PROSES TERJADINYA KONVERSI AGAMA

10 2 10 3 PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA tahun, dan apabila ia sudah berumur sepuluh tahun, maka hendaklah kamu pukul jika ia meninggalkan shalat.” H.R. Tirmidzi Seorang yang tidak mendapatkan pendidikan agama yang baik dalam keluarganya akan lebih berpeluang untuk mengalami konversi agama dalam bentuk pindah agama. Tetapi ajaran agama yang telah diterima secara berkelanjutan sejak kecil juga akan lebih berpeluang mengantarkannya mengalami konversi agama yang bersifat internal jika dia menghadapi masalah kehidupan. Allah SWT juga mengingatkan bahwa seorang muslim harus berhati-hati memilih teman. Teman yang jelek akan memberi pengaruh yang jelek sebagaimana firman Allah dalam Q.S. An-Nisa ayat 138- 139 sebagai berikut: “Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan men- dapatkan siksaan yang pedih, yaitu orang-orang yang mengambil orang- orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang- orang mu’min. Apakah mereka mencari kekuatan di samping orang-orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” QS. an- Nisa: 138-139.

D. PROSES TERJADINYA KONVERSI AGAMA

Konversi terjadi melalui proses yang singkat maupun bertahap. Carrier dalam Ramayulis, 2002 membagi proses tersebut dalam tahapan- tahapan sebagai berikut: 1. Terjadi desintegrasi sintesis kognitif kegoncangan jiwa dan motivasi sebagai akibat dari krisis yang dialami. 2. Reintegrasi penyatuan kembali kepribadian berdasarkan konsepsi agama yang. Dengan adanya reintegrasi ini maka terciptalah kepri- badian baru yang berlawanan dengan struktur yang lama. 3. Tumbuh sikap menerima konsepsi pendapat agama yang baru serta peranan yang dituntut oleh ajarannya. Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang- orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Kebiasaan buruk yang dilakukan orang-orang munafik dapat mengantarkan mereka kepada kemurtadan dan kekafiran. Allah terus menerus menjauhkan mereka dari agamanya. Kebiasaan baik yang menyebabkan seseorang bertambah taat dalam melaksanakan ajaran agamanya telah dinyatakan Allah dalam Q.S. al-Furqan ayat 70 sebagai berikut: “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Faktor ekstern. Faktor ekstern yang menyebabkan terjadinya konversi agama antara lain faktor lingkungan keluarga, teman, tempat tinggal, budaya, serta kondisi sosial ekonomi. Rasulullah bersabda yang artinya: “Tiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah Islam, maka lingkungannyalah yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi H.R. Bukhari-Muslim. Pentingnya pendidikan agama dalam keluarga juga disabdakan Rasul tentang pen- didikan shalat: “Suruhlah olehmu anak-anak itu shalat apabila ia sudah berumur tujuh z⎯ÏΒuρ Ĩ¨Ψ9 ⎯tΒ ãΑθàtƒ ¨ΨtΒu™ «Î ÏΘöθu‹ø9Îuρ ÌÅzFψ tΒuρ Νèδ t⎦⎫ÏΨÏΒ÷σßϑÎ ∩∇∪ šχθããω≈sƒä† © t⎦⎪Ï©uρ θãΖtΒu™ tΒuρ šχθããy‰øƒs† HωÎ öΝßγ|¡àΡr tΒuρ tβρáãèô±o„ ∩®∪ ’Îû ΝÎγÎθè=è ÖÚz£Δ ãΝèδyŠt“sù ª ZÊttΒ óΟßγs9uρ ëx‹tã 7ΟŠÏ9r yϑÎ θçΡx. tβθçÉ‹õ3tƒ ∩⊇⊃∪ ωÎ ⎯tΒ zs? š∅tΒu™uρ Ÿ≅Ïϑtãuρ Wξyϑtã [sÎ=≈|¹ šÍׯ≈s9ρésù ãΑÏd‰t6ムª ôΜÎγÏ?t↔Íh‹y™ ;M≈uΖ|¡ym 3 tβx.uρ ª Y‘θàxî VϑŠÏm§‘ ∩∠⊃∪ ÎÅe³o0 t⎦⎫ÉÏ≈uΖßϑø9 ¨βrÎ öΝçλm; ¹x‹tã ¸ϑŠÏ9r ∩⊇⊂∇∪ t⎦⎪Ï© tβρä‹Ï‚−Ftƒ t⎦⎪ÍÏ≈s3ø9 u™uŠÏ9÷ρr ⎯ÏΒ Èβρߊ t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9 4 šχθäótGö;tƒr ãΝèδy‰ΨÏã n﨓Ïèø9 ¨βÎsù n﨓Ïèø9 ¬ YèŠÏΗsd ∩⊇⊂®∪ 10 4 10 5 PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA nangan dan ketentraman pada tahap ketdua ini menimbulkan kepuasan terhadap keputusan yang sudah diambil. Kepuasan tersebut timbul karena telah mampu membawa suasana batin menjadi mantap sebagai pernyataan menerima konsep baru. Setelah krisis konversi lewat dan masa menyerah dilalui, maka timbullah perasaan atau kondisi jiwa yang baru, rasa aman dan damai di hati, tiada lagi dosa yang tidak diampuni Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada kesalahan yang patut disesali, semuanya telah lewat, segala persoalan menjadi mudah dan terselesaikan. Lapang dada, menjadi pemaaf dan dengan mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain. 5. Masa ekspressi konversi, sebagai ungkapan dari sikap menerima, terhadap konsep baru dari ajaran agama yang diyakininya, maka tindak tanduk dan sikap hidupnya diselaraskan dengan ajaran dan peraturan agama yang dipilih tersebut. Pencerminan ajaran dalam bentuk amal perbuatan yang serasi dan relevan sekaligus merupakan pernyataan konversi agama itu dalam kehidupan. Menurut Wasyim dalam Sudarno, 2000 secara garis besar membagi proses konversi agama menjadi dua, yaitu: 1. Masa Gelisah unsert, kegelisahan atau ketidaktenangan karena adanya gap antara seseorang yang beragama dengan Tuhan yang disembah. Ditandai dengan adanya konflik dan perjuangan mental aktif. 2. Adanya rasa pasrah. Pertumbuhan dengan perkembangan yang logis, yakni tampak adanya realisasi dan ekspresi konversi yang dialami dalam hidupnya. 4. Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan pang- gilan suci petunjuk Tuhan. Zakiah. Daradjat 1979 memberikan pendapatnya yang berdasarkan proses kejiwaan yang terjadi melalui 5 tahap, yaitu: 1. Masa tenang, di saat ini kondisi seseorang berada dalam keadaan yang tenang karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya. Terjadi semacam sikap apriori belum mengetahui terhadap agama. Keadaan yang demikian dengan sendirinya tidak akan mengganggu keseimbangan batinnya, hingga ia berada dalam keadaan tenang dan tenteram. Segala sikap dan tingkah laku dan sifat-sifatnya acuh tak acuh atau menentang agama. 2. Masa ketidaktenangan, tahap ini berlangsung jika masalah agama telah mempengaruhi batinnya. Mungkin dikarenakan suatu krisis, musibah ataupun perasaan berdosa yang di alami. Hal tersebut me- nimbulkan semacam kegoncangan dalam kehidupan batin sehingga menyebabkan kegoncangan yang berkecamuk dalam bentuk rasa gelisah, panik, putus asa, ragu, tegang dan bimbang. Perasaan tersebut menyebabkan seseorang lebih sensitif dan hampir putus asa dalam hidupnya dan mudah terkena sugesti. Pada tahap ini terjadi proses pemilihan terhadap ide atau kepercayaan baru untuk mengatasi konflik batinnya. 3. Masa konversi, tahap ketiga ini terjadi setelah konflik batin meng- alami keredaan karena kemantapan batin telah terpenuhi berupa ke- mampuan menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi ataupun timbulnya rasa pasrah. Keputusan ini memberikan makna dalam menyelesaikan pertentangan batin yang terjadi, hidup yang tadinya seperti dilamun ombak atau diPorakporandakan oleh badai topan persoalan, tiba-tiba angin baru berhembus, sehingga terciptalah ketenangan dalam bentuk kesediaan menerima kondisi yang dialami sebagai petunjuk ilahi. Karena di saat ketenangan batin itu terjadi dilandaskan atas suatu perubahan sikap kepercayaan yang bertentangan dengan sikap kepercayaan sebelumnya, maka terjadilah proses konversi agama. 4. Masa tenang dan tentram, masa tenang dan tentram yang kedua ini berbeda dengan tahap yang sebelumnya. Jika pada tahap pertama keadaan itu dialami karena sikap yang acuh tak acuh, maka kete- 10 6 10 7 PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA

BAB IX KONSEP JIWA DALAM ISLAM