Sistem Klasifikasi Penggunaan Lahan

terjadi karena manusia yang merubah lahan tersebut pada waktu yang berbeda. Pola- pola perubahan lahan terjadi akibat responnya terhadap pasar, teknologi, pertumbuhan populasi, kebijakan pemerintah, degradasi lahan dan faktor sosial ekonomi lainnya.

2.2.2. Sistem Klasifikasi Penggunaan Lahan

Klasifikasi lahan adalah penyusunan lahan ke dalam kelas-kelas yang dipengaruhi oleh faktor karakteristik lahan, kualitas lahan, pengaruh dan pengelolaan pertanian, penggunaan lahan, potensi penggunaan lahan, kelayakan penggunaan lahan, desain penggunaan lahan dan sejarah penggunaan lahan. Kategori-kategori tersebut merupakan fundamental dalam identifikasi dari berbagai kelas dan responsibilitas dari rencana penggunaan lahan Lillasand dan Kiefer, 1990. Dalam klasifikasi penutupan lahan dan penggunaan lahan ada beberapa informasi yang tidak dapat di peroleh dari data penginderaan jarak jauh. Informasi mengenai penggunaan lahan tidak semuanya dapat langsung dikenali dari penutupan lahannya. Untuk menentukan penggunaan lahan diperlukan tambahan informasi untuk melengkapi data penutupan lahan. Skema klasifikasi yang banyak digunakan dalam kegiatan klasifikasi penutupan dan penggunaan lahan adalah skema klasifikasi yang disusun oleh USGS United State Geological Science sebagaimana dalam Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Format Interpretasi Citra pada Beberapa Tingkat Klasifikasi Penggunaan Lahan atau Penutupan Lahan Tingkat Klasifikasi Penggunaan Lahan Penutupan Lahan Ukuran yang Mewakili Interpretasi Citra I Landsat II Foto udara skala kecil III Foto udara skala sedang IV Foto udara skala besar Sumber: Lillasand dan Kiefer, 1990. Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Sistem Klasifikasi Penggunaan Lahan dan Penutupan Lahan untuk Digunakan dengan Data Penginderaan Jauh Lillasand dan Kiefer, 1990. No Tingkat I Tingkat II 1 Perkotaan atau lahan perkotaan a. Pemukiman b. Perdagangan dan jasa c. Industri d. Transportasi e. Kompleks industri dan perdagangan f. Kekotaan campuran atau lahan bangunan g. Kekotaan dan lahan bangunan lainnya 2 Lahan pertanian a.Tanaman semusim dan padang rumput b. Daerah buah-buahan c. Lahan tanaman obat d. Lahan pertanian lainnya 3 Lahan peternakan a. Lahan pengembalaan terkurung b Lahan perternakan semak dan belukar c. Lahan campuran 4 Lahan hutan a. Lahan hutan gugur daun semusim b. Lahan hutan yang selalu hijau c. Lahan hutan campuran 5 Air a. Sungai dan kanal b. Danau, c. Waduk, d. Teluk dan muara 6 Lahan basah a. Lahan hutan basah b. Lahan Basah bukan Hutan 7 Lahan gundul a. Daratan garam kering b. Gisik c. Daerah berpasir selain gisik d. Tambang terbuka, pertambangan dan tambang kerikil 8 Padang lumut a. Padang lumut semak belukar b. Padang lumut tanaman obat c. Padang lumut lahan gundul d. Padang lumut daerah basah e. Padang lumut daerah campuran 9 Es dan salju abadi a. Lapangan salju abadi b. Glasier Sumber: Lillasand dan Kiefer, 1990. Menurut Lillasand dan Kiefer 1990, skema klasifikasi tersebut dirancang dengan menggunakan data penginderaan jauh orbital atau pada ketinggian dan diarahkan untuk memenuhi kriteria berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Tingkat ketelitian interpretasi minimum dengan menggunakan penginderaan jarak jauh harus tidak kurang dari 85. 2. Ketelitian interpretasi untuk beberapa kategori harus kurang lebih sama. 3. Hasil yang dapat diulang harus dapat diperoleh dari menafsir satu ke penafsir yang lain. 4. Sistem klasifikasi harus dapat diterapkan untuk daerah yang luas. 5. Kategorisasi harus memungkinkan penggunaan lahan ditafsir dari tipe penutupan lahannya. 6. Sistem klasifikasi harus dapat digunakan dengan data penginderaan jarak jauh yang diperoleh pada waktu yang berbeda. 7. Kategori harus dapat dirinci ke dalam sub kategori yang lebih rinci yang dapat diperoleh dari citra skala besar dan survei lapangan. 8. Pengelompokan kategori harus dapat dilakukan. 9. Harus dimungkinkan untuk dapat membandingkan dengan data penggunaan lahan dan penutupan lahan di masa yang akan datang. 2.3. Pengelolaan Wilayah Pesisir 2.3.1. Konsepsi Wilayah Pesisir