30 31
PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA
fleksibel, 2 tingkat kesadaran diri tinggi, 3 kemampuan untuk meng- hadapi dan memanfaatkan penderitaan, 4 kemampuan untuk meng-
hadapi dan melampaui rasa sakit, 5 kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, 6 keengganan untuk menyebabkan kerugian yang
tidak perlu, 7 kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal berpandangan holistik, 8 kecenderungan nyata untuk bertanya
“Mengapa?” atau “Bagaimana jika?” untuk mencari jawaban yang men- dasar, dan 9 memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.
Meskipun Zohar dan Marshall tidak mengaitkan spiritual dengan agama, namun penulis melihat bahwa kecerdasan spiritual merupakan
sumber jiwa keagamaan bagi manusia. Kecerdasan spiritual adalah kemam- puan internal bawaan otak dan jiwa manusia, yang sumber terdalam-
nya adalah inti alam semesta sendiri. Mereka menyatakan kecerdasan spiritual tidak bergantung pada budaya maupun nilai, tetapi menciptakan
kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri. Kecerdasan spiritual membuat agama menjadi mungkin bahkan mungkin perlu, tetapi kecer-
dasan spiritual tidak bergantung pada agama. Kecerdasan spiritual memang dapat membantu orang untuk menguatkan kehidupan keagamaannya,
tapi tanpa dilandasi agama maka orang tersebut menjadi “humanis”.
C. SUMBER JIWA KEAGAMAAN DALAM AJARAN ISLAM
Di dalam ajaran Islam sumber jiwa keagamaan disebut dengan fitrah. Fitrah beragama dalam diri manusia merupakan naluri yang meng-
gerakkan hatinya untuk melakukan perbuatan “suci” yang diilhami oleh Tuhan Yang Maha Esa. Fitrah manusia mempunyai sifat suci, yang
dengan nalurinya tersebut ia secara terbuka menerima kehadiran Tuhan Yang Maha Suci. Berdasarkan Al Qur’àn Surat Ar Rùm ayat 30:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Itulah agama
yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Ayat di atas menjelaskan secara naluri manusia memiliki kesiapan
untuk mengenal dan menyakini adanya Tuhan. Dengan kata lain, penge- tahuan dan pengakuan terhadap tuhan sebenarnya telah tertanam secara
kokoh dalam fitrah manusia. Namun, perpaduan dengan jasad telah membuat berbagai kesibukan manusia untuk memenuhi berbagai tuntutan
dan berbagai godaan serta tipu daya duniawi yang lain telah membuat pengetahuan dan pengakuan tersebut kadang-kadang terlengahkan,
bahkan ada yang berbalik mengabaikan.
Sedikitnya terdapat 9 sembilan makna fitrah yang dikemukakan oleh para ulama, yaitu:
1. Fitrah berarti suci. Menurut Al-Auza’ì, fitrah berarti kesucian dalam
jasmani dan rohani. Bila dikaitkan dengan potensi beragama, kesucian tersebut dalam arti kesucian manusia dari dosa waris atau dosa
asal, sebagaimana pendapat Ismail Raji Al-Faruqi yang mengatakan bahwa manusia diciptakan dalam keadaan suci, bersih, dapat me-
nyusun drama kehidupannya, tidak peduli dengan lingkungan keluarga, masyarakat macam apa pun ia dilahirkan.
2. Fitrah berarti Islam. Abu Hurairah berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan fitrah adalah agama. Pendapat ini berdasar pada hadits Nabi yang artinya: “Bukankah aku telah menceritakan kepadamu pada
sesuatu yang Allah menceritakan kepadaku dalam kitab-Nya bahwa Allah menciptakan Adam dan anak cucunya berpotensi menjadi
orang- orang muslim”. Berangkat dari pemahaman hadits tersebut di atas, maka anak kecil yang meninggal ia akan masuk surga. Karena
ia dilahirkan dengan dìn al-Islàm, walaupun ia terlahir dari keluarga non muslim.
3. Fitrah berarti mengakui ke-Esaan Allah Tauhid. Manusia lahir dengan
membawa konsep tauhid, atau paling tidak berkecenderungan untuk meng-Esakan tuhannya dan berusaha terus mencari untuk mencapai
ketauhidan tersebut. Jiwa tauhid adalah jiwa yang selaras dengan akal manusia.
4. Fitrah dalam arti murni Al-Ikhlash. Manusia lahir dengan mem-
bawa berbagai sifat, salah satu di antaranya adalah kemurnian keikhlasan dalam menjalankan suatu aktivitas. Makna demikian
didasarkan pada hadits Nabi Saw yang artinya: “Tiga perkara yang menjadikan selamat, yaitu ikhlas berupa fitrah Allah dimana manusia
óΟÏrsù y7yγô_uρ
È⎦⎪ÏeÏ9 Z‹ÏΖym
4 |NtôÜÏù
« ©ÉL©9
tsÜsù }¨¨Ζ9
pκön=tæ 4
Ÿω Ÿ≅ƒÏ‰ö7s?
È,ù=y⇐Ï9 «
4 šÏ9≡sŒ
Ú⎥⎪Ïe ÞΟÍhŠsø9
∅Å3≈s9uρ usYò2r
Ĩ¨Ζ9 Ÿω
tβθßϑn=ôètƒ ∩⊂⊃∪
32 33
PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA
diciptakan dari-Nya, shalat berupa agama dan taat berupa benteng penjagaan”.
5. Fitrah berarti kondisi penciptaan manusia yang cenderung menerima
kebenaran. 6.
Fitrah dalam arti potensi dasar manusia sebagai alat untuk mengabdi dan ma’rifatullah. Sebagaimana firman Allah Surat Yasin ayat 22:
“Mengapa aku tidak menyembah Allah yang telah menciptakanku” 7.
Fitrah dalam arti ketetapan atau kejadian asal manusia mengenai kebahagiaan dan kesesatannya. Manusia lahir dengan ketetapannya,
apakah nanti ia akan menjadi orang bahagia atau menjadi orang yang sesat.
8. Fitrah dalam arti tabiat alami manusia. Manusia lahir dengan mem-
bawa tabi’at perwatakan yang berbeda-beda. Watak tersebut dapat berupa jiwa pada anak atau hati sanubari yang dapat mengantarkan
untuk sampai pada ma’rifatullah. Sebelum usia baligh, anak belum bisa membedakan antara iman dan kafir, karena wujud fitrah ter-
dapat dalam qalb yang dapat mengantarkan pada pengenalan nilai kebenaran tanpa terhalang apa pun.
9. Fitrah dalam arti instink garizah dan wahyu dari Allah al- munazalah
Ibnu Taimiyah membagi fitrah dalam dua macam: a.
Fitrah al-munazalah Fitrah luar yang masuk dalam diri manusia. Fitrah ini dalam
bentuk petunjuk al-Qur’àn dan sunnah yang digunakan sebagai kendali dan pembimbing bagi Fitrah al- garizah
b. Fitrah al-gharizah Fitrah inheren dalam diri manusia yang memberi daya akal yang
berguna untuk mengembangkan potensi dasar manusia. Di dalam al-Qur’àn dinyatakan pula bahwa pengakuan manusia
terhadap Allah sebagai Tuhannya telah dilakukannya sejak dia berada di dalam tulang sulbi orang tuanya. Allah berfirman dalam Q.S. al-A’r
âf ayat 172 yang berbunyi:
Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
seraya berfirman: “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul Engkau Tuban kami, kami menjadi saksi.” Kami lakukan yang demikian
itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini keesaan Tuhan.”
Di dalam Hadis Rasulullah juga telah dinyatakan bahwa Fitrah manusia sejak lahir adalah beragama Tauhid, yakni mempunyai Tuhan yang Maha
Esa. Hadis Rasulullah tersebut sebagai berikut:
Tidak ada anak yang dilahirkan oleh orangtuanya kecuali dilahirkan dalam keadaan suci fi
¯
hrah, hanya saja kedua orang-tuanya lingkungannya yang menjadikan dia Yahudi. Nasrani, atau Majusi. HR Bukhari.
Di dalam al-Qur’an dinyatakan pula bahwa tidak akan pernah terjadi perubahan pada fitrah beragama manusia. Hal itu dinyatakan dalam
firman Allah tentang kisah Fir’aun yang akhirnya mengakui Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa ketika dia akan tenggelam karena mengejar Nabi
Musa. Kisah tersebut terdapat dalam Q.S. Yunus ayat 90 yang berbunyi:
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas
mereka; hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai
oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri kepada Allah.”
tΒuρ u’Í
Iω ߉ç7ôãr
“Ï© ’ÎΤtsÜsù
Ïμø‹s9Îuρ tβθãèy_öè?
∩⊄⊄∪
øŒÎuρ x‹s{r
y7•u‘ .⎯ÏΒ
û©Í_t tΠyŠu™
⎯ÏΒ óΟÏδÍ‘θßγàß
öΝåκtJ−ƒÍh‘èŒ öΝèδy‰pκô−ruρ
’n?tã öΝÍκŦàΡr
àMó¡s9r öΝä3ÎntÎ
θä9s 4’n?t
¡ tΡô‰Îγx©
¡ χr
θä9θàs? tΠöθtƒ
Ïπyϑ≈uŠÉø9 ¯ΡÎ
¨Ζà2 ô⎯tã
x‹≈yδ t⎦,ÎÏ≈xî
∩⊇∠⊄∪
tΡø—uθ≈y_uρ û©Í_t7Î
Ÿ≅ƒÏ™ℜuó Î tóst7ø9
óΟßγyèt7ø?rsù ãβöθtãöÏù
…çνߊθãΨã_uρ \‹øót
·ρô‰tãuρ ©¨Lym
sŒÎ çμŸ2u‘÷Šr
ä−ttóø9 tΑs
àMΖtΒu™ …çμ¯Ρr
Iω tμ≈s9Î
ωÎ ü“Ï©
ôMuΖtΒu™ ⎯ÏμÎ
þθãΖt Ÿ≅ƒÏ™ℜuó Î
OtΡruρ z⎯ÏΒ
t⎦⎫ÏϑÎ=ó¡ßϑø9 ∩®⊃∪
34 35
PSIKOLOGI AGAMA PSIKOLOGI AGAMA
Allah menjawab pengakuan Fir’aun terhadap Allah yang sangat terlambat itu dengan firman Allah dalam Q.S Yunus ayat 91-92 sebagai
berikut:
Apakah sekarang baru kamu percaya, padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat keru-
sakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesung-
guhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.
Sumber jiwa keberagamaan manusia untuk taat kepada Allah juga disebabkan Allah telah meniupkan ruh-Nya kepada manusia. Ruh manusia
yang berasal dari Allah tentu merindukan kembali kepada asalnya. Allah berfirman dalam Q.S As-Sajadah ayat 9 yang berbunyi:
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh ciptaan- Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati;
tetapi kamu sedikit sekali bersyukur.
Allah juga memanggil jiwa-jiwa manusia untuk merasakan kete- nangan dengan selalu mengingatNya. Allah menjanjikan ketenangan
bagi jiwa yang selalu tunduk dan patuh terhadap perintah Allah dan menjauhi larangannya. Allah berfirman dalam Q.S. Ar-Ra’d ayat 28:
Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.
BAB IV MOTIVASI BERAGAMA