PENGERTIAN MASA REMAJA PERKEMBANGAN JIWA BERAGAMA

6 4 65 PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini berbeda dengan remaja yang menyadari dan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan dirinya dengan perasaan takut, senang, dan kagum. Masa remaja selalu disebut sebagai masa peralihan atau perubahan. Perubahan yang terjadi mencakup perubahan emosi, minat, peran, serta pola perilaku. Masa ini disebut juga dengan masa bermasalah, sebab perubahan yang terjadi kadang-kadang menimbulkan permasalahan pada diri anak. Masa ini selalu juga disebut masa mencari identitas diri yang selalu menimbulkan ketakutan pada remaja yang bersangkutan karena harapan-harapan yang kadang tidak realistik. Masa remaja awal selalu ditandai dengan ciri-ciri khas seperti: · ketidakstabilan perasaan dan emosi, · perbenturan sikap dan moral dengan orangtua atau orang lain, · perkembangan kecerdasan ke arah kesempurnaan, · kebingungan terhadap status yang berada di antara posisi anak- anak dan orang dewasa, · pertentangan sosial, dan · masa memecahkan masalah yang dihadapi Mappiare, 1982: 32 Masa remaja akhir selalu ditandai dengan ciri-ciri seperti: · stabilitas perasaan, · pertumbuhan fisik telah sempurna, · citra diri yang realistis, · pandangan yang realistis terhadap orang lain, · lebih dapat menyesuaikan diri, dan · emosinya lebih tenang Mappiare, 1982: 36 Perubahan yang terjadi pada masa remaja meliputi perubahan fisik, perubahan emosi, perubahan sosial, dan perubahan minat. Perubahan fisik yang bersifat internal meliputi perubahan sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem endoktrin, dan sistem jaringan tubuh. Perubahan fisik yang bersifat eksternal mencakup perubahan tinggi badan, berat badan, proporsi tubuh, organ seks, dan ciri-ciri seks skunder. Perubahan emosi terjadi pada pola perubahan pengungkapan pada masa anak-anak. Emosi seperti emosi marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, dan kasih sayang diungkapkan dengan cara yang

BAB VI PERKEMBANGAN JIWA BERAGAMA

PADA REMAJA

A. PENGERTIAN MASA REMAJA

R emaja disebut juga “adolescence” yang berasal dari bahasa latin “adolescere.” Kata bendanya adolescentia yang berarti remaja atau yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Bangsa primitif cenderung memandang remaja tidak berbeda dengan masa dewasa. Masa remaja secara umum dibagi dua yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remaja awal dimulai 1213 tahun sampai usia 1617 tahun. Remaja akhir terentang dari usia 1617 tahun sampai 18 tahun Hurlock, 1991: 206. Akhir masa remaja tidak sama pada setiap ahli psikologi, sebab masa remaja berakhir sesuai dengan tuntutan men- jadi dewasa dari suatu masyarakat. Masyarakat dengan tingkat kebudayaan yang tinggi memiliki masa remaja yang lebih panjang, sebab tuntutan menjadi orang dewasa lebih tinggi, sehingga usia untuk mencapai ke- dewasaan menjadi lebih panjang. Para ahli Psikologi Agama bahkan memandang masa remaja berakhir pada usia 24 tahun. Masa remaja selalu disebut sebagai periode yang penting dalam perkembangan fisik dan psikhis. Tanner mengatakan: “Bagi sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan enam belas tahun merupakan usia kehidupan yang penuh dengan kejadian yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan.” Tanner, 1978: 156 Memang tidak dapat disangkal kehidupan janin dan tahun pertama atau kedua setelah kelahiran perkembangan manusia berlangsung sangat cepat, lingkungan yang baik sangat menentukan pada saat tersebut, tetapi pada waktu itu manusia yang sedang berkembang tersebut belum dapat memperhatikan 64 6 6 6 7 PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA b. Periode keraguan religius Berdasarkan penelitian secara kritis terhadap keyakinan agama pada masa anak-anak, remaja selalu bersikap skeptis pada berbagai bentuk ritual, seperti doa dan upacara-upacara agama yang bersifat formal lainnya. Mungkin pada saat yang bersamaan mereka meragukan ajaran agamanya. Mereka mungkin meragukan sifat-sifat Tuhan dan kehidupan setelah kematian. Kepercayaan remaja terhadap sifat- sifat Tuhan banyak dipengaruhi oleh kondisi emosi mereka. Sikap ragu ini dapat diatasi dengan pendidikan agama yang baik yang diberikan orangtua dan sekolah sejak remaja masih anak-anak. Pemahaman remaja terhadap sifat-sifat Tuhan selalu dikaitkan dengan ajaran agama yang pernah diterimanya. Penelitian Al-Malighy dengan menggunakan angket sebagai alat pengumpul data menemukan perbedaan sifat-sifat Tuhan dalam pandangan remaja yang beragama Islam dan remaja yang beragama Kristen. Remaja-remaja Islam lebih meyakini bahwa Tuhan lebih dominan bersifat Maha Kuat, Maha Kuasa, dan Maha Membalas orang-orang yang berbuat aniaya. Remaja-remaja Kristen lebih menyakini sifat dominan Tuhan adalah Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun, Maha Pelindung, dan Maha Rendah Hati. Hal disebabkan pendekatan pem- belajaran agama dalam agama Islam lebih berorientasi pada pahala dan dosa, sedangkan dalam agama Kristen pendidikan agama lebih ditekankan pada Tri Tunggal dimana Tuhan telah mengorbankan anaknya untuk menebus dosa-dosa manusia. Kepercayaan remaja terhadap sifat-sifat Tuhan selalu berubah-ubah. Kadang remaja meyakini sifat-sifat dengan penuh semangat. Pada saat lain mereka meragukan Tuhan bahkan mungkin tidak menyakini Tuhan atau mencari kepercayaan Tuhan pada agama lain. Bahkan kadang-kadang remaja dapat berpindah agama. Jhonson menemukan rata-rata umur konversi adalah 15.2 tahun dengan jarak usia antara 12.7- 16.6 tahun Spilka, 1985: 2003. c. Periode rekonstruksi religius Lambat atau cepat remaja membutuhkan keyakinan agama, meskipun keyakinan agama pada masa anak-anak tidak dapat lagi memuaskan keingintahuannya terhadap agama. Bila remaja merasa keyakinan agama yang dianutnya dari orangtuanya kurang me-muaskan lebih bijak daripada pada masa anak-anak. Contohnya para remaja tidak lagi mengungkapkan emosinya dengan cara meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak berbicara atau dengan suara keras mengkritik orang-orang yang menyebabkannya marah Hurlock, 1991: 213. Perubahan sosial meliputi pengaruh kelompok teman sebaya yang semakin kuat. Perubahan perilaku sosial yang semakin heteroseksual, pengelompokkan sosial baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin. Perubahan minat pada remaja dipengaruhi oleh jenis kelamin, intelegensi, lingkungan tempat tinggal, kesempatan mengembangkan minat, minat teman sebaya, status dalam kelompok sosial, kemampuan bawaan, minat keluarga, dan banyak faktor lainnya. Anak-anak perempuan diharapkan berperilaku feminin, sedangkan anak-anak laki-laki diharap- kan bersikap maskulin, sehingga tidak mengherankan jika minat sosial anak-anak laki-laki berbeda dengan minat sosial anak-anak perempuan. Minat pada pekerjaan juga berbeda pada anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan. Minat pada agama tidak ada perbedaannya antara anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan. Anggapan bahwa anak- anak remaja kurang memperhatikan agama tidak selamanya benar, masih banyak remaja yang selalu terlibat dalam kegiatan keagamaan dan aktif menambah pengetahuan agamanya.

B. POLA PERUBAHAN MINAT BERAGAMA PADA REMAJA