Karakteristik RespondenNara Sumber Hasil Penelitian

4. Memfasilitasi pemerintah daerah dalam mencapai tujuan-tujuan pembangunan pesisir di daerah provinsi, daerah kabupatenkota dan nasional yang relevan.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Hasil Penelitian

6.1.1. Karakteristik RespondenNara Sumber

Subyek dalam penelitian ini terdiri dari nara sumber yang berasal dari unsur pemerintah kabupaten Serdang Bedagai, akademisiahli dan LSMorganisasi profesi 20 orang, serta responden yang sekaligus nara sumber yang berasal dari unsur masyarakat di desa penelitian 180 orang. Karakteristik responden merupakan salah satu faktor yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kondisi lingkungan di kawasan hutan mangrove. Hal ini dikarenakan, responden bertempat tinggal dan melakukan kegiatan di sekitar kawasan hutan mangrove. Karakteristik responden yang dianalisis dalam penelitian ini adalah umur, jenis mata pencaharian, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Umur responden dalam penelitian ini berkisar 21 - 78 tahun. Distribusi responden berdasarkan umur, ditampilkan pada Tabel 12. Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Umur No Kelompok Umur tahun Jumlah Responden org Proporsi 1 20 – 30 5 2,81 2 31 – 40 57 31,62 3 41 – 50 71 39,43 4 51 – 60 38 21,12 5 60 9 5,02 Jumlah 180 100 Tabel 12 menunjukkan bahwa kelompok umur terbanyak responden yang tinggal di sekitar kawasan hutan mangrove Kabupaten Serdang Bedagai adalah 41 - 50 tahun 39,43 . Menurut Mantra 2004, bahwa tenaga kerja merupakan Universitas Sumatera Utara penduduk yang dalam usia produktif yakni 25 - 64 tahun. Hal itu berarti, umur responden yang pada umumnya telah memiliki tanggung jawab dalam mencukupi kebutuhan keluarga, berada pada usia produktif sehingga mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam berpikir dan bertindak untuk merencanakan suatu kegiatan. Kemampuan berpikir dan bertindak yang lebih baik memungkinkan seseorang melakukan perubahan terhadap kondisi lingkungan tempat tinggalnya, jika dirasa dapat memberi manfaat secara ekonomis. Jenis mata pencaharian responden merupakan kegiatan yang dilakukan responden untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Jenis mata pencaharian responden pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kondisi fisik lahan yang tersedia, sumber daya manusia hingga modal yang dimiliki. Distribusi responden berdasarkan jenis mata pencaharian, ditampilkan pada Tabel 13. Tabel 13. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah Responden org Proporsi 1 Petani 94 52,22 2 Pedagang 22 12,22 3 KaryawanBuruh 28 15,53 4 Perangkat Desa 14 7,78 5 Nelayan 17 9,42 6 PNS 5 2,83 Jumlah 180 100 Tabel 13 menunjukkan bahwa jenis mata pencaharian responden terbanyak di kawasan sekitar ekosistem mangrove di Kabupaten Serdang Bedagai adalah petani 52,22 . Jenis mata pancaharian sebagai petani menjadi pilihan utama bagi responden dan penduduk lain yang tinggal di kawasan pesisir. Kondisi di atas menggambarkan struktur ekonomi masyarakat pesisir yang telah berubah berevolusi akibat adanya perubahan ekosistem lahan di kawasan tersebut. Hal ini dikarenakan kurang tersedia kesempatan kerja dan berusaha di sektor bahari, yang bersifat Universitas Sumatera Utara cenderung lebih eksploitatif sehingga menuntut ketersediaan sumber daya alam orisinil yang baik. Dalam kaitannya dengan kerusakan dan kesesuaian ekosistem mangrove, pekerjaan sebagai petani berpotensi membawa dampak buruk bagi keberadaan ekosistem mangrove yang terdapat di sekitar tempat tinggal mereka. Terlebih dengan semakin bertambahnya umur, bertambah tanggung jawab maka pekerjaan sebagai petani membutuhkan ruang kerja yang lebih luas lagi dalam rangka pemenuhan kebutuhan yang meningkat. Dalam kondisi seperti ini kawasan hutan mangrove yang ada berpotensi dijadikan pilihan lahan untuk berusaha. Selain bertani, kegiatan ekonomis baru juga muncul sebagai tindak lanjut pemanfaatan ekosistem mangrove yang sangat produktif. Di antaranya adalah penebangan kayu hingga kegiatan budidaya pertambakan. Di kawasan pesisir Kabupaten Serdang Bedagai kegiatan ini menjadi aktivitas mata pencaharian utama ataupun sampingan bagi sebagian masyarakatnya. Kegiatan ekonomis ini jika dilakukan terus-menerus akan dapat berdampak buruk bagi keberadaan hutan mangrove tersebut Tingkat pendidikan responden pada umumnya telah menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMU sederajat 37,25 . Hal ini dikarenakan umumnya responden adalah segmen masyarakat terpilih yang dianggap representatif terhadap populasi, sehingga cenderung berpotensi memiliki tingkat pendidikan danatau tingkat kosmopolitan yang relatif lebih baik. Meskipun begitu, masih terdapat respoden yang hanya menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SD 26,65 dan sisanya tingkat SLTP 31, 65 serta Perguruan Tinggi 4,45 . Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan, ditampilkan pada Tabel 14. Universitas Sumatera Utara Tabel 14 menunjukkan bahwa banyaknya responden dengan tingkat pendidikan SD, tidak berbeda jauh selisihnya dengan responden yang tingkat pendidikannya telah mencapai SLTP bahkan SMU. Akan tetapi masyarakat di lokasi penelitian umumnya mayoritas berpendidikan SDsederajat. Menurut Suharjito 2000, bahwa masyarakat yang mayoritas pendudukan berpendidikann SD termasuk dalam tingkat pendidikan rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan masih banyaknya responden dengan tingkat pendidikan yang masih rendah adalah karena jarak sekolah yang jauh dari tempat tinggal. Faktor-faktor lainnya seperti minat belajar yang rendah, kurangnya dorongan dari pihak keluarga, permasalahan kultural masyarakat pesisir hingga kondisi ekonomi keluarga yang tidak mampu. Tabel 14. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden org Proporsi 1 SDSederajat 48 26,65 2 SLTPSMPSederajat 57 31,65 3 SLTASMUSMKSederajat 67 37,25 4 Perguruan Tinggi D1, D2, D3, Akademi, Sarjana Muda, Sarjana, sederajat 8 4,45 Jumlah 180 100 Secara teoritis, tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam menyerap sebuah informasi dan melakukan perubahan maupun pengembangan terhadap suatu kegiatan. Dengan demikian, faktor pendidikan ini dikungkinkan akan memberi pengaruh terhadap kegiatan pengelolaan sumber daya ekosistem mangrove. Tingkat pendapatan responden cukup beragam. Secara umum tingkat pendapatan tersebut terkait dengan jenis pekerjaan yang dimiliki oleh masing-masing Universitas Sumatera Utara responden. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendapatan ditampilkan pada Tabel 15. Tabel 15. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan No. Tingkat Pendapatan Rp Jumlah Responden org Proporsi 1 Rp 1.000.000 64 35,65 2 Rp. 1.000.000 – Rp. 1.999.000 75 41,75 3 Rp. 2.000.000 – Rp. 2.999.000 22 12,35 4 Rp. 3.000.000 – Rp. 3.999.000 8 4,6 5 Rp. 4.000.000 10 5,65 Jumlah 180 100 Tabel 15 menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pendapatan responden di sekitar kawasan hutan mangrove Kabupaten Serdang Bedagai berada pada kisaran lebih kecil dari Rp. 2.000.000bulan 77,40 . Jika dilihat dari kondisi perekonomian saat ini, ditambah dengan jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan, tingkat penghasilan tersebut masih tergolong kurang dari cukup. Tingkat pendapatan yang masih dirasa kurang ini bisa menjadi alasan seseorang untuk melakukan kegiatan usaha lainnya dengan memanfaatkan sumber daya lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini adalah sumberdaya alam yang menjadi sasaran terdekatnya adalah ekosistem mangrove. Sampai batas tertentu, kegiatan pemanfaatan hutan mangrove masih tidak memberi pengaruh buruk bagi keberadaan hutan mangrove. Akan tetapi, jika dilakukan dengan terus-menerus tanpa adanya kegiatan rehabilitasi lingkungan, pada akhirnya berpotensi merusak ekosistem hutan mangrove.

6.1.2. Kondisi Spasial Biofisik Ekosistem Mangrove