manusia. b nafsu merupakan sinergi jasmani-ruhani manusia dan merupakan totalitas struktur kepribadian manusia. dan c nafsu merupakan bagian dari daya nafsani yang memiliki dua daya, ghadabiyah dan syahwaniyah. Ghadab adalah daya atau berpotensi untuk menghindari diri dari yang membahayakan. Ghadab memilki potensi hawa nafsu dengan natur seperti binatang buas, menyerang, membunuh merusak, menyakiti, Aspek jasmaniyah memiliki bentukrupa, kuantitas, bergerak diam, tumbuh, berkembang, jasad yang terdiri dari berbagai organ material yang substansi sebenarnya mati. Kehidupannya adalah karena dimotori oleh substansi lain, yaitu nafs dan ruh. Dengan kata lain aspek jismiah ini bersifat deterministik-mekanistik. Aspek ruhaniyah bersifat spiritual karena ia merupakan potensi luhur batin manusia. Fungsi ini muncul dari dimensi al-ruh atau spiri- tual sisi jiwa yang memiliki sifat-sifat ilahiyah dan memiliki daya untuk menarik dan mendorong dimensi-dimensi lainnya untuk mewujudkan sifat-sifat Tuhan dalam dirnya. Perwujudan dari sifat dan daya itu mem- berikan potensi secara internal untuk menjadi Khalifah Alllah mewujud- kan sifat-sifat Allah secara nyata dalam kehidupannya di bumi untuk mengelola dan memanfaatkan bumi Allah. Struktur rùh memberikan ciri khas dan keunikan tersendiri bagi psi- kologi Islam. Rùh merupakan substansi psikologis manusia yang menjadi esensi keberadaannya. Rùh membutuhkan jasad untuk aktualisasi diri. Sampai saat ini belum ada yang memahami hakikat rùh secara pasti, karena ruh merupakan sebuah misteri ilahi. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa rùh merupakan urusan dan atau hanya dipahami oleh Allah. Manusia sama sekali tidak memahaminya kecuali sedikit QS. Al-Isr ±: 85. Rùh adalah aspek psikis manusia yang bersifat spiritual dan transen- dental. Bersifat transendental karena merupakan dimensi psikis manusia yang mengatur hubungan manusia dengan yang Maha Tinggi. Fungsi ini muncul dari dimensi al-fi ¯ rah. Al- fi ¯ rah dipandang dari sudut kapasitas hubungannya dengan Allah atau hablun minallah. Al- fi ¯ rah bermuara pada manusia sebagai hamba Allah. Quraish Shihab mengartikan fi ¯ rah sebagai unsur, sistem dan tata kerja yang diciptakan Allah pada makhluk sejak awal kejadiannya sehingga menjadi bawaannya. Sejak asal kejadiannya manusia telah membawa potensi keberagamaan yang benar yang diartikan para ulama dengan tauhid. Sebagaimana QS Ar Rùm:30 yang artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama yang benar. Fi ¯rah Allah yang telah menciptakan manusia atasnya fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fi¯rah Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Aspek Nafsiyah. Aspek nafsiah adalah keseluruhan kualitas khas kemanusiaan berupa pikiran, perasaan, kemauan, dan kebebasan. Nafs 122 123 PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA mendominasi jiwa manusia maka menimbulkan kepribadian yang tenang al-nafs al-mu ¯ mainnah Hubungan antara nafs, ruh, qalb, dan ’aql disebut pribadi atau individu. Tiap pribadi memiliki kepribadian yang berbeda sesuai dengan komponen yang paling dominan dalam dirinya. Seseorang yang didominasi oleh nafs al-ammarah akan memiliki Kepribadian Amarah didominasi nafsu. Seseorang yang didominasi oleh nafs lawwâmah akan memiliki kepri- badian lawwâmah Nafs yang tercela. Kepribadian lawwâmah didominasi akal. Seseorang yang didominasi oleh nafs al- mu ¯ mainnah akan memiliki kepribadian mu ¯ mainnah Nafs yang membawa kedamaian. Kepribadian Mutmainnah didominasi qalb dan membuat yang lain menderita. Ketika potensi ini dikelola dengan baik, maka ia menjadi kekuatan atau kemampuan qudrah. Syahwat adalah daya yang berpotensi untuk menginduksi diri dari segala yang menyenangkan. Syahwat memiliki natur binatang jinak, naluri dasar seks, erotisme, dan segala tindakan pemuasan birahi. Hawa nafsu berorientasi pada jasad, yang kekuatan utamanya adalah indra. Daya indrawi hawa nafsu, menurut Ibnu Sina, ada dua macam yaitu indra lahir external senses yang berupa panca indra dan indra batin internal senses yaitu proses penyimpanan dan pengeluaran memori. Al-‘aql akal. Dimensi akal adalah dimensi psikis yang berada antara nafsu dan qalb. Akal menjadi perantara dan penghubung antar kedua dimensi tersebut berupa fungsi pikiran yang merupakan kualitas insaniyah pada psikis manusia. Akal merupakan bagian dari daya insani yang me- miliki dua makna. Akal jasmani, yang lazim disebut sebagai otak. Akal ruhani yaitu cahaya ruhani dan daya nafsani yang dipersiapkan untuk memperoleh pengetahuan. Secara jasmaniah ia berkedudukan di otak, memiliki daya kognisi, dengan potensi bersifat argumentatif istidhlaliah dan logis aqliah, yang apabila mendominasi jiwa manusia maka akan menimbulkan kepribadian yang labil al-nafs al-laww ± mah. Akal mampu mengantarkan manusia pada esensi kemanusiaan. Akal merupakan kesehatan fitrah yang memiliki daya pembeda antara yang baik dan buruk. Akal adalah daya pikir manusia untuk memperoleh pengetahuan yang bersifat rasional dan dapat menentukan hakikatnya Al-qalb kalbu. Al-Ghazali secara tegas melihat kalbu dari dua aspek yaitu: Kalbu jasmani adalah komponen fisik. Kalbu ruhani adalah komponen psikis yang menjadi pusat kepribadian. Kalbu ruhani memiliki karak- teristik yaitu, insting yang disebut nur ilahi dan mata batin yang meman- carkan keimanan dan keyakinan. Qalb berfungsi sebagai pemandu, pengontrol, dan pengendali semua tingkah laku manusia. Qalb memiliki natur ilahiyah yang merupakan aspek supra kesadaran. Dengan natur ini manusia tidak sekedar mengenal lingkungan fisik dan sosial, juga mampu mengenal lingkungan spiri- tual, ketuhanan, dan keagamaan. Aspek ini juga mencakup daya insani misalnya daya indrawi penglihatan dan pendengaran, daya psikologis seperti kognisi, emosi intuisi yang kuat dan afektif, konasi beraksi, ber- buat, berusaha. Qalb secara jasmaniah berkedudukan di jantung, apabila 124 125 PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA

BAB X ASPEK-ASPEK PSIKOLOGIS DALAM