KAJIAN PSIKOLOGI AGAMA DI KAWASAN TIMUR

22 23 PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA bersifat kompleks untuk memperjelas fungsional dan disfungsional efek yang lebih pada agama. Perkembangan beragama pun tidak luput dari kajian para ahli Psikologi Agama. Piere Binet adalah salah satu tokoh psikologi agama awal yang membahas tentang perkembangan jiwa keberagamaan. Menurut Bi- net, agama pada anak-anak tidak beda dengan agama pada orang dewasa. Pada anak-anak dimana mungkin dialami oleh orang dewasa, seperti merasa kagum dalam menyaksikan alam ini, adanya kebaikan yang tak terlihat, kepercayaan akan kesalahan dan sebagian dari pengalaman itu merupakan fakta-fakta asli yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan.

C. KAJIAN PSIKOLOGI AGAMA DI KAWASAN TIMUR

Di Dunia Timur kajian psikologi agama juga berkembang. Abdul Mun’in Abdul Aziz al Malighy dari Mesir juga menulis kajian perkembangan jiwa beragama pada anak-anak dan remaja dalam buku yang berjudul Tatawur asy-Syu’ur ad-diniy’inda ath-Thifl wa al-Muhariq. Sementara di daratan anak benua Asia dan India juga terbit buku-buku yang berkaitan dengan Psikologi Agama. Buku-buku Psikologi Agama yang terbit antara lain: The Song of God oleh Baghavad Gita. Jika mengacu kepada tesis Beit-Hallahmi di atas, maka sebenamya Indonesia merupakan ladang yang sangat subur bagi perkembangan Psikologi Agama. Modal pokoknya adalah sifat religius masyarakat Indo- nesia sendiri. Tetapi karena psikologi modern sendiri baru berkembang di Indonesia sekitar tahun 1960-an maka bisa dimaklumi jika Psikologi Agama sebagai salah satu bidang studi masih belum diakui di fakultas- fakultas psikologi. Para psikolog di Indonesia masih sibuk mentransfer psikologi secara umum untuk mengejar ketinggalan dengan perkem- bangan di mancanegara. Justru kaum intelektual yang mempunyai latar belakang ilmu keagamaan yang menaruh minat pada bidang Psikologi Agama. Hal ini terlihat pada buku-buku Psikologi Agama di Indonesia yang hampir semuanya ditulis para ahli agama yang berminat di bidang psikologi, seperti Zakiah Daradjat dan Nico Syukur Dister. Sekitar tahun 1970-an tulisan tentang psikologi agama baru muncul. Karya yang patut dikedepankan antara lain Ilmu Jiwa Agama oleh Zakiah Daradjat, Agama dan Kesehatan Jiwa oleh Aulia 1961, Islam dan Psikosomatik oleh S.S. Djami’an, Pengalaman dan Motivasi Beragama oleh Nico Syukur Dister, dan Al Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa oleh Dadang Hawari dan sebagainya. Dalam buku Dadang Hawari, meskipun yang menjadi fokus pembahasannya mengenai kedokteran jiwa, akan tetapi buku tersebut membahas juga aspek-aspek agama atau spiritual dalam kaitannya dengan jiwa seseorang. Peningkatan kehidupan beragama di Indonesia juga meningkatkan minat untuk mendalami dan mengembangkan psikologi agama di kalangan psikolog di Indonesia mulai tumbuh. Hal ini terlihat pada penelitian-penelitian untuk skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada sendiri. Topik yang berkaitan dengan Psikologi Agama ternyata cukup banyak mahasiswa diminati pada akhir-akhir ini. Hanya saja topik-topik tersebut masih terbatas pada penelitian tentang religiusitas dalam kaitannya dengan berbagai aspek psikologis lainnya. Meskipun sudah ada beberapa penelitian yang sudah lebih mendalam, misalnya tentang orientasi keagamaan instrinsik dan ekstrinsik, tetapi topik dalam Psikologi Agama yang lain masih belum terjangkau. Misalnya, topik perkembangan konsep Tuhan sejak masa kanak-kanak, kematangan beragama, sikap dan perilaku keagamaan, prasangka antar umat beragama, agama sebagai psikoterapi, agama dan gangguan mental, kaitan kepribadian dan agama, pengalaman-pengalaman kea- gamaan mistisisme, konversi agama, keraguan bergama dan sebagainya atau masalah metodologi pengukuran dalam penelitian Psikologi Agama. Salah satu hal yang sangat mendukung perkembangan minat terhadap psikologi agama khususnya di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, adalah ditawarkannya bidang Psikologi Agama sebagai mata kuliah pilihan sejak tahun 1991. Mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini semakin lama menunjukkan kecenderungan semakin me- ningkat. Hal ini cukup menggembirakan. Hanya saja selama ini ada kesan bahwa mata kuliah Psikologi Agama tersebut secara spesifik hanya ber- kaitan dengan agama Islam, sehingga hanya mahasiswa yang beragama Islam saja yang mengambil. Ini adalah anggapan yang tidak benar, karena fokus perhatian psikologi agama bukanlah pada “agama” itu sendiri tetapi pada “manusia yang beragama”. Meskipun tidak menutup kemungkinan adanya perbandingan atau “dialog” antar agama dalam suasana yang saling menghargai Subandi: 3. 24 25 PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA Oleh karena itu, di tengah derasnya arus materialisme sebagai dampak dari pembangunan dewasa ini, diharapkan psikologi agama dapat memberikan sumbangan bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Psikologi agama akan dapat membantu menyadarkan keberagamaan seseorang yang barangkali jauh tertinggal dari kemajuan intelektual Di samping itu psikologi agama dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan kerukunan inter dan antar umat beragama di Indonesia, sehingga terjadinya konflik “sara” seperti terjadi di beberapa negara sejauh mungkin bisa dihindarkan. Mata kuliah Psikologi Agama mulai di ajarkan Zakiah Daradjat pada tahun 1967 di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta, serta Universitas Islam Indonesia Daradjat, 1989: vii. Di samping mengajarkan Psikologi Agama di perguruan tinggi, praktek Psiklogi berdasarkan ajaran agama pertama sekali di lakukan Zakiah Daradjat di rumah Jl Fatmawati No. 6 Jakarta Selatan mulai Agustus 1983 Djamal, 1999: 142-143

BAB III SUMBER JIWA KEBERAGAMAAN