34 35
PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA
Allah menjawab pengakuan Fir’aun terhadap Allah yang sangat terlambat itu dengan firman Allah dalam Q.S Yunus ayat 91-92 sebagai
berikut:
Apakah sekarang baru kamu percaya, padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat keru-
sakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesung-
guhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.
Sumber jiwa keberagamaan manusia untuk taat kepada Allah juga disebabkan Allah telah meniupkan ruh-Nya kepada manusia. Ruh manusia
yang berasal dari Allah tentu merindukan kembali kepada asalnya. Allah berfirman dalam Q.S As-Sajadah ayat 9 yang berbunyi:
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh ciptaan- Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati;
tetapi kamu sedikit sekali bersyukur.
Allah juga memanggil jiwa-jiwa manusia untuk merasakan kete- nangan dengan selalu mengingatNya. Allah menjanjikan ketenangan
bagi jiwa yang selalu tunduk dan patuh terhadap perintah Allah dan menjauhi larangannya. Allah berfirman dalam Q.S. Ar-Ra’d ayat 28:
Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.
BAB IV MOTIVASI BERAGAMA
A. PENGERTIAN MOTIVASI BERAGAMA
K
ata motivasi berasal dari kata “motion” yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Dalam perbuatan manusia
motivasi disebut juga dengan perbuatan atau tingkah laku. Dalam psikologi “motif” diartikan juga sebagai rangsangan, dorongan,
atau pembangkit tenaga untuk terwujudnya tingkah laku. Abraham Maslow 1943: 1970 mengemukakan bahwa pada dasarnya
semua manusia memiliki kebutuhan pokok yang disebut dengan motivasi. Maslow menggambarkan 5 lima tingkat kebutuhan tersebut dalam
bentuk piramid, seorang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan
Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar
terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu
tindakan yang penting. Piramida kebutuhan tersebut digambarkan Maslow sebagai berikut:
z⎯≈t↔ø9u™ ô‰suρ
|MøŠ|Átã ã≅ö6s
|MΖä.uρ z⎯ÏΒ
t⎦⎪ωšøßϑø9 ∩®⊇∪
tΠöθu‹ø9sù y7ŠÉdfuΖçΡ
y7ÏΡy‰t7Î šχθä3tGÏ9
ô⎯yϑÏ9 y7xù=yz
Zπtƒu™ 4
¨βÎuρ ZÏVx.
z⎯ÏiΒ Ä¨¨Ζ9
ô⎯tã uΖÏG≈tƒu™
šχθè=Ï≈tós9 ∩®⊄∪
¢ΟèO çμ1§θy™
y‡xtΡuρ ÏμŠÏù
⎯ÏΒ ⎯ÏμÏmρ•‘
Ÿ≅yèy_uρ ãΝä3s9
yìôϑ¡¡9 t≈|ÁöF{uρ
nοy‰Ï↔øùF{uρ 4
Wξ‹Î=s ¨Β
šχρãà6ô±n ∩®∪
t⎦⎪Ï© θãΖtΒu™
’⎦È⌡uΚôÜs?uρ Οßγçθè=è
Ìø.ɋΠ«
3 Ÿωr
Ìò2ɋΠ«
’⎦È⌡yϑôÜs? Üθè=àø9
∩⊄∇∪
35
36 37
PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA
Lima tingkatan kebutuhan menurut Maslow terdiri dari kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan memiliki dan cinta, kebutuhan
harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan fisik terdiri dari makan, minum, dan tempat tinggal. Kebutuhan rasa aman terdiri dari
keamanan, stabilitas, dan terbebas dari ketakutan. Kebutuhan memiliki dan cinta meliputi kebutuhan persahabatan, keluarga, cinta, dan dukungan.
Kebutuhan dihargai mencakup kebutuhan berprestasi, pengakuan, peng- hormatan, dan keahlian. Kebutuhan aktualisasi diri mencakup kebutuhan
mengembangkan bakat dan kreativitas.
Menurut Herzberg 1966, ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari
ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene faktor ekstrinsik dan faktor motivator faktor intrinsik. Faktor higiene memotivasi seseorang
untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk di dalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya. Faktor
motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk di dalamnya adalah prestasi, pengakuan, kemajuan
tingkat kehidupan.
Teori kognitif tentang motivasi cognitive theory of motivation dari Vroom 1964 menjelaskan alasan seseorang tidak akan melakukan
sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi
rendahnya motivasi seseorang ditentukan 3 tiga komponen, yaitu: 1 Ekspektasi harapan keberhasilan pada suatu tugas, 2
Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam mela-kukan suatu tugas keberhasilan tugas untuk
mendapatkan hasil tertentu, dan 3 Valensi, yaitu respon terhadap hasil seperti perasaan positif, netral, atau negatif. Motivasi tinggi jika usaha
menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan.
Mc Clelland 1961, menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan atau motivasi manusia, yaitu: 1 Need for achievement
kebutuhan berprestasi, 2 Need for afiliation kebutuhan akan hubungan sosial, dan 3 Need for Power dorongan untuk mengatur.
Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG singkatan dari Exist- ence keberadaan, Relatedness hubungan, dan Growth pertum-
buhan. Teori ini sedikit berbeda dengan teori Maslow. Alderferr mengemu- kakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat
dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerak yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu ke waktu dan dari situasi ke situasi.
Berbagai penjelasan di atas menunjukkan bahwa motivasi adalah energi dasar yang menjadikan seseorang melakukan sesuatu. Dalam
beragama manusia juga memiliki motivasi tertentu. Motivasi beragama selalu juga diartikan sebagai sesuatu yang mendorong orang untuk
beragama yang secara spontan terjadi pada manusia.
B. MACAM-MACAM MOTIVASI BERAGAMA