8 2 8 3
PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA
pemberontak yang lebih muda dan generasi yang lebih tua dan senior. Ke- enam, masa berprestasi. Orang dewasa madya yang telah bekerja keras
untuk sukses pada usia dewasa dininya akan mencapai puncak karier pada usia ini.
Ketujuh, masa evaluasi. Archer 1968 mengatakan: “selama akhir tiga puluhan dan awal empat puluhan adalah umum bagi pria untuk me-
lihat kembali keterikatan-keterikatan masa awal tersebut.” Kedelapan, masa standar ganda. Artinya pada saat ini ada standar ganda untuk laki-
laki dan perempuan. Kesembilan, masa sepi. Orang dewasa madya pada umumnya sudah berpisah dari orangtuanya atau anak-anaknya sudah
meninggalkan mereka. Kesepuluh, masa jenuh. Orang dewasa madya kadang-kadang sudah merasa jenuh dengan pekerjaannya, atau seorang
ibu kadang merasa jenuh dengan urusan rumah tangganya.
B. PERKEMBANGAN JIWA BERAGAMA PADA MASA DEWASA AWAL
Usia dewasa awal terentang dari usia 18-40 tahun. Pada usia ini orang dewasa disibukkan dengan membangun karir dan keluarga. Per-
kembangan jiwa beragama pada orang dewasa sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Penelitian yang dilakukan Universitas Colorado Button:
2010 tentang keberagamaan dua anak kembar menunjukkan bahwa genetik memiliki pengaruh yang lebih kecil terhadap keberagamaan pada
usia 18 tahun ke atas. Pengaruh yang paling besar terhadap keberagamaan saudara kembar adalah lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
Secara umum kuat lemahnya intensitas minat beragama sejalan dengan usia. Artinya semakin bertambah usia seseorang semakin tinggi
intensitas keagamaannya. Namun karena pengaruh lingkungan cukup kuat tidak jarang semakin bertambah usia seseorang semakin jauh dari
agama. Lemahnya minat beragama pada masa dewasa biasanya dise- babkan empat hal yaitu: pertama, ada tidaknya pembiasaan agama pada
masa anak-anak. Kedua, ada tidaknya praktek keagamaan pada masa anak-anak. Ketiga, kuat lemahnya persoalan yang dihadapi. Keempat, ada
tidaknya tanggung jawab agama pada anak.
Bila keempat penyebab tersebut tidak pernah diperhatikan pada masa anak-anak besar kemungkinan mereka akan menjadi orang dewasa
dan secara umum kondisi ini terjadi pada usia 30 tahun. Masa keterasingan sosial, karena mereka akan berkenalan dengan kelompok sosial baru,
mereka akan menjadi anggota kelompok baru, sebelum mereka mampu melakukan adaptasi, mereka cenderung merasa terasing.
Masa komitmen, pada masa ini terjadi penetapan gaya dan cita- cita hidup yang akan dijalaninya. Masa perubahan nilai, ada beberapa
alasan terjadinya perubahan nilai. Pertama, karena orang dewasa ingin diterima kelompoknya, maka mereka harus menerima nilai-nilai yang
berlaku di kelompoknya walaupun pada mulanya ia menentangnya. Kedua, karena umumnya masyarakat bersifat konvensional maka orang dewasa
cenderung menjadi orang yang konvensional juga. Ketiga, tanggung jawab mereka sebagai orangtua menjadikan mereka cenderung kepada
nilai-nilai konservatif dan tradisional.
Masa dewasa madya yang terjadi setelah usia 40 tahun sampai usia 60 tahun ditandai dengan 10 karakteristik yang amat penting, yaitu:
Pertama, masa dipandang sebagai periode yang sangat ditakuti, karena pada masa ini telah mulai terjadi kemunduran mental dan fisik.
Pada masyarakat modern seperti di Eropa ketakutan lebih terasa, karena penghormatan terhadap orangtua sudah mulai luntur. Kedua, masa
ini dipandang sebagai masa transisi, masa dimana mereka tidak lagi di- pandang sebagai orang dewasa muda tetapi sudah menjadi orang yang
dituakan.
Ketiga, masa stess, penyesuaian yang radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah menjadikan stres. Stres pada masa ini meliputi
stres somatik stres yang disebabkan oleh keadaan jasmani, stres budaya stres yang disebabkan penilaian yang didasarkan antara lain oleh kemu-
daan, keperkasaan, dan kesuksesan oleh budaya tertentu, stres ekonomi disebabkan beban ekonomi keluarga, dan stres psikologis disebabkan
antara lain oleh kematian suami atau istri, kepergian anak, kebosanan perkawinan atau karena merasa tidak muda lagi.
Keempat, usia berbahaya. Pria pada umumnya akan mencari kom- pensasi untuk muda kembali dan wanita merasa resah dengan mono-
pausenya, maka bagi kelompok masyarakat tertentu usia ini kadang-kadang merupakan usia yang berbahaya terhadap kelanggengan perkawinan.
Kelima, usia canggung, mereka seolah-olah berada di antara generasi
8 4 8 5
PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA
d. Tingkat ketaatan agama, berdasarkan atas pertimbangan dan tang-
gungjawab diri sehingga sikap keberagamaan merupakan realisasi diri dari sikap hidup
e. Bersikap yang lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas
f. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga keman-
tapan beragama selain di dasarkan atas pertimbangan pikiran juga di dasarkan atas pertimbangan hati nurani
g. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepri-
badian masing-masing, sehingga terikat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami, serta melaksanakan ajaran agama
yang di yakininya
h. Terlihat hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan
sosial, sehingga perhatian terhadap kepentigan organisasi sosial keagamaan sudah berkembang
C. PERKEMBANGAN JIWA BERAGAMA PADA MASA DEWASA MADYA