Onrizal dan Kusmana 2008, dengan beberapa aspek utama sebagai berikut; 1 Komposisi flora tersusun oleh 20 jenis flora mangrove, dengan jenis paling dominan
adalah A. marina. Jenis ini merupakan kelompok jenis pionir yang umumnya tumbuh pada lahan mangrove yang mengalami kerusakan danatau tertekan. 2 Tumbuhan
mangrove yang dijumpai hanya berada pada tingkat semai dan pancang, sedangkan tingkat pohon tidak dijumpai, sehingga tergolong hutan mangrove muda dan
merupakan gambaran dari ekosistem hutan yang mengalami ekspliotasi tidak terkendali. 3 Parameter tanah dan kualitas air yang penting bagi pertumbuhan
mangrove, secara umum tidak melampaui ambang batas yang diperkenankan, kecuali potensi pirit yang terdapat di kedua sistem lahan yang akan mengancam pertumbuhan
mangrove jika tidak segera teratasi, karena bersifat racun bagi tumbuhan.
6.2.2 Kesesuaian Peruntukkan Mangrove
Kondisi kesesuaian peruntukkan ekosistem mangrove di kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai tidak berbeda jauh dengan kondisi kerusakannya.
Banyak ditemukan bentuk pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan tipologi tapak dan geografisnya. Kawasan-kawasan yang memiliki aksesibilitas lebih baik, baik
melalui moda darat maupun perairan, sebagian besar telah mengalami alih fungsi menjadi kawasan-kawasan pemukiman, pertambakan dan pertanianperkebunan.
Termasuk dalam hal ini areal sepanjang tepi laut dan areal kanan-kiri sungai yang semestinya menjadi jalur hijau dan pelindung bagi system kehidupan di kawasan
pesisir. Selain kondisinya tidak lagi normal, ekosistem mangrove yang tersisa di
kawasan ini justru banyak yang berada pada areal-areal yang berada di luar peruntukan semestinya. Seain itu, ekosistem mangrove yang tersisa sering kali tidak
memiliki akses yang baik terhadap mekanisme pasang surut yang merupakan
Universitas Sumatera Utara
prasyarat utama ekosistem ini. Terputusnya ekosistem mangrove dari mekanisme pasang surut yang baik terjadi akibat adanya konversi pada sebagian lahannya,
sehingga menutup akses terhadap kawasan di atasnya. Namun juga ditemukan adanya keterputusan akses terhadap pasang surut yang disengaja untuk merubah tipologi
ekosistem lahan basah pasang surut menjadi ekosistem lahan kering untuk tujuan budidaya lain.
Pembahasan di atas sejalan dengan hasil analisis tingkat kesesuaian yang menempatkan kawasan ini secara keseluruhan berada pada kisaran tidak sesuai-
sedang skor 2.6. Bahkan, 50 dari desa-desa yang berada di kawasan ini berada pada kondisi tidak sesuai Tabel 17. Pada desa-desa ini bentuk pemanfaatan lahan
pesisir sudah didominasi kegiatan budidaya pertanian, baik perkebunan, pertambakan maupun pertanian lahan basah persawahan. Secara umum kondisi tersebut dapat
ditunjukkan melalui Gambar 13.
Sumber: Google Earth, 2010
Gambar 13. Gambaran Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Onrizal dan Kusmana 2008, parameter tanah dan kualitas air yang penting bagi pertumbuhan mangrove yang melampaui ambang batas yang
diperkenankan di kawasan ini adalah potensi pirit yang akan mengancam pertumbuhan mangrove jika tidak segera teratasi, karena bersifat racun bagi
tumbuhan. Potensi pirit di ekosistem mangrove biasanya meningkat apabila terjadi genangan tidak terjangkau sirkulasi pasang surut air laut. Hal di atas dikarenakan
adanya perubahan peruntukkan yang memutus alur sirkulasi pasang surut.
6.2.3. Faktor-faktor Penyebab Kerusakan Ekosistem Mangrove