Ketenteraman hidup bermasyarakat Ketenangan Jiwa

126 127 PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA Allah telah memilih kata perintah “aqim” yang berarti dirikan, tegakkan, luruskan. Kualitas shalat seseorang diukur dari tingkat kekhusyu’annya, yaitu hadirnya hati dalam setiap aktifitas shalat. Al-Ghazali menyebutkan 6 enam makna batin yang dapat menyem- purnakan makna shalat, yaitu: 1 kehadiran hati, 2 kefahahaman akan bacaan shalat, 3 mengagungkan Allah, 4 “haibah” segan, 5 berharap, dan 6 merasa malu. Seorang yang lalai ketika menegakkan shalat bahkan diancam Allah akan dimasukkan ke neraka sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Q.S. al-Ma’un ayat 4-5 sebagai berikut: “Maka kecelakaanlah neraka wil bagi orang-orang yang shalat. yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya.” Rasulullah bersabda tentang kerugian orang shalat kurang khusyu’ dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah yang artinya: “Berapa banyak orang yang melaksanakan shalat, keuntungan yang diperoleh dari shalatnya, hanyalah capai dan payah saja.” HR. Ibnu Majah. Dalam menegakkan shalat yang lebih penting dan utama bukan gerakan fisik, tetapi gerakan batin. Gerakan fisik bisa diganti atau ditiadakan jika pelaku shalat dalam keadaan tidak mampu, tetapi dzikir kepada Allah dalam shalat harus tetap dijaga sepanjang penegakan shalat. Tanpa keha- diran hati, shalat hanya merupakan gerakan tanpa arti. Janji Allah mendapatkan ketenangan jiwa setelah menegakkan ibadah shalat, hanya akan diperoleh orang-orang yang menegakkan shalat dengan khusyu’. Allah berfirman dalam Q.S al-Baqarah ayat 45 tentang pertolongan yang akan diperoleh oleh orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya sebagai berikut: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”

2. Ketenteraman hidup bermasyarakat

Allah berfirman tentang hubungan ketenteraman masyarakat dengan shalat dalam Q.S. Qs. Al-Ankabùt ayat 45: artinya: “Perjanjian yang mengikat antara kami dan mereka adalah mendiri- kan shalat. Siapa yang meninggalkannya, maka sungguh dia telah kafir”H.R Muslim Ibadah shalat tidak bisa diganti atau diwakilkan. Setiap muslim laki-laki dan wanita dalam kondisi apapun: baik dalam kondisi aman, takut, dalam keadaan sehat dan sakit, dalam keadaan bermukim dan musafir wajib melaksanakan shalat. Pelaksanaan shalat dapat dilakukan dengan berbagai cara, sesuai keadaan pelakunya; kalau pelaku tidak bisa berdiri maka dia boleh duduk, kalau dia tidak bisa duduk maka dia boleh berbaring, dan seterusnya. Sebagai sebuah amalan yang wajib dilakukan terus menerus tentunya ibadah shalat memiliki banyak nilai-nilai pendidikan bagi jiwa manusia di antaranya:

1. Ketenangan Jiwa

Allah swt berfirman di dalam al-Qur’an tentang hubungan shalat dan ketenangan jiwa dalam Q.S. °àhà ayat 14 dan ar-Ra’du ayat 28: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan yang hak selain Aku, maka sembahlah Aku dan tegakkanlah shalat untuk mengingat-Ku.” “Yaitu Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah, ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah, hati menjadi tenang.” Qs. Ar-Ra’du: 28 Dua ayat di atas mengisyaratkan kepada kita, bahwa soal ketenangan jiwa adalah janji Allah yang sudah pasti akan diberikan kepada orang yang shalat. Seorang yang shalat hatinya bisa tenang bila mengingat dan dzikir kepada Allah. Sarana berdzikir yang paling efektif adalah shalat. Perintah Allah adalah tegakkan shalat, bukan laksanakan shalat. Kata “dirikan” shalat memiliki kesan adanya suatu perjuangan, ke- seriuasan, kedisiplinan, dan konsentrasi tingkat tinggi, sedangkan kata “laksanakan” cenderung melakukan suatu pekerjaan tanpa susah payah. û©Í_¯ΡÎ tΡr ª Iω tμ≈s9Î HωÎ OtΡr ’ÎΤô‰ç6ôãsù ÉΟÏruρ nο4θn=¢Á9 ü“Ìò2ÏÎ ∩⊇⊆∪ t⎦⎪Ï© θãΖtΒu™ ’⎦È⌡uΚôÜs?uρ Οßγçθè=è Ìø.ɋΠ« 3 Ÿωr Ìò2ɋΠ« ’⎦È⌡yϑôÜs? Üθè=àø9 ∩⊄∇∪ ×≅÷ƒuθsù š⎥,Íj|Áßϑù=Ïj9 ∩⊆∪ t⎦⎪Ï© öΝèδ ⎯tã öΝÍκÍEŸξ|¹ tβθèδy™ ∩∈∪ θãΖŠÏètFó™uρ Îö9¢Á9Î Íο4θn=¢Á9uρ 4 pκ¨ΞÎuρ îοuÎ7s3s9 ωÎ ’n?tã t⎦⎫Ïèϱ≈sƒø: ∩⊆∈∪ 128 129 PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA Maka datanglah sesudah mereka pengganti yang jelek yang meremehkan sholat dan menuruti hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesaatan. kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya dirugikan sedikit pun. Muhammad bin Kaab al-Qur’an Al Qurdly, Ibnu Zaid bim Aslam, dan Sady mengartikan meremehkan sholat adalah meninggalkan shalat tidak sholat. Al- Auz, Ibnu Mas’ud, Ibnu jarir, dan Ibnu Juraih meng- artikan meremehkan sholat adalah meremehkan waktu. Hasan Al-Bashri mengartikan meremehkan sholat adalah meninggalkan Masjid Tafsir Ibnu katsir: 321. Ibnu Abbas r.a menyatakan pengertian meremehkan sholat tidak berarti meninggalkan sholat itu sama sekali. Said bin Musayyib mengatakan meremehkan shalat adalah yang tidak sholat Ashar, hingga datangnya waktu maghrib, tidak sholat maghrib hingga datangnya waktu Isya dan tidak sholat Isya hingga datangnya Fajar shubuh. Saad bin Abi Waqosh menyampaikan sebuah hadis Rasul yang artinya: “Aku telah ber- tanya kepada Rasulullah tentang mereka yang melalaikan sholatnya, maka beliau menjawab yaitu mengakhirkan waktu, yakni mengakhirkan waktu sholat”.

3. Dimensi medis shalat