10 6 10 7
PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA
BAB IX KONSEP JIWA DALAM ISLAM
A. PENGERTIAN JIWA NAFS
K
ata jiwa dalam al-Qur’an selalu disebut dengan nafs. Kata nafs mempunyai aneka makna, pada satu ayat diartikan sebagai
totalitas manusia, seperti antara lain maksud surat Al-Maidah ayat 32 berikut:
Oleh karena itu Kami tetapkan suatu hukum bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan
barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah- olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya
telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan membawa keterangan- keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-
sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.
Pada ayat lain kata nafs menunjuk kepada apa yang terdapat dalam diri manusia yang menghasilkan tingkah laku seperti maksud kandungan
firman Allah Q.S Ar-Ra’du ayat 11 berikut: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,
di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesung- guhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Menurut Quraish Shihab secara umum dapat dikatakan bahwa nafs dalam konteks pembicaraan tentang manusia, menunjuk kepada
sisi dalam manusia yang berpotensi baik dan buruk. Dalam pandangan Al-Quran, nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna untuk berfungsi
menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dari keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh Al-Quran dianjurkan
untuk diberi perhatian lebih besar kepada pemeliharaan nafs. Allah berfirman tentang kesempurnaan jiwa dalam Q.S Al-Syam ayat 7-8:
Demi nafs serta penyempurnaan ciptaan, Allah mengilhamkan kepadanya kefasikan dan ketakwaan.
Quraish Shihab menjelaskan “mengilhamkan” berarti memberi potensi agar manusia melalui nafs dapat menangkap makna baik dan buruk,
serta dapat mendorongnya untuk melakukan kebaikan dan keburukan. Di sini antara lain terlihat perbedaan pengertian kata ini menurut Al-
Qur’an dengan terminologi kaum sufi, misalnya yang dikemukakan oleh Al-Qusyairi dalam kitab yang berjudul Risalah bahwa, nafs dalam
pengertian kaum sufi adalah sesuatu yang melahirkan sifat tercela dan perilaku buruk.” Pengertian kaum sufi ini sama dengan penjelasan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang antara lain, menjelaskan arti kata nafsu, sebagai “dorongan hati yang kuat untuk berbuat kurang baik”.
Hal ini berbeda dengan penjelasan Al-Quran menegaskan bahwa nafs memiliki potensi positif dan negatif, namun Al-Qur’an juga meng-
10 6 ô⎯ÏΒ
È≅ô_r y7Ï9≡sŒ
oΨö;tFŸ2 4’n?tã
û©Í_t Ÿ≅ƒÏ™ℜuó Î
…çμ¯Ρr ⎯tΒ
Ÿ≅tFs G¡øtΡ
ÎötóÎ C§øtΡ
÷ρr 7Š|¡sù
’Îû ÇÚö‘F{
yϑ¯Ρrx6sù Ÿ≅tFs
}¨¨Ζ9 Yè‹Ïϑy_
ô⎯tΒuρ yδuŠômr
uΚ¯Ρrx6sù uŠômr
}¨¨Ψ9 Yè‹Ïϑy_
4 ô‰ss9uρ
óΟßγø?u™y_ uΖè=ß™â‘
ÏM≈uΖÉit7ø9Î ¢ΟèO
¨βÎ ZÏWx.
Οßγ÷ΨÏiΒ y‰÷èt
šÏ9≡sŒ ’Îû
ÇÚö‘F{ šχθèùÎô£ßϑs9
∩⊂⊄∪ …çμs9
×M≈t7ÉeyèãΒ .⎯ÏiΒ
È⎦÷⎫t Ïμ÷ƒy‰tƒ
ô⎯ÏΒuρ ⎯ÏμÏù=yz
…çμtΡθÝàxøts† ô⎯ÏΒ
ÌøΒr «
3 χÎ
© Ÿω
çÉitóムtΒ
BΘöθsÎ 4©®Lym
ρçÉitóムtΒ
öΝÍκŦàΡrÎ 3
sŒÎuρ yŠu‘r
ª 5ΘöθsÎ
[™þθß™ Ÿξsù
¨ŠttΒ …çμs9
4 tΒuρ
Οßγs9 ⎯ÏiΒ
⎯ÏμÏΡρߊ ⎯ÏΒ
Αuρ ∩⊇⊇∪
§øtΡuρ tΒuρ
yγ1§θy™ ∩∠∪
yγyϑoλù;rsù yδu‘θègé
yγ1uθøs?uρ ∩∇∪
10 8 10 9
PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA
Kata “menjadikan engkau adil” dipahami oleh sementara pakar seperti Yusuf Ali sebagai kecenderungan berbuat adil. Pendapat ini cukup beralasan,
karena dengan pemahaman semacam itu, menjadi amat lurus kecaman Allah terhadap manusia yang mendurhakainya.
Berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa nafs sebagai totalitas kemanusiaan dalam psikologi setara dengan istilah individualitas.
Konsep nafs mengandung makna kedirian yang terdiri dari potensi ke- takwaan dan potensi kekufuran, namun Allah menegaskan bahwa potensi
ketakwaan lebih mudah dikembangkan manusia daripada potensi ke- kufuran, hanya pengaruh lingkungan lebih mendorong manusia untuk
mengembangkan potensi kekufurannya.
B. KEANEKARAGAMAN NAFS