The Fairly Tale Stage Tingkat Dongeng The Realistic Stage Tingkat Kepercayaan Teori Fitrah

52 53 PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA Selanjutnya dipahami juga, bahwa fitrah adalah bagian dan khalq pen- ciptaan Allah. Kalau kita memahami kata la pada ayat tersebut dalam arti “tidak”, maka ini berarti bahwa seseorang tidak dapat menghindar dari fitrah itu. Dalam konteks ayat ini, ia berarti bahwa fitrah keagamaan akan melekat pada diri manusia untuk selama lamanya, walaupun boleh jadi tidak diakui atau diabaikannya.

C. TAHAP PERKEMBANGAN JIWA BERAGAMA PADA ANAK

Ernest Harm dalam bukunya The Development of Religious on Children sebagaimana dikutip Jalaludin mengatakan perkembangan agama pada anak-anak mengalami tiga tingkatan sebagai berikut:

1. The Fairly Tale Stage Tingkat Dongeng

Pada tahap ini anak yang berumur 3 – 6 tahun, konsep mengenai Tuhan banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, sehingga dalam me- nanggapi agama anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng-dongeng yang kurang masuk akal. Cerita Nabi akan dikha- yalkan seperti yang ada dalam dongeng-dongeng. Pada usia ini, perhatian anak lebih tertuju pada para pemuka agama daripada isi ajarannya dan cerita akan lebih menarik jika berhubungan dengan masa anak-anak karena sesuai dengan jiwa kekanak-kanakan- nya. Dengan caranya sendiri anak mengungkapkan pandangan teologis- nya, pernyataan dan ungkapannya tentang Tuhan lebih bernada indi- vidual, emosional, dan spontan tapi penuh arti teologis.

2. The Realistic Stage Tingkat Kepercayaan

Pada tingkat ini pemikiran anak tentang Tuhan sebagai bapak beralih pada Tuhan sebagai pencipta. Hubungan dengan Tuhan yang pada awal- nya terbatas pada emosi berubah pada hubungan dengan menggunakan pikiran atau logika. Pada tahap ini teradapat satu hal yang perlu digarisbawahi bahwa anak pada usia 7 tahun dipandang sebagai permulaan pertumbuhan dapat bergaul dan berkemampuan untuk berkomunikasi. Jadi instink sosial itu tergantung pada kematangan fungsinya. Pendapat ini banyak mendapat kritik, terutama dari ahli psikologi behaviorisme, mereka mengatakan kalau potensi beragama sudah ada sejak lahir, mengapa ada orang yang tidak mempercayai agama? Dan mengapa terjadi perbedaan agama di dunia?

3. Teori Fitrah

Jika dipandang dari sudut ajaran Islam, maka Islam juga menga- takan bahwa potensi beragama telah dibawa manusia sejak lahir. Potensi tersebut dinamai “fitrah” yaitu sebuah kemampuan yang ada dalam diri manusia untuk selalu beriman dan mengakui adanya Allah Yang Maha Esa sebagai pencipta manusia dan alam. Namun di dalam Islam juga dijelaskan bahwa potensi tersebut hanya akan berkembang bila anak-anak dibesarkan dalam lingkungan yang memberi kesempatan tumbuh kembangnya potensi beragama anak. Jika tidak anak-anak akan mengakui berbagai macam nama Tuhan. Tetapi untuk membuktikan bahwa potensi itu ada, di dalam Islam dijelaskan bawa dalam kondisi terdesak setiap manusia akan mencari perlindungan kepada Tuhan, meskipun dalam kondisi normal dia melupakan bahkan mengingkari Tuhan. Misalnya, kisah Fir’aun yang mengakui Tuhan Musa menjelang ajalnya ketika ditenggelam Allah di Laut Merah. Dalam Al-Quran kata fi ¯ rah dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak dua puluh delapan kali, empat belas diantaranya dalam konteks uraian tentang bumi dan atau langit. Sisanya dalam konteks penciptaan manusia baik dari sisi pengakuan bahwa penciptanya adalah Allah, maupun dari segi uraian tentang fi ¯ rah manusia. Kata fi ¯ rah yang di- tujukan kepada potensi beragama terdapat dalam firman Allah pada Q.S. Ar-Rum ayat 30 yang artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama, pilihan fi ¯ rah Allah yang telah menciptakan manusia atas fi ¯ rah itu. Tidak ada perubahan pada fi ¯ rah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” Merujuk kepada fi ¯ rah yang dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia sejak asal kejadiannya, membawa potensi beragama yang lurus, dan dipahami oleh para ulama sebagai tauhid. 54 55 PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA

2. Egosentris