Tempat dan Waktu Penelitian Penentuan Obyek yang Diteliti Pola Pengembangan Usaha Interaksi Sederhana

59 3 METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya daerah pantai yang potensial dan diandalkan usaha perikanannya. Penelitian dilakukan mulai bulan Januari tahun 2005 sampai dengan bulan Juni tahun 2007.

3.2 Penentuan Obyek yang Diteliti

Usaha perikanan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut bidang usahanyaaktivitasnya ada tiga 3 kelompok industri perikanan yang kegiatan utamanya adalah industri perikanan tangkap dengan ukuran 5GT sd 20 GT sebanyak 304 kapal, kelompok usaha pengolahan dengan jumlah 51 orang dan kelompok pemasaran hasil perikanan sebanyak 40 orang. Dalam penelitian ini Usaha perikanan tangkap adalah fokus perhatian.

3.3 Jenis, Sumber, dan Ukuran Sampel Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan di lapangan berkaitan dengan kelompok usaha perikanan tangkap. Data sekunder adalah data-data yang sudah tersedia yang mendukung kelengkapan data penelitian. Data sekunder dapat berasal dari aparat desa setempat, Dinas Kelautan dan Perikanan tingkat kabupaten atau Provinsi, Departemen Kelautan dan Perikanan, dan instansi lainnya yang terkait. Ukuran sampel sebanyak 121 sampel lebih dari 10 populasi. Penetapan ukuran sampel ini mengacu kepada Santoso 2007 dan metode estimasi matriks likelihood estimation yang mensyaratkan sampel harus berkisar antara 100 – 200 sampel. Rincian asal responden yang menjadi sampel penelitian ini dapat terlihat pada Tabel 3. Nelayan di Gunung Kidul populasi 150 kapal diambil sampel sebanyak 37, Nelayan Bantul populasi 102 kapal diambil sampel sebanyak 24, Nelayan Kulonprogo populasi 52 kapal diambil sampel sebanyak 28. Pengolah ikan populasi 52 pengolah dan diambil sampel 29 dan pedagang ikan populasi 10 pedagang diambil sampel sebanyak 25. 60 Tabel 3 Nahkodapemilik kapal, pengolah dan pedagang ikan No Palaku Usaha dan Lokasi Populasi Orang Sampel Orang Persentase 1 NahkodaPemilik di Gunung Kidul 150 56 37 2 NahkodaPemilik kapal di Bantul 102 25 24 3 NahkodaPemilik kapal di Kulon progo 52 15 28 4 Pengolah ikan 51

15 29

5 Pedagang ikan 40 10 25 Jumlah 395 121 30

3.3.1 Metode pengumpulan data primer

Metode pengumpulan data primer terdiri dari pemilihan kelompok sampling, identifikasi responden, dan pengumpulan data responden melalui pengisian kuestioner. Metode pengumpulan data ini dilakukan secara berurutan. 1 Pemilihan kelompok sampling Kelompok sampling yang dipilih adalah industri perikanan, lembaga, kelompok masyarakat, dan lainnya yang masih aktif beroperasi di bidang perikanan tangkap baik langsung maupun tidak langsung, baik formal maupun nonformal. Adapun faktor yang diperhatikan dalam pemilihan kelompok sampling tersebut : 1 Terkena program penguatan kelembagaan yang diprakarsai oleh Dinas dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2 Kontribusi kelompok dalam upaya pengembangan perikanan rakyat 3 Jumlah kelompok yang aktif di lokasi 4 Jenis aktivitas kelompok terkait bidang perikanan tangkap di lokasi 5 Lama berdirinya kelompok 6 Keterlibatan nelayan dan masyarakat pantai dalam kelompok 2 Identifikasi responden Responden merupakan perwakilan dari kelompok industri perikanan, lembaga, kelompok masyarakat, dan lainnya terkait bidang perikanan tangkap yang telah disampling. Adapun faktor yang diperhatikan dalam mengidentifikasi responden : 1 Posisi atau hubungan dengan kelompok 61 2 Tingkat pendidikan 3 Lama aktif atau berinteraksi dengan usaha perikanan tangkap 4 Skala kegiatan kelompok di bidang perikanan tangkap yang dikelola 5 Tanggungan keluarga atau pembiayaan lainnya 3 Pengumpulan data responden Data digolongkan bersifat Ordinal, menurut Ahmad et al. 2006, data membentuk suatu susunan dengan skala terendah dan tertinggi, dan jumlah antara dua angka atau penggolongan yang berurutan tidak sama. Pengumpulan data responden dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik wawancara terbuka dan contingent value method CVM. Teknik wawancara terbuka dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang telah tersedia atau data yang tidak tersedia tetapi dapat dicerna oleh responden berkaitan dengan kegiatan perikanan dikelolanya. CVM dilakukan untuk mengumpulkan data yang penting terutama yang berkaitan dengan keuangan namun maksudnya sulit dicerna responden. CVM dilakukan dengan menciptakan kondisi pasar hipotesis dan penawaran menyatu.

3.3.2 Metode pengumpulan data sekunder

Metode pengumpulan data sekunder terdiri dari studi kasus dan literatur, pendapat pakar, dan kombinasi ketiganya. 1 Studi literatur dan laporan hasil studi Studi literatur dan laporan hasil studi digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang berasal dari literatur atau hasil penelitian dengan kasus yang sama. 2 Pendapat pakar Pendapat pakar digunakan untuk mengumpulkan data yang tidak ditemukan atau kurang jelas dari hasil penelitian atau literatur. Pakar adalah birokrat, pengamat, maupun akademisi yang berkompeten di bidangnya. Data yang dikumpulkan bersifat data perkembangan, dan analisis prospek, dan kebijakan berkaitan dengan suatu kegiatan baik untuk pemantapan teori dan hasil studi yang ada maupun untuk kepentingan lainnya. 64 TUJUAN PEMBANGUNAN PERIKANAN Meningkatkan kesejahteraan nelayan KERANGKA ACUAN KERJA - Latar Belakang - Visi dan Misi - Maksud dan Tujuan - Sasaran PERSIAPAN - Mobilisasi personil - Penyiapan hardware software - Kuistioner - Methode pelaksanaan - Studi literatur PENERAPAN POLA KUB KUB : STSTUS DAN KONDISI WILAYAH KAJIAN - Kab Bantul - Kab Gn. Kidul - Kab Kulon Progo SURVEY DAN PENGUMPULAN DATA KUB : INTERNAL DAN EXTERNAL SURVEY LAPANGAN Pengumpulan Data Primer - Pemilihan KUB sampling dan responden - Wawancara terbuka - Contingent Value Method CVM - Dokumentasi - Observasi DATABASE : PRIMER SEKUNDER Pengumpulan Data Sekunder ANALISA KUALITATIF KUANTITATIF Analisa : - Analisa deskriftive - Kuantitatif perbandingan - Penyusunan kerangka teoritis dan pathdiagram - Measurement model dan struktural equation - Evaluasi goodness-of-fit dan effect analysis - Penyusunan formulasi strategi - IE Matrix, space matrix PENYUSUNAN MODEL PEMBERDAYAAN USAHA PERIKANAN PERBAIKAN MODEL PERSIAPAN SURVEY DAN PENGUMPULAN DATA PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA SiIDANG KOMISI DAN SEMINAR Gambar 7 Ilustrasi pelaksanaan penelitian 62 63 3 Kombinasi studi literatur, hasil studi, dan pendapat pakar Metode kombinasi digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang sumbernya banyak dan berantai. Metode kombinasi ini dapat dilakukan bila dari salah satu metode di atas belum didapatkan data yang dimaksud.

3.4 Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan analisis dengan menggunakan analisis Structural Equation Modeling SEM.

3.4.1 Pengembangan model teoritis

Pengembangan model teroritis dimaksudkan untuk mendapatkan justifikasi terhadap konsep-konsep yang dikembangkan sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan mendapat kebenaran secara ilmiah untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 3.2 halaman 83. Dalam kaitan ini, telaah pustaka, eksplorasi terhadap hasil-hasil penelitian yang berkaitan, dan diskusi pakar menjadi hal penting untuk dilakukan. Berdasarkan telaah pendahuluan, adapun komponen yang berpengaruh terkait pengembangan industri perikanan dijelaskan dalam kerangka pikir berikut ini: Dalam membangun model pemberdayaan usaha perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta ini memperhatikan hubungan antara Variabel laten yang masing-masing dipengaruhi beberapa indikator. Hubungan variabel laten terjadi sebagai berikut; Lingkungan industriusaha perikanan dibangun dari lingkungan internal, lingkungan industri dan lingkungan eksternal. Sedang lingkungan usaha perikanan dipengaruhi kebijakan pemerintah pusat dan daerah. Kebijakan pemerintah pusat dan daerah mempengaruhi Kompetensi strategi sumberdaya perikanan dimana akan meningkatkan kinerja usaha perikanan sehingga tujuan pembangunan pemerintah dapat tercapai 1 Lingkungan internal LINT terdiri dari indikator: 1 Teknologi 2 Administrasi 3 Manajemen 4 Modal 5 Sarana 6 Sumber daya manusia SDM 2 Lingkungan industri LIND terdiri dari indikator: 64 1 Entry Barrier 2 Pesaing 3 Supply 4 Sumber Daya 3 Lingkungan eksternal LEXT terdiri dari indikator diolah dari berbagai sumber 1 Politik 2 Ekonomi 3 Sosial 4 Budaya 4 Kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD : 1 Bunga 2 Teknologi 3 Prasarana 4 SDM 5 Kompetensi strategi SDM KSTG: 1 Produksi 2 Pemasaran 3 Keuangan 4 SDM 5 Research and Development 6 Kinerja usaha perikanan KUP terdiri dari indikator: 1 Payback Period 2 RugiLaba 3 Return of Investment ROI 4 Tumbuh Growth 7 Tujuan pembangunan perikanan TPP terdiri dari indikator : 1 Berkembang Developing 2 Equity 3 Sustainable 4 Daya Saing Dalam kaitan ini, analisis SEM dalam penelitian dikembangkan untuk melihatkan interaksi di antara komponen-komponen tersebut dan mengetahui interaksi mana yang paling berperan untuk pengembangan usaha perikanan untuk jelasnya 65 dapat dilihat pada rancangan awal path diagram untuk pengembangan industri perikanan rakyat Gambar 8. Gambar 8 Rancangan awal teoritis path diagram untuk pengembangan usaha perikanan rakyat

3.4.2 Pembuatan path diagram

Pembuatan path diagram merupakan kegiatan penggambaran interaksi komponen-komponen yang dikembangkan secara teoritis yang kemudian menjadi KPD ξ 4 Substitusi produk X34 Supply X33 Sosial X23 Ekonomi X22 Budaya X24 SDM Y14 Pemasaran Y12 Keuangan Y13 Produksi Y11 ResearchDevelop ment Y15 Payback periode Y21 RugiLaba Y22 ROI Y23 Growth Y24 Politik X21 Teknologi X11 Administrasi X12 Sarana X15 Pesaing X32 LEXT ξ2 LIND ξ3 KSTD η1 LINT ξ1 KUP η2 Manajemen X13 Modal X14 SDM X16 Growth Y 31 Sustainable Y 33 Equity Y 32 Daya saing Y 34 LUP ξ 3 TPP η3 Entry Barrier X31 LIP – LingkunanUusaha Perikanan LINT – Lingkungan Internal LIND – Lingkungan Industri LEXT – Lingkungan Ekternal KPD – Kebij. Pemerintah PusatDaerah KSTG – Kompetensi Strategi SDM KUP – Kinerja Usaha Perikanan TPP – Tujuan Pembangunan Perikanan Bunga X41 Teknologi X42 SDM X43 Prasarana X43 66 konstruk penelitian. Dalam penggambaran ini, konstruk penelitian tersebut harus dilengkapi dengan dimensi-dimensi konstruk. Ada beberapa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dan secara garis besar dibagi dalam lima kelompok hipotesis, yaitu : 1 Faktor lingkungan internal LINT berpengaruh terhadap lingkup usaha perikanan LUP. 2 Faktor lingkungan industri LIND berpengaruh terhadap lingkup usaha perikanan LUP. 3 Faktor lingkungan eksternal LEXT berpengaruh terhadap lingkup usaha perikanan LUP. 4 Lingkup usaha perikanan LUP berpengaruh kebijakan pemerintah pusatdaerah KPD 5 Lingkup usaha perikanan LUP berpengaruh kinerja usaha perikanan KUP 6 Lingkup usaha perikanan LUP berpengaruh tujuan pembangunan perikanan TPP. 7 Lingkup usaha perikanan LUP berpengaruh terhadap kompetensi strategi SDM KSTG, 8 Kebijakan pusat atau daerah KPD berpengaruh kompetensi strategi SDM KSTG, 9 Kebijakan pemerintah pusat atau daerah KPD berpengaruh kinerja usaha perikanan KUP 10 Kebijakan pemerintah pusat atau daerah KPD berpengaruh tujuan pembangunan perikanan. 11 Kompetensi strategi SDM KSTG berpengaruh terhadap kinerja usaha perikanan KUP. 12 Kinerja usaha perikanan KUP berpengaruh terhadap tujuan pembangunan perikanan TPP di Povinsi Daerah Istimewa Yogyakarta DIY. Dalam kaitan ini, telaah pustaka menjadi hal penting untuk menetapkan dimensi konstruk yang tepat. Path diagram dibuat menggunakan program AMOS 4.01. Rancangan awal path diagram untuk pengembangan usaha perikanan rakyat berdasarkan telaah di atas terdapat pada Lampiran 2. Hasil telaah ini dapat membantu mengembangkan pola pikir yang berbasi teori, sehingga akan membantu dalam analisis hasil penelitihan dan mencari solusi permasalahan pengembangan industri perikanan kususnya di Yogyakarta umumnya di Indonesia. 67

3.4.3 Perumusan m easurement model dan structural equation

Stiroh 2001, A Premary Motivation for Developing Endogenous Growth dels was the Desire to avoid the Neoclassial implication that only Exogenous Technical Progres driver long run Productivity Growth. Tahapan ini merupakan perumusan path diagram ke dalam persamaan matematis, sehingga dapat digunakan untuk analisis SEM. Persamaan tersebut terdiri dari persamaan pengukuran measurement model dan persamaan struktur structural equation. Rumusan untuk persamaan pengukuran measurement model adalah : 5 1 5 15 4 1 4 14 3 1 3 13 2 1 2 12 1 1 1 11 δ ξ λ δ ξ λ δ ξ λ δ ξ λ δ ξ λ + = + = + = + = + = X X X X X 44 4 44 44 43 4 43 43 42 4 42 42 41 4 41 41 14 3 14 34 13 3 13 33 12 3 12 32 11 3 11 31 10 2

10 25

9 2 9 24 8 2 8 23 7 2 7 22 6 1 6 21 δ ξ λ δ ξ λ δ ξ λ δ ξ λ δ ξ λ δ ξ λ δ ξ λ δ ξ λ δ ξ λ δ ξ λ δ ξ λ δ ξ λ δ ξ λ + = + = + = + = + = + = + = + = + = + = + = + = + = X X X X X X X X X X X X X 68 13 3

27 34

12 3

26 33

11 3

25 32

10 3

24 31

9 2 23 24 8 2 22 23 7 2 21 22 6 2 20 21 5 1 19 15 4 1 18 14 3 1 17 13 2 1 16 12 1 1 15 11 ε η λ ε η λ ε η λ ε η λ ε η λ ε η λ ε η λ ε η λ ε η λ ε η λ ε η λ ε η λ ε η λ + = + = + = + = + = + = + = + = + = + = + = + = + = Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Sedangkan rumusan untuk persamaan struktur structural equation adalah : 2 2 2 3 3 3 5 1 1 2 2 3 4 1 1 3 3 2 2 1 1 3 ζ η β η ζ ξ γ η β η ζ ξ γ ζ ξ γ ξ γ ξ γ ξ + = + + = + = + + + = n Dimana : ij X = dimensi faktorkonstruk eksogen berturut-turut teknologi, administrasi, manajemen, modal, sarana, SDM, politik, ekonomi, sosial, budaya, entry barrier, pesaing, supply, bunga bank dan sumberdaya. ij Y = dimensi faktorkonstruk endogen berturut-turut adalah produksi, pemasaran, keuangan, SDM, research and development , feedback period, rugilaba, ROI, growth, equity, sustainable, dan daya saing; 23 1 − λ = loading factor terkait ij X dan ij Y ; β = regression weight, 13 1 − ε = error terkait ij Y ; 14 1 − δ = disturbance trem terkait ij X ; 3 1 − ξ = faktor konstruk eksogen berturut-turut adalah LINT, LIND, LEXT, dan KPD; 3 1 − η = faktor konstruk endogen berturut-turut adalah KSTD, KUP, dan TPP. Persamaan matematis tersebut digunakan untuk operasi AMOS. Sedangkan data-data yang akan digunakan diformat dengan program SPSS, MS Excel, MS Acess, atau program lain yang sesuai. 69

3.4.4 Pemilihan matriks input dan estimasi model

Matriks input yang dapat digunakan dalam analisis SEM terdiri dari matriks kovarian dan matriks korelasi. Dalam beberapa penelitian, matriks kovarian lebih sering digunakan karena keunggulannya dalam menyajikan perbandingan yang valid antara populasi atau sampel yang berbeda. Teknik estimasi model yang digunakan dalam analisis ini terdiri dari : 1 Matriks likelihood estimation 2 Generalized least square estimation 3 Unweighted least square estimation 4 Scale free least square estimation 5 Asymptotically distribution free estimation Teknik estimasi tersebut dapat dipilih sesuai dengan ukuran sampel. Oleh karena dalam penelitian ukuran sampel adalah antara 100 – 200 sampel Ferdinand 2002, maka teknik estimasi yang digunakan matriks likelihood estimatio. Teknik estimasi ini dapat berubah bila kondisi lapangan menginginkan ukuran sampel yang lebih banyak.

3.4.5 Evaluasi kriteria g oodness-of-fit

Tahapan ini merupakan kegiatan kegiatan mengevaluasi kesesuaian model yang dibuat menggunakan berbagai kriteria goodness-of-fit. Secara garis tahapan ini terdiri dari tiga kegiatan besar, yaitu evaluasi data yang digunakan apakah memenuhi asumsi-asumsi SEM atau tidak, uji kesesuaian dan uji statistik, dan effect analysis. Evaluasi asumsi SEM meliputi evaluasi ukuran sampel, normalitas, outliers dan lain-lain. Sedangkan uji kesesuaian dan uji statistik terdiri dari : 1 X 2 Uji ini digunakan untuk mengukur overall fit atau kesesuaian model yang dibangun dengan data yang ada. -Chi-square statistic 2 Significance Probability nilainya harus lebih besar atau sama dengan 0.05 3 The root mean square error of approximation RMSEA RMSEA adalah indeks yang digunakan untuk mengkompensasi Chi-square statistic dalam sampel yang besar. Model yang dibangun dapat diterima bila memenuhi goodness-of-fit Index dan mempunyai nilai RMSEA lebih kecil atau sama dengan 0,08. 70 Tabel 4 Goodness-of-fit Index No Goodness of fit Index Cut-off Value 1 X 2 Diharapkan kecil -Chi-squarey 2 Significance Probability ≥ 0.05 3 RMSEA ≤ 0.08 4 GFI ≥ 0.90 5 AGFI ≥ 0.90 6 CMINDF ≤ 2.00 7 TLI ≥ 0.95 8 CFI ≥ 0.95 Sumber : Ferdinand 2002 4 Goodness of fit index GFI GFI digunakan untuk menghitung proporsi tertimbang varian dalam matriks kovarian sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarian populasi yang terestimasi. GFI mempunyai nilai antara 0 poor fit – 1 perfect fit. 5 Adjusted goodness of fit index AGFI AGFI analog dengan R 2 6 Indeks CMINDF dalam regresi berganda, dengan tingkat penerimaan yang direkomendasikan sama atau lebih besar dari 0,9. Indeks CMINDF merupakan pembagian X 2 7 TuckerLewis index TLI dengan degree of freedom. Indeks ini menunjukkan tingkat fitnya model. TLI merupakan alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. 8 Comparative fit index CFI CFI merupakan index yang menunjukkan tingkat fitnya model yang dibangun. Berbeda dengan indeks lainnya, indeks ini tidak tergantung pada ukuran sampel. Secara keseluruhan, tingkat penerimaan model yang dibangun berkaitan dengan indeks-indeks evaluasi tersebut disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 ini merupakan pedoman untuk mnguji validitas model yaitu setelah model tersebut valit baru melakukan langkah berikutnya yaitu menganalisis hubungan atau interaksi variabel-variabel yang berinteraksi positif dan signifikan. Variable-variabel yang interaksi siganifikan dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di model tersebut, sehingga model yang dibangun dapat dipakai untuk membantu dalam memberdayakan usaha kecil dan menengah. 71 Gambar 9 Kerangka operasional analisis SEM terhadap usaha perikanan di DIY Step dari Model Komputerisasai AMOS 4.01, SPSS, MS Excell, dll Data hasil identifikasi dan data analisis kelayakan usaha Pengembangan model teoritis Terjemahan teori ke dalam Path diagram Perumusan measurement model dan structural equation Uji kesesuaian dan statistik goodness-of-fit index: X 2 -Chi-square, Significance Probability, RMSEA, GFI, AGFI, CMINDF, TLI, CFI Layakditerima Tidak Revisi Model Ya Analisis direct effect, inderect effect, total effect Konstruk yang paling berpengaruh akan menjadi pokok perhatian 72

3.4.6 Interpretasi model

Interpretasi model merupakan kegiatan menjelaskan dan menganalisis pengaruh effect analysis dari interaksi antara komponenkonstruk yang dikembangkan dalam model dikaitkan dengan kondisi nyata yang ada. Effect analysis ini dilakukan setelah model yang dibangun telah diuji kesesuaiannya dan dievaluasi secara statistik dan telah dinyatakan layak atau diterima. Effect analysis dimaksudkan untuk melihat tingkat pengaruh effect antar konstruk baik pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung dalam hubungannya dengan kinerja usaha perikanan. Dari analisis ini dapat diketahui konstruk yang dalam hubungannya paling memberi pengaruh konstruk strategis, sehingga dapat dijadikan pokok perhatian untuk penyusunan strategi final atau analisis selanjutnya. Kerangka operasional analisis menggunakan structural equation modeling SEM terlihat pada Gambar 9. 73 4 HASIL PENELITIAN Industri perikanan di Daerah Istimewa Yoyakarta yang baru berkembang ialah industri penangkapan ikan, industri pengolahan ikan dan industri pemasaran. Usaha penangkapan masih menggunakan perahu motor tempel berukuran 3-5 GT diawaki 1- 2 orang dan wilayah penangkapannya di pantai Laut India kosentrasinya di Kabupaten Gunung kidul, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon progo. Pendapatanya per KK rata-rata sebesar Rp.546.41,- per bulan masih paling rendah bila dibandingkan dengan kelompok pengolah ikan Rp.626.245,- per bulan dan pedagang ikan Rp. 762.668,- per bulan.

4.1 Model Pengembangan Industri Perikanan Dengan Interaksi Sederhana Komponen Terkait

Model pengembangan sederhana meliputi aspek teoritis, interaksi terkait LINT, LIND, LEXT, LUP, KPD, KSTG, KUP dan TPP dengan lebih jelasnya sebagai berikut:

4.1.1 Aspek teoritis pengembangan model

Model pengembangan industri perikanan ini didesain sedemikian rupa dengan memadukan interaksi berbagai komponen terkait yang secara teoritis dibutuhkan dalam pengembangan industri perikanan. Hasil kajian teoritis menunjukkan bahwa beberapa komponen yang terkait dengan pengembangan industri perikanan adalah lingkungan internal LINT, lingkungan industri LIND, lingkungan eksternal LEXT, kompetensi strategi SDM KSTG, kinerja usaha perikanan KUP, dan tujuan pembangunan perikanan TPP. Lingkungan internal LINT dianggap penting dalam pengembangan industri perikanan karena kondisi internal merupakan pijakan aktivitas industri perikanan dan penentu utama apa yang akan diperbuat oleh industri perikanan tersebut. Hal yang terkait atau menjadi parameter lingkungan internal ini adalah teknologi, pesaing, manajemen, modal, sarana, dan sumberdaya manusia. Lingkungan eksternal LEXT dianggap penting dalam pengembangan industri perikanan karena konsentrasi industri dan arah pengembangannya tidak bisa lepas dari kondisi yang ada di sekitarnya, baik yang secara langsung mempengaruhi maupun yang tidak langsung mempengaruhi kegiatan industri perikanan. Menurut Bygrave 74 1997 dan Asri 2000, kondisi eksternal yang mempengaruhi kegiatan usahaindustri terdiri kondisi politik, ekonomi, dan sosial di lokasi indu stri. Komponen ketiga yang terkait dengan pengembangan industri perikanan adalah lingkungan industri LIND. Lingkungan industri LIND merupakan kondisi yang khusus disebabkan oleh berbagai aktivitas pada dunia industri yang dapat mempengaruhi industri perikanan yang dikembangkan. Menurut Porter 1980, komponen atau hal yang terkait atau menjadi parameter lingkungan industri adalah entry barrier , pesaing, supply, dan sumberdaya. Kompetensi strategi SDM KSTG dianggap penting dalam pengembangan industri perikanan karena strategi merupakan langkah atau upaya yang akan dilakukan dalam kaitan dengan pengembangan industri perikanan. Menurut Dollinger dan Marc 1998 dan hasil studi pendahuluan, kompetensi strategi SDM biasanya dilakukan berkaiatan dengan produksi, pemasaran, dan keuangan. Kinerja usaha perikanan KUP menjadi hal penting dalam pengembangan industri perikanan karena kinerja merupakan tolok ukur dari maju mundurnya industri perikanan yang dikembangkan. Parameter kinerja penting untuk menunjukkan performance atau posisi bisnis dari industri perikanan yang dikembangkan. Menurut Senge 1990 dan hasil studi pendahuluan, berbagai hal yang terkait dengan kinerja organisasi adalah payback period, rugilaba, return of investment ROI, dan growth. Kinerja organisasi ini sangat menentukan sejauh mana capaian-capaian yang di dapat oleh industri perikanan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan perikanan yang diharapkan. Tujuan pembangunan perikanan TPP merupakan maksud dan harapan akhir dari dikembangkannya industri perikanan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan mengacu kepada pedoman umum pembinaan kelompok usaha bersama perikanan 2006 dan peraturan menteri kelautan dan perikanan tentang usaha perikanan tangkap 2006, serta hasil studi pendahuluan, maka tujuan pembangunan perikanan yang diharapkan adalah terjadinya pertumbuhan growth, kesinambungan sustainable dan daya saing dalam aktivitas industri perikanan. Hal ini dianggap perlu supaya industri perikanan yang dikembangkan dapat memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan usaha perikanan tangkap, khususnya di DI Yogyakarta. Agar ada pertumbuhan sebaiknya melakukan optimalisasi pemanfaatan atau pengoperasian alat-alat aset perikanan dan efisiensi pembiayan operasional baik pemerintah maupun swasta, BUMND dan koperasi. 75

4.1.2 Interaksi terkait lingkungan internal LINT

Hasil analisis SEM terkait konstruk lingkungan internal LINT ditunjukkan pada Gambar 10, sedangkan nilai koefisien interaksi dan significance of probability untuk setiap dimensi konstruk dan setiap konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan internal LINT ditunjukkan pada Tabel 5. dan Tabel 6. konstruk lingkungan internal LINT berpengaruh positif signifikan sebesar 0,132 dengan nilai p = 0,011 terhadap dimensi konstruk teknologi X11, berpengaruh positif signifikan sebesar 0,11 dengan nilai p = 0,021 terhadap dimensi konstruk administrasi X12, berpengaruh positif signifikan sebesar 1,000 dengan nilai p = 0,040 terhadap dimensi konstruk manajemen X13, dan berpengaruh positif signifikan sebesar 0,053 dengan nilai p = 0,022 terhadap dimensi konstruk sumber daya manusia X16. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi X11, administrasi X12, dan sumber daya manusia X16 menjadi indikator penting dan serius menentukan maju mundurnya kegiatan perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dimensi konstruk modal X14 dan sarana X15 merupakan dimensi konstruk yang tidak dipengaruhi secara signifikan karena mempunyai nilai p 0,05 dan koefisien interaksi masing-masing 0,215 dan 0,075. Terkait dengan ini, maka modal X14 dan sarana X15 tidak menjadi indikator penting yang secara internal mengganggu pengembangan industri perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Diantara lima dimensi konstruk yang dipengaruhi signifikan tersebut, manajemen X13 merupakan dimensi konstruk yang dipengaruhi paling dominan koefisien pengaruh =1,000 dengan nilai p = 0,040. Hal ini mengindikasikan bahwa manajemen yang merupakan aspek internal yang paling sensitif dan dapat menganggu kondisi internal industri perikanan. Terkait dengan ini, maka manajemen pengelolaan industriusaha perikanan tangkap harus segera dibenahi dalam upaya kegiatan pemberdayaan dan pengembangan industri perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam pembenahan manajemen harus dilakukan latihan dalam diklat, magang atau pendampingan yaitu penyuluhan. Para nelayan harus dikenalkan fungsi manajemen dan penerapannya. Fungsi manajemen yaitu cara menyusun perencanaan, pengorganesasian yaitu menyususn struktur organesasi sekalian uraian tugas, penempatan tenaga kerja yang sesuai kompetensinya, pelasanaan operasional dan kontrol yang berupa laporan administrasi operasional, laporan keuangan yang semuanya dibuat secara periodik bulanan, triwulanan, semesteran dan tahunan. 76 Tabel 5 Koefisien pengaruh dan significance of probability dimensi konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan internal LINT Konstruk Dimensi konstruk indikator Koefisien pengaruh p STS Keterangan Lingkungan Internal LINT Teknologi X11 0,132 0,011 S Administrasi X12 0,110 0,021 S Manajemen X13 1,000 0,040 S Modal X14 0,215 0,067 TS Sarana X15 0,075 0,104 TS SDM X16 0,052 0,022 S Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. Dimensi konstruk lainnya yang juga dipengaruhi dengan jelas adalah teknologi X11, administrasi X12 dan SDM X16. Teknologi dipengaruhi urutan kedua oleh Lingkungan Internal karena kegiatan perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta masih banyak menggunakan alat tangkap yang sederhana dan tradisional. Untuk pengembangan ke depan, masalah teknologi ini perlu menjadi perhatian penting dalam optimalisasi pemberdayaan usahaindustri perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta. merupakan dimensi konstruk urutan ketiga yang dipengaruhi serius oleh konstruk lingkungan internal LINT. Tertib administrasi mengharuskan internal industriusaha perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta perlu dibangun sistem administrasi sehingga usaha yang ada dapat diberdayakan secara maksimal dan pengembangan yang diinginkan dapat tercapai. Terkait dengan ini perlu diupayakan interaksi yang positif antara stakeholders yang terkait yang mengarah pada perlindungan usaha dari dampak negatif persaingan. Pengembangan sumberdaya manusia SDM juga merupakan kunci keberhasilan dalam usaha, sehingga perlu dilakukan latihan teknis teknologi dan manajemen proporsional. Hasil analisis SEM pada Tabel 6, menunjukkan konstruk lingkungan internal LINT berpengaruh positif signifikan terhadap konstruk lingkup usaha perikanan tangkap LUP sebesar 0,094 dengan nilai p = 0,029. Hubungan lingkungan internal dengan lingkup usaha perikanan dapat menggambarkan bahwa lingkup usaha perikanan dibangun dari lingkungan internal dimana terdapat indikator-indikator: teknologi, administrasi, manajemen, permodalan, sarana dan prasarana serta ketangguhan sumberdaya manusia. Dalam penelitihan ini indikator manajemen yang merupakan indikator yang harus diperhatikan. 77 Tabel 6 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan internal LINT Konstruk Konstruk indikator Koefisien pengaruh P STS Keterangan Lingkungan internal LINT Lingkup usaha perikanan LUP 0,094 0,029 S Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. Terkait hasil analisis tersebut, maka lingkup usaha perikanan LUP menjadi faktor yang berpotensi serius mempengaruhi aktivitas dan kondisi internal usaha perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini terjadi kemungkinan karena lingkup usaha perikanan tangkap menentukan jenis dan skala usaha perikanan tangkap yang dapat dilakukan oleh nelayan dan lainnya sehingga secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kondisi internal usaha perikanan tangkap yang ada. . Gambar 10 Model pengembangan industri perikanan dengan interaksi sederhana komponen terkait KSTG LUP KUP 78

4.1.3 Interaksi terkait lingkungan industri LIND

Path diagram hasil analisis SEM terkait konstruk lingkungan industri LIND ditunjukan pada Gambar 10, sedangkan nilai koefisien interaksi dan significance of probability untuk setiap dimensi konstruk dan setiap konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan industri LIND ditunjukkan pada Tabel 7. dan Tabel 8. Tabel 7 Koefisien pengaruh dan significance of probability dimensi konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan industri LIND Konstruk Dimensi konstruk indikator Koefisien pengaruh p STS Keterangan Lingkungan industri LIND Entry barrier X31 1,000 0,045 S Pesaing X32 0,105 0,023 S Supply X33 0,050 0,043 S Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. Berdasarkan hasil analisis tersebut, konstruk lingkungan industri LIND dalam pengembangan industri perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta mempengaruhi dimensi konstruk Entry barrier X31, Pesaing X32, dan Supply X33. Pengaruh konstruk Lingkungan Industri LIND terhadap ketiga dimensi konstruk menunjukkan Entry Barrier X31 dipengaruhi secara positif signifikan sebesar 1,000 dengan nilai p = 0,045, Pesaing X32 dipengaruhi secara positif signifikan sebesar 0,105 dengan nilai p = 0,023, dan Supply X33 dipengaruhi secara positif signifikan sebesar 0,05 dengan nilai p = 0,043. Hal ini menunjukkan bahwa Entry barrier X31, Pesaing X32, dan Supply X33 merupakan indikator penting dan berpotensi serius menganggu kegiatan perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta. Konstruk lingkungan industri LIND berpengaruh tidak signifikan terhadap konstruk lingkup usaha perikanan tangkap LUP sebesar 0,103 dengan nilai p = 0,067, karena probabilitasnya 0,05. Hubungan lingkungan industri dengan lingkup usaha perikanan tidak signifikan ini karena terjadi salah persepsi dimana bakwa bantuan-bantuan dari Departemen perisdutrian tidak dirasakan nyata oleh para nelayan. Bantuan pemerintah ke sektor perikanan dilakukan langsung oleh kementrian kelautan dan perikanan. Maka persepsinya para nelayan seolah-olah peran perindustrian tidak ada, maka akan dilakukan simalasi lagi sampai terjadi interaksi bebas. 79 Tabel 8 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan industri LIND Konstruk Konstruk indikator Koefisien pengaruh P STS Keterangan Lingkungan industri LIND Lingkup usaha perikanan LUP 0,103 0,067 TS Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan.

4.1.3 Interaksi terkait lingkungan eksternal LEXT

Hasil analisis SEM terkait konstruk lingkungan eksternal LEXT terlihat pada Gambar 10, sedangkan nilai koefisien interaksi dan significance of probability p untuk setiap dimensi konstruk dan setiap konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan eksternal LEXT terlihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Berdasarkan Tabel 9, konstruk lingkungan eksternal LEXT berpengaruh positif signifikan sebesar 0,07 dengan nilai p = 0,001 terhadap dimensi konstruk Politik X21, berpengaruh positif signifikan sebesar 0,102 dengan nilai p = 0,031 terhadap dimensi konstruk Ekonomi X22, dan berpengaruh positif signifikan sebesar 1,000 dengan nilai p = 0,048 terhadap dimensi konstruk Sosial X23. Hal ini menunjukkan bahwa Politik X21, Ekonomi X22, dan Sosial X23 menjadi indikator penting dan berpotensi serius secara eksternal dapat menganggu kegiatan perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta. Aspek sosial pada lingkungan eksternal merupakan aspek yang sangat penting karena aspek sosial dapat membuat lingkungan yang kondusif terhadap usaha perikanan. Misal usaha akan sulit berkembang apabila dilingkungan terjadi ketimpangan pendapatan masyarakat, pendidikan yang masih sangat rendak, jaminan kesehatan yang tidak ada dilinkungan tersebut. Tabel 9 Koefisien pengaruh dan significance of probability dimensi konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan eksternal LEXT Konstruk Dimensi konstruk indikator Koefisien Pengaruh p STS Keterangan Lingkungan eksternal LEXT Politik X21 0,070 0,001 S Ekonomi X22 0,102 0,031 S Sosial X23 1,000 0,048 S Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. 80 Dari ketiga dimensi konstruk tersebut, dimensi konstruk Sosial X23 merupakan dimensi konstruk yang dipengaruhi paling dominan koefisien pengaruh =1,000 dengan nilai p = 0,048 oleh lingkungan eksternal LEXT. Sedangkan aspek ekonomi merupakan dimensi konstruk urutan kedua yang dipengaruhi serius oleh lingkungan eksternal LEXT industri perikanan. Tabel 10 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan eksternal LEXT Konstruk Konstruk indikator Koefisien pengaruh P STS Keterangan Lingkungan eksternal LEXT Lingkup usaha perikanan LUP 0,098 0,048 S Keterangan : p = nilai significance of probabilit; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. Tabel 10 memperlihatkan bahwa konstruk lingkungan eksternal LEXT berpengaruh postif dengan nilai koefisien sebesar 0,098 dengan nilai p = 0,048. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif tersebut bersifat signifikan. Terkait hasil analisis tersebut, maka lingkup usaha perikanan LUP menjadi faktor yang berpotensi serius mempengaruhi aktivitas dan kondisi masyarakat di sekitar usaha perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini bisa dipahami, karena skala dan lingkup usahaindustri perikanan mempengaruhi interestkepedulian masyarakat terhadap bidang perikanan tangkap, misal ketertarikan untuk berusaha di bidang perikanan tangkap, mengatur pola konsumsi ikan keluarga, dan lainnya.

4.1.5 Interaksi terkait lingkup usaha perikanan LUP

Hasil analisis SEM terkait interaksi konstruk lingkup usaha perikanan LUP disajikan pada Tabel 11. dan Gambar 10. Berdasarkan hasil analisis tersebut, besaran pengaruh konstruk lingkup usaha perikanan LUP dijelaskan : 1 Konstruk lingkup usaha perikanan LUP berpengaruh positif terhadap konstruk kompetensi strategi SDM KSTG dengan nilai koefisien pengaruh 0,099 dan probabilitas 0,042. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif konstruk lingkup usaha perikanan LUP terhadap konstruk kompetensi strategi SDM KSTG bersifat signifikan. 81 2 Konstruk lingkup usaha perikanan LUP berpengaruh positif terhadap konstruk kinerja usaha perikanan KUP dengan nilai koefisien pengaruh 0,099 dan probabilitas 0,101. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif konstruk lingkup usaha perikanan LUP terhadap konstruk kinerja usaha perikanan KUP pengaruh tidak signifikan. 3 Konstruk lingkup usaha perikanan LUP berpengaruh positif terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP dengan nilai koefisien pengaruh 0,097 dan probabilitas 0,027. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif konstruk lingkup usaha perikanan LUP terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP bersifat signifikan. 4 Konstruk lingkup usaha perikanan LUP berpengaruh positif terhadap konstruk Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah dengan nilai koefisien pengaruh 0,11 dan probabilitas 0,310. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif konstruk lingkup usaha perikanan LUP terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP bersifat tidak signifikan. Terkait dengan hasil analisis tersebut, maka kompetensi strategi SDM KSTG dan tujuan pembangunan perikanan TPP menjadi indikatorfaktor yang berpotensi serius mempengaruhi jenis dan skala kegiatan yang menjadi lingkup industri perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan kinerja usaha perikanan KUP tidak dianggap seriustidak menjadi indikator penting yang diperhitungkan dalam penetapan Lingkup Industri Perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kompetensi strategi sumberdaya manusia ini meliputi penguasaan produksi, penguasaan pemasaran, penguasaan manajemen keuangan, penguasaan pengelolaan sumberdaya manusia dan penguasaan penelitian dan pengembangan di lingkup usaha perikanan. Kompetensi strategi sumberdaya manusia apabila SDM nya memiliki kopentensi penanganan produksi, pemasaran, keuangan, manajemen SDM dan penelitihan dan pengembangan, kesemuanya tentu akan meningkatkan kinerja usaha perikanan dan kierja usaha perikanan akan naik tinggi sudah pasti tujuan pembangunan akan dapat dicapai. Tujuan pembangunan yang harus dicapai dalam waktu dekat ini adalah keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, sosial, kelembagaan, politik dan lingkungan. Pembangunan yang akan dicapai harus ada keadilan yaitu perlindungan atau suatu aturan pembagian equiti aset harus dimiliki rakyat secara adil yang proporsional. 82 Tabel 11 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkup usaha perikanan LUP Konstruk Konstruk Indikator Koefisien Pengaruh P STS Keterangan Lingkup usaha perikanan LUP Kompetensi strategi SDM KSTG 0,099 0,042 S Kinerja usaha perikanan KUP 0,099 0,101 TS Tujuan pembangunan perikanan TPP 0,096 0,027 S Kebijakan pemerintah pusat daerah KPD 0,110 0,031 S Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. Dari dua konstruk yang berinteraksi signifikan dengan konstruk lingkup usaha perikanan LUP, pengaruh terhadap kompetensi strategi SDM KSTG sedikit lebih dominan. Hal ini menunjukkan bahwa jenis dan skala kegiatan yang menjadi lingkup usaha perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta selama ini dikembangkan dengan lebih mempertimbangkan kompetensi strategi SDM yang diterapkan daripada tujuan pembangunan perikanan yang ditetapkan Pemerintah. Terkait dengan ini, maka pengembangan usaha perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta harus mengakomodir kondisi tersebut.

4.1.6 Interaksi terkait kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD

Hasil analisis SEM terkait konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD terlihat pada Gambar 10, sedangkan nilai koefisien interaksi dan significance of probability p untuk setiap dimensi konstruk dan setiap konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan eksternal LEXT disajikan pada Tabel 12. dan Tabel 13. Berdasarkan Tabel 12, konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD berpengaruh positif tidak signifikan sebesar 0,179 dengan nilai p = 0,401 terhadap dimensi konstruk Bunga X41, berpengaruh positif signifikan sebesar 0,097 dengan nilai p = 0,013 terhadap dimensi konstruk teknologi X42, berpengaruh positif signifikan sebesar 0.226 dengan nilai p = 0,048 terhadap dimensi konstruk prasarana X43, dan berpengaruh positif signifikan sebesar 1,000 dengan nilai p = 0,040 terhadap dimensi konstruk SDM X44. 83 Tabel 12 Koefisien pengaruh dan significance of probability dimensi konstruk yang berinteraksi dengan konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD Konstruk Dimensi konstruk indikator Koefisien pengaruh P STS Keterangan Kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD Bunga X41 0,179 0,401 TS Teknologi X42 0,097 0,013 S Prasarana X43 0.226 0,048 S SDM X44 1,000 0,040 S Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi X42, prasarana X43, dan SDM X44 menjadi indikator kebijakan pemerintah penting dan berpotensi serius dapat menganggu kegiatan perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta jika tidak diperhatikan dengan baik. Dari ketiga dimensi konstruk tersebut, dimensi konstruk SDM X44 merupakan dimensi konstruk yang dipengaruhi paling dominan koefisien pengaruh =1,000 dengan nilai p = 0,040 oleh kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD. Sedangkan aspek prasarana merupakan dimensi konstruk urutan kedua yang dipengaruhi serius oleh kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD. Tabel 13 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk yang berinteraksi dengan konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD Konstruk Konstruk Indikator Koefisien pengaruh p STS Keterangan Kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD Kompetensi strategi SDM KSTG 0,097 0,048 TS Kinerja usaha perikanan KUP 0,858 0,033 S Tujuan pembangunan perikanan TPP 0,500 0,024 S Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. 84 Pada Tabel 13 terlihat bahwa konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja usaha perikanan KUP dan tujuan pembangunan perikanan TPP masing-masing dengan nilai koefisien sebesar 0,098 p = 0,033 dan 0,500 p = 0,024. Tujuan pembangunan perikanan TPP mempunyai dipengaruhi dengan koefisien positif paling tinggi menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah berperan nyata dalam menentukan tujuan pembangunan perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Oleh karenanya, hal ini harus benar-benar diperhatikan.

4.1.7 Interaksi terkait kompetensi strategi SDM KSTG

Kompetensi strategi SDM KSTG merupakan hal penting dalam penentuan berbagai langkah atau upaya yang perlu dilakukan dalam pengembangan industri perikanan. Strategi yang diambil dalam suatu usaha biasanya berkaitan dengan kondisi produksi, pemasaran, dan keuangan yang dapat dilakukan. Hasil analisis SEM terkait dimensi konstruk yang berinteraksi dengan konstruk kompetensi strategi SDM KSTG ini terlihat pada Tabel 14. dan Gambar 10. Berdasarkan hasil analisis tersebut, konstruk kompetensi strategi SDM KSTG berpengaruh tidak signifikan sebesar 1,000 dengan nilai p = 0,245 terhadap dimensi konstruk produksi Y11, berpengaruh positif signifikan sebesar 0,087 dengan nilai p = 0,044 terhadap dimensi konstruk pemasaran Y12, dan berpengaruh positif signifikan sebesar 0,088 dengan nilai p = 0,000 terhadap dimensi konstruk keuangan Y13. Tabel 14 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstrukdimensi konstruk yang berinteraksi dengan konstruk kompetensi strategi SDM KSTG Konstruk Konstruk dimensi konstruk indikator Koefisien pengaruh P STS Keterangan Kompetensi strategi SDM KSTG Produksi Y11 1,000 0,245 TS Pemasaran Y12 0,087 0,044 S Keuangan Y13 0,088 0,000 S Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. 85 Terkait dengan hasil analisis tersebut, maka aspek produksi Y11 tidak dianggap seriustidak menjadi indikator penting yang diperhitungkan dalam penentuan kompetensi strategi SDMindustri perikanan. Sedangkan aspek pemasaran Y12 dan keuangan Y13 menjadi faktor yang berpotensi serius mempengaruhi kompetensi strategi SDM yang dipilih dalam industri perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Oleh karena itu, dalam aplikasinya nanti kondisi pemasaran usaha maupun kondisi keuangan usaha harus menjadi titik berat dalam pengembangan keputusan kompetensi strategi SDM perikanan tangkap yang dikembangkan. Hasil analisis SEM pada Tabel 15 menunjukkan konstruk kompetensi strategi SDM KSTG berpengaruh positif terhadap konstruk kinerja usaha perikanan KUP sebesar 0,126 dengan nilai p = 0,035. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif tersebut bersifat signifikan. Tabel 15 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk yang berinteraksi dengan konstruk kompetensi strategi SDM KSTG Konstruk Konstruk indikator Koefisien pengaruh p STS Keterangan Kompetensi strategi SDM KSTG Kinerja usaha perikanan KUP 0,126 0,035 S Kompetensi strategi SDM KSTG adalah dari konstruk kinerja usaha perikanan KUP Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. Terkait hasil analisis tersebut, maka kinerja usaha perikanan KUP termasuk faktor serius mempengaruhi kompetensi strategi SDMindustri perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini terjadi karena strategi yang diambil dalam menjalankan suatu usaha sangat ditentukan oleh progress atau kinerja dari usaha tersebut selama ini.

4.1.8 Kinerja usaha perikanan KUP

Hasil analisis SEM terkait interaksi konstruk kinerja usaha perikanan KUP disajikan pada Tabel 16, Tabel 17, dan Gambar 10. Dalam kaitan dengan dimensi konstruk Tabel 16, konstruk kinerja usaha perikanan KUP mempengaruhi secara positif siginifikan dimensi konstruk payback period Y21 sebesar 0,011 dengan nilai p = 0,002, mempengaruhi secara positif tidak signifikan dimensi konstruk rugilaba 86 Y22 sebesar 0,054 dengan nilai p = 0,327, mempengaruhi secara positif signifikan dimensi konstruk return of investment Y23 sebesar 0,042 dengan nilai p = 0,001, dan mempengaruhi secara positif signifikan dimensi konstruk growth Y24 sebesar 0,086 dengan nilai p = 0,023. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka payback period Y21, return of investement Y23, dan growth Y24 menjadi dimensi konstrukfaktor yang serius diperhitungkan dalam memperbaiki kinerja usaha perikanan dan pengembangannya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam kaitan ini, maka ketiga dimensi konstruk dianggap sebagai indikator penting terkait kinerja usaha perikanan selama ini. Sedangkan rugilaba Y22 karena pengaruhi tidak signifikan, maka tidak dianggap seriustidak menjadi indikator penting yang diperhitungkan dalam proses operasi usaha perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini mengindikasi, bahwa faktor keuntungan yang berimplikasi terhadap kesejahteraan pelaku usaha perikanan tangkap tidak terlalu diperhatikan oleh pelaku usaha nelayan dan lainnya dalam menjalankan kegiatan usaha perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tabel 16 Koefisien pengaruh dan significance of probability dimensi konstruk yang berinteraksi dengan konstruk kinerja usaha perikanan KUP Konstruk Dimensi konstruk indikator Koefisien pengaruh P STS Keterangan Kinerja usaha perikanan KUP Payback period Y21 0,110 0,002 S RugiLaba Y22 0,054 0,327 TS Return of investment Y23 0,042 0,001 S Growth Y24 0,086 0,023 S Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. Dari tiga dimensi konstruk yang berinteraksi signifikan terhadap konstruk kinerja usaha perikanan KUP, pengaruh terhadap dimensi konstruk payback period Y21 lebih dominan. Hal ini menunjukkan bahwa perputaran usaha sangat penting dalam kegiatan Usaha perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta, dimana kemampuan nelayan dalam pengembalian pinjaman, perputaran usaha pengolah ikan, dan musim tangkap selalu menjadi pertimbangan nelayan dan lainnya dalam menjalankan usahaindustri perikanan. 87 Hasil analisis SEM pada Tabel 17. menunjukkan konstruk kinerja usaha perikanan KUP berpengaruh positif terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP sebesar 0,069 dengan nilai p = 0,031. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif tersebut bersifat signifikan. Tabel 17 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk yang berinteraksi dengan konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP Konstruk Konstruk indikator Koefisien pengaruh p STS Keterangan Kinerja usaha perikanan KUP Tujuan pembangunan perikanan TPP 0,069 0,031 S Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. Terkait hasil analisis tersebut, maka tujuan pembangunan perikanan TPP yang ditetapkan termasuk faktor serius mempengaruhi kinerja usaha perikanan KUP yang dijalankan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam kaitan ini, maka tujuan pembangunan perikanan tangkap harus selalu diupayakan dalam industriusaha perikanan tangkap yang ada. Bila belum terakomodir dengan baik, maka kinerja perlu ditingkatkan.

4.1.9 Tujuan pembangunan perikanan TPP

Hasil analisis SEM terkait interaksi terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP terlihat pada Tabel 18 dan Gambar 10. Dalam kaitan dengan dimensi konstruk padaTabel 18, konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP dipengaruhi secara positif tidak siginifikan oleh dimensi konstruk growth Y31 sebesar 0,09 dengan nilai p = 0,109, dipengaruhi secara positif signifikan oleh dimensi konstruk equity Y32 sebesar 0,054 dengan nilai p = 0,028, dan dipengaruhi secara positif signifikan oleh dimensi konstruk sustainable Y33 sebesar 1,000 dengan nilai p = 0,045. Dalam tujuan pembangunan pertumbuhan dianggap tidak terlalu diharuskan karena masyarakat terlalu kuawatir pertumbuhan yang cepat hanya menciptakan konglomerasi yaitu kekayaan aset dikuasai kapitalis. Pada penelitihan ini yang nampak penting adalah berkeadilan. Berkeadilan yang proprsional ini dengan mengendalikan antara pengusaha kecil dan besar tidak boleh melakukan akuisisi, hubungan buruh harus diatur terutama mengasuransikan tenaga kerja. 88 Tabel 18 Koefisien pengaruh dan significance of probability dimensi konstruk yang berinteraksi dengan konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP Konstruk Dimensi konstruk indikator Koefisien pengaruh P STS Keterangan Tujuan pembangunan perikanan TPP Growth Y31 0,090 0,109 TS Equity Y32 0,054 0,028 S Y33 Sustainable 1,000 0,045 S Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. Oleh karena pengaruhnya yang signifikan, maka equity Y32 dan sustainable Y33 menjadi dimensi konstruk yang berpotensi serius mempengaruhi tujuan pembangunan perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan dalam pengembangan industri perikanan menjadi indikator penting untuk pencapaian tujuan pembangunan. Sedangkan growth Y31 karena pengaruhnya yang tidak signifikan, maka tidak dianggap seriustidak menjadi indikator penting yang diperhitungkan dalam pencapaian tujuan pembangunan industri perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak signifikannya pengaruh growth memberi indikasi bahwa tujuan pembangunan perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak terlalu dipusingkan oleh pertumbuhan usaha perikanan tangkap yang dilakukan oleh nelayan. 4.2 Model Pengembangan Usaha Perikanan Dengan Interaksi Kompleks Dominan Dipengaruhi oleh Kondisi LINT, LIND dan LEX Model pengembangan ini merupakan modifikasi dari model pengembangan industri perikanan dengan interaksi sederhana, dimana interaksi dibuat lebih kompleks dan dominan dipengaruhi oleh konstruk lingkungan internal LINT, konstruk lingkungan industri LIND dan konstruk lingkungan eksternal LEXT. Ketiga konstruk ini dipilih sebagai variabel dominan dalam interaksi karena pengembangan aktivitas industri di suatu kawasan biasanya diawali pengembangan di dalam industri itu sendiri peningkatan kapasitas industri, kondisi lingkungan eksternal yang kondusif mendukung perkembangan industri, dan interaksi saling menopang dan membutuhkan diantara industri yang ada industri pemasok, substitusi, pengguna produk, dan seterusnya. Adanya interaksi-interaksi tersebut mempengaruhi 89 berkembangnya interaksi lainnya yang bersifat mempengaruhi atau dipengaruhi dalam aktivitas industri. Terkait dengan ini, maka modifikasi yang dilakukan diharapkan bisa menyerupai kondisi yang ada, termasuk dalam pengembangan industri perikanan ke depan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun interaksi baru dalam model pengembangan industri perikanan dengan interaksi kompleks ini dibandingkan dengan model pengembangan industri perikanan dengan interaksi sederhana adalah : 1 Konstruk lingkungan internal LINT yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan eksternal LEXT. 2 Konstruk lingkungan internal LINT yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan industri LIND. 2 Konstruk lingkungan internal LINT yang berinteraksi dengan konstruk Kompetensi Strategi SDM KSTG. 3 Konstruk Lingkungan Internal LINT yang berinteraksi dengan konstruk kinerja usaha perikanan KUP. 4 Konstruk lingkungan internal LINT yang berinteraksi dengan konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP. 5 Konstruk lingkungan eksternal LEXT yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan industri LIND. 6 Konstruk lingkungan eksternal LEXT yang berinteraksi dengan konstruk kompetensi strategi SDM KSTG. 7 Konstruk lingkungan eksternal LEXT yang berinteraksi dengan konstruk kinerja usaha perikanan KUP. 8 Konstruk lingkungan eksternal LEXT yang berinteraksi dengan konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP. 9 Konstruk lingkungan industri LIND yang berinteraksi dengan konstruk kompetensi strategi SDM KSTG. 10 Konstruk lingkungan industri LIND yang berinteraksi dengan konstruk kinerja usaha perikanan KUP. 11 Konstruk lingkungan industri LIND yang berinteraksi dengan konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP. 12 Konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD yang berinteraksi dengan konstruk kompetensi strategi SDM KSTG. 90 13 Konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD yang berinteraksi dengan konstruk kinerja usaha perikanan KUP. 14 Konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD yang berinteraksi dengan konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP. 15 Konstruk kompetensi strategi SDM KSTG yang berinteraksi dengan konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP.

4.2.1 Interaksi tambahan terkait lingkungan internal LINT

Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, interaksi tambahan terkait konstruk lingkungan internal LINT adalah pengaruh konstruk LINT terhadap konstruk lingkungan eksternal LEXT, konstruk lingkungan industri LIND, konstruk kompetensi strategi SDM KSTG, konstruk kinerja usaha perikanan KUP, konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP. Besaran pengaruh-pengaruh tersebut terlihat pada Tabel 19 dan dijelaskan : 1 Konstruk lingkungan internal LINT berpengaruh positif terhadap konstruk lingkungan eksternal LEXT dengan nilai koefisien pengaruh 0,086 dan probabilitas 0,002. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif konstruk lingkungan internal LINT terhadap konstruk lingkungan eksternal LEXT bersifat signifikan. 2 Konstruk lingkungan industri LIND pengaruh positif konstruk lingkungan internal LUP. Konstruk lingkungan internal LINT berpengaruh positif terhadap konstruk lingkungan industri LIND dengan nilai koefisien pengaruh 0,048 daan probabilitas 0,024. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif konstruk lingkungan internal LINT terhadap konstruk lingkungan industri LIND bersifat signifikan. 3 Konstruk lingkungan internal LINT berpengaruh positif terhadap konstruk kompetensi strategi SDM KSTG dengan nilai koefisien pengaruh 0,037 dan probabilitas 0,276. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif konstruk lingkungan internal LINT terhadap konstruk kompetensi strategi SDM KSTG bersifat tidak signifikan. 4 Konstruk lingkungan internal LINT berpengaruh positif terhadap konstruk kinerja usaha perikanan KUP dengan nilai koefisien pengaruh 0,073 daan probabilitas 0,024. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif 91 konstruk lingkungan internal LINT terhadap konstruk kinerja usaha perikanan KUP bersifat signifikan. 5 Konstruk lingkungan internal LINT berpengaruh positif terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP dengan nilai koefisien pengaruh 0,086 dan probabilitas 0,129. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif konstruk lingkungan internal LINT terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP bersifat tidak signifikan. Lingkungan internal LINT berpengaruh positif tidak signifikan terhadap konstruk kompetensi strategi SDM KSTG memberikan informasi bahwa kompetensi strategi SDM KSTG tidak menjadi indikator atau suatu hal yang serius yang diperhatikan terkait perubahan kondisi internal usaha perikanan tangkap. Tabel 19 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk tambahan yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan internal LINT Konstruk Konstruk indikator Koefisien pengaruh P STS Keterangan Lingkungan internal LINT Lingkungan eksternal LEXT 0,086 0,002 S Lingkungan industri LIND 0,048 0,024 S Kompetensi strategi SDM KSTG 0,037 0,276 TS Kinerja usaha perikanan KUP 0,073 0,024 S Tujuan pembangunan perikanan TPP 0,086 0,129 TS Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. Hubungan Lingkungan internal LINT dengan konstruk kompetensi strategi sumberdaya manusia yang tidak signifikan ini karena kebijakan pemerintah masih belum dirasakan oleh masyarakat nelayan. Latihan sering dilakukan namun tidak seluruhnya dalam bentuk paket yakni pelatihan teknis seharusnya diikuti pelatihan manajemen. Pelatihan manajemen ini meliputi bagaimana beroganesasi dalam nuansa usaha, dengan membicarakan kelembagaan usaha termasuk pembagian tugas-tugas dan tanggung jawab bidang pekerjaan persipan produksi, suplly, ketertipan administrasi operasional dan keuangan dan pemasaran. 92 Gambar 11 Model pengembangan industri perikanan dengan interaksi komplek komponen terkait Pengembangan usaha perikanan tangkap yang dilakukan oleh nelayan dan lainnya dapat tidak mengikuti strategi umum dalam pengembangan usaha yang dianjurkan oleh Pemerintah karena belum tentu sesuai dengan kondisi yang dihadapi oleh nelayan dan lainnya. Namun demikian, untuk pengukuran kinerja usaha, pelaku usaha perikanan tangkap harus memperhatikan sistem baku tentang pengukuran kinerja usaha perikanan, sehingga usaha perikanan tangkap tersebut tetap bertahan dan memiliki daya saing. Dalam analisis SEM, hal ini terlihat konstruk lingkungan internal LINT yang berpengaruh positif signifikan terhadap konstruk kinerja usaha perikanan KUP. Dalam kaitan dengan konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP, lingkungan internal LINT mempengaruhinya secara positif tidak signifikan. Hal ini terjadi karena secara internal usaha perikanan tangkap yang dilakukan oleh nelayan dan lainnya, tidak begitu memperhatikan tujuan pembangunan perikanan yang ditetapkan oleh Pemerintah, tetapi lebih memperhatikan pemenuhan kebutuhan rumah KSTG 93 tangga mereka. Dalam kaitan ini, pencapaian tujuan pembangunan perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi tanggung jawab pihak berwewenang di daerah untuk selalu memberikan penyuluhan dan bimbingan yang diperlukan

4.2.3 Interaksi tambahan terkait lingkungan industri LIND

Interaksi tambahan terkait konstruk lingkungan industri LIND adalah pengaruh konstruk lingkungan industri LIND terhadap konstruk kompetensi strategi SDM KSTG, konstruk kinerja usaha perikanan KUP, dan konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP. Regression weights dari berbagai interaksi yang dikembangkan dalam modifikasi model terlihat pada Tabel 21. Tabel 20 Regression weights dalam modifikasi model Interaksi Estimate S.E. C.R. P Label LEXT -- LINT 0.086 3.545 1.034 0.002 par-1 LIND -- LEXT 0.074 6.231 2.024 0.026 par-2 LIND -- LINT 0.048 3.509 1.245 0.024 par-3 LUP -- LIND 0.100 2.019 1.129 0.032 par-4 LUP -- LINT 0.090 5.234 1.234 0.041 par-5 LUP -- LEXT 0.095 2.340 1.034 0.043 par-6 LUP -- Z4 0.059 5.194 1.067 0.022 par-7 KSTG -- LUP 0.094 0.005 -3.346 0.022 par-8 KSTG -- LEXT 0.082 0.124 2.002 0.031 par-9 KSTG -- LINT 0.037 0.502 1.002 0.276 par-11 KSTG -- LIND 0.114 5.098 0.001 0.319 par-12 TPP -- LEXT 0.067 0.302 1.081 0.013 par-13 TPP -- LINT 0.086 2.123 0.012 0.129 par-14 TPP -- KSTG 0.079 1.786 1.022 0.012 par-15 TPP -- LIND 0.061 3.504 1.088 0.017 par-43 TPP -- LUP 0.091 8.243 -1.223 0.771 par-36 TPP -- KUP 0.050 2.235 0.045 0.002 par-35 KUP -- LIND 0.119 3.522 1.127 0.048 par-14 KUP -- LEXT 0.092 2.204 1.056 0.032 par-27 KUP -- LINT 0.073 5.501 -0.017 0.024 par-42 KUP -- KSTG 0.132 0.095 1.082 0.023 par-16 KUP -- LUP 0.099 0.007 0.005 0.107 par-10 Y22 -- KUP 0.040 0.208 2.005 0.000 par-17 Y23 -- KUP 0.026 1.008 1.239 0.053 par-18 Y21 -- KUP 0.115 1.095 0.005 0.034 par-26 Y11 -- KSTG 1.000 2.114 1.002 0.002 par-25 Y13 -- KSTG 0.087 1.004 1.992 0.231 par-23 Y12 -- KSTG 0.086 1.112 3.085 0.059 par-22 X23 -- LEXT 1.000 0.009 1.023 0.021 par-21 X22 -- LEXT 0.104 0.231 3.003 0.001 par-20 94 X21 -- LEXT 0.067 0.875 2.071 0.002 par-19 X32 -- LIND 0.110 1.207 1.081 0.000 par-24 X14 -- LINT 0.235 1.067 0.010 0.024 par-30 X13 -- LINT 1.000 2.198 1.015 0.007 par-31 X11 -- LINT 0.140 1.076 0.025 0.005 par-34 X12 -- LINT 0.114 0.008 1.084 0.012 par-28 X31 -- LIND 1.000 1.019 0.349 0.000 par-33 X33 -- LIND 0.034 2.156 0.015 0.023 par-32 Y33 -- TPP 1.000 0.195 1.082 0.000 par-37 Y32 -- TPP 0.044 1.004 1.012 0.002 par-39 X16 -- LINT 0.033 1.072 0.005 0.009 par-29 X15 -- LINT 0.070 0.012 1.023 0.078 par-38 X42 -- KPD 0.094 0.032 1.045 0.021 par-38 Y31 -- TPP 0.079 0.019 0.082 0.342 par-40 Y24 -- KUP 0.081 0.129 1.025 0.000 par-41 Besaran pengaruh dari interaksi tambahan Lingkungan Industri Tabel 22 diuraikan : 1 Konstruk lingkungan industri LIND berpengaruh positif terhadap konstruk kompetensi strategi SDM KSTG dengan nilai koefisien pengaruh 0,114 dan probabilitas 0,319. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif konstruk lingkungan industri LIND terhadap konstruk kompetensi strategi SDM KSTG bersifat tidak signifikan. Hubungan lingkungan industri dengan kompetensi strategi sumberdaaya manusia tidak signifian karena pembinaan SDM pada masing-masing sektor lebih inten dibandingkan Departemen perindustrian. 2 Konstruk lingkungan industri LIND berpengaruh positif terhadap konstruk kinerja usaha perikanan KUP dengan nilai koefisien pengaruh 0,119 dan probabilitas 0,048. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif konstruk lingkungan industri LIND terhadap konstruk kinerja usaha perikanan KUP bersifat signifikan. Perindustrian pembinaan yang berorentasi peningkatan produksi sehingga nampak nyata dalam pengaruh kinerja usaha perikanan. 3 Konstruk lingkungan industri LIND berpengaruh positif terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP dengan nilai koefisien pengaruh 0,061 dan probabilitas 0,017. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif konstruk lingkungan industri LIND terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP bersifat signifikan. 95 Tabel 21 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk tambahan yang berinteraksi dengan konstruk Lingkungan Industri LIND Konstruk Konstruk indikator Koefisien pengaruh P STS Keterangan Lingkungan industri LIND Kompetensi strategi SDM KSTG 0,114 0,319 TS Kinerja usaha perikanan KUP 0,119 0,048 S Tujuan Pembangunan 0,061 0,017 S Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. Pengaruh konstruk lingkungan industri LIND terhadap konstruk kompetensi strategi SDM KSTG yang bersifat positif tidak signifikan mengindikasikan bahwa kondisi dan aktivitas usahaindustri non perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak banyak mempengaruhi berbagai strategi yang diambil dan dilakukan pada usaha perikanan tangkap. Pada kegiatan perikanan tangkap, industri non perikanan tangkap tersebut umumnya bersifat men-support kegiatan perikanan tangkap yang ada sehingga mengikuti berbagai perubahan pada kegiatan perikanan tangkap tanpa membuat intervensi yang nyata. Terkait dengan konstruk kinerja usaha perikanan KUP, konstruk lingkungan industri LIND mempunyai pengaruh positif yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan industri non perikanan tangkap terhadap kegiatan perikanan tangkap meskipun tidak mengintervensi kompetensi strategi SDM perikanan tangkap, tetapi menjadi hal penting yang diperhitungkan terkait maju mundurnya kegiatan perikanan tangkap di daerah Istimewa Yogyakarta. Konstruk kinerja usaha perikanan KUP yang berpengaruh positif signifikan terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP menunjukkan bahwa kegiatan industri non perikanan tangkap yang ada di daerah Istimewa Yogyakarta sedikit banyak mempengaruhi tujuan pembangunan perikanan yang telah ditetapkan.

4.2.4 Interaksi tambahan terkait lingkungan eksternal LEXT

Interaksi tambahan terkait konstruk lingkungan eksternal LEXT adalah pengaruh konstruk lingkungan eksternal LEXT terhadap konstruk lingkungan industri LIND dan konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP. Besaran pengaruh-pengaruh tersebut terlihat pada Tabel 20 dan dijelaskan : 96 1 Konstruk lingkungan eksternal LEXT berpengaruh positif terhadap konstruk lingkungan industri LIND dengan koefisien pengaruh 0,067 dan probabilitas 0,013. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif konstruk lingkungan eksternal LEXT terhadap konstruk lingkungan industri LIND bersifat signifikan. 2 Konstruk lingkungan eksternal LEXT berpengaruh positif terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP dengan nilai koefisien pengaruh 0,074 dan probabilitas 0,026. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif konstruk lingkungan eksternal LEXT terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP bersifat signifikan. Tabel 22 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk tambahan yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan eksternal LEXT Konstruk Konstruk indikator Koefisien pengaruh P STS Keterangan Lingkungan eksternal LEXT Lingkungan industri LIND 0,074 0,026 S Tujuan pembangunan perikanan TPP 0,067 0,013 S Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. Pengaruh konstruk lingkungan eksternal LEXT terhadap konstruk lingkungan industri LIND yang bersifat positif signifikan mengindikasikan bahwa kondisi dan aktivitas masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta mempengaruhi kondisi dan aktivitas industri lainnya di luar usaha perikanan tangkap. Dalam kaitan ini, maka kondisi dan aktivitas masyarakat perlu diarahkan pada hal-hal positif yang dapat menjamin ketertiban dan keamanan berbagai aktivitas yang ada. Pengaruh konstruk lingkungan eksternal LEXT terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP juga bersifat positif signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi dan aktivitas masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta penting untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan yang ada. Hubungan lingkugan eksternal dengan lingkungan industri ini menggambarkan bahwa indikator sosial, politi dan budaya sangat besar berpengaruh terhadap lingkungan industri. Indikator sosial, misal terjadi ketimpangan pendapatan akan mengganggu kelancaran kegiatan industri. 97

4.2.5 Interaksi tambahan terkait kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD

Interaksi tambahan terkait konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD adalah pengaruh konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD terhadap konstruk kompetensi strategi SDM KSTG, konstruk kinerja usaha perikanan KUP, dan konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP. Sedangkan besaran pengaruh dari interaksi tambahan terkait kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD Tabel 23 diuraikan : 1 Konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD berpengaruh negatif terhadap konstruk kompetensi strategi SDM KSTG dengan nilai koefisien pengaruh -0,042 dan probabilitas 0,310. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD terhadap konstruk kompetensi strategi SDM KSTG bersifat tidak signifikan. 2 Konstruk pemerintah pusat dan daerah KPD berpengaruh positif terhadap konstruk kinerja usaha perikanan KUP dengan nilai koefisien pengaruh 0,853 dan probabilitas 0,04. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD terhadap konstruk kinerja usaha perikanan KUP bersifat signifikan. 3 Konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD berpengaruh positif terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP dengan nilai koefisien pengaruh 0,800 dan probabilitas 0,03. Oleh karena probabilitasnya 0,05, maka pengaruh positif konstruk Pemerintah Pusat dan Daerah KPD terhadap konstruk kinerja usaha perikanan KUP bersifat signifikan. Pengaruh konstruk pemerintah pusat dan daerah KPD terhadap konstruk kompetensi strategi SDM KSTG yang bersifat negatif tidak signifikan mengindikasikan bahwa kebijakan yang diambil oleh pemerintah baik pusat maupun daerah selama ini, tidak banyak mempengaruhi berbagai strategi SDM yang diambil dan dilakukan pada usaha perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta. Bila kebijakan tersebut dipaksakan dalam mengatur strategi SDM justru dirasakan sebagai gangguan bagi pelaku usaha perikanan tangkap, meskipun selama ini tidak pernah terjadi secara nyata atau serius mempengaruhi usaha perikanan tangkap yang dilakukan nelayanpelaku usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta. 98 Tabel 23 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk tambahan yang berinteraksi dengan konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD Konstruk Konstruk indikator Koefisien pengaruh P STS Keterangan Kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD Kompetensi strategi SDM KSTG -0,042 0,310 TS Kinerja usaha perikanan KUP 0,853 0,040 S Tujuan pembangunan perikanan TPP 0,800 0,030 S Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. Konstruk pemerintah pusat dan daerah KPD yang mempengaruhi secara positif signifikan konstruk kinerja usaha perikanan KUP menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah pusat dan daerah menentukan maju mundurnya kegiatan perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga perlu diperhitungkan dan diakomodir dalam evaluasi kinerja industri perikanan. Konstruk pemerintah pusat dan daerah KPD yang berpengaruh positif signifikan terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah di bidang perikanan selama ini di Daerah Istimewa Yogyakarta sedikit banyak mempengaruhi tujuan pembangunan perikanan yang telah ditetapkan.

4.2.6 Interaksi tambahan terkait kompetensi strategi SDM KSTG

Interaksi tambahan terkait konstruk kompetensi strategi SDM KSTG adalah pengaruh konstruk kompetensi strategi SDM KSTG terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP. Pengaruh tersebut mempunyai nilai koefisien 0,079 dan probabilitas 0,029 0,05 sehingga bersifat positif signifikan. Tabel 24 memperlihatkan koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk tambahan yang berinteraksi dengan konstruk kompetensi strategi SDM KSTG, menenjukan bawa tujuan pembangunan didukung adanya sumberdaya manusia harus memiliki penguasaan produksi, penguasaan manajemen pemasaran, penguasaan manajemen keuangan, penguasaan pengelolaan sumberdaya manusia dan R D. Penguasaan indikaor-indikator tersebut mutlak diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan perikanan kususnya di Yogyakarta. 99 Tabel 24 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk tambahan yang berinteraksi dengan konstruk kompetensi strategi SDM KSTG Konstruk Konstruk indikator Koefisien pengaruh P STS Keterangan Kompetensi strategi SDM KSTG Tujuan pembangunan perikanan TPP 0,079 0,012 S Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. Pengaruh positif signifikan konstruk kompetensi strategi SDM KSTG terhadap tujuan pembangunan perikanan TPP ini memberikan indikasi bahwa kompetensi strategi SDM berperan penting dalam pencapaian dan penetapan tujuan pembangunan perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini perlu menjadi perhatian dalam perumusan kompetensi strategi SDM karena tujuan pembangunan perikanan tersebut berdasarkan analisis SEM ini telah menjadi indikator serius pelaksanaan kompetensi strategi SDM perikanan tangkap yang ada. 101 5 PEMBAHASAN Pemberdayaan usaha perikanan tangkap yang dilakukan dalam penelitian didekati melalui pengembangan model interaksi dalam skala industri atau usaha perikanan tangkap modern. Hal ini dipilih agar interaksi tersebut dapat digunakan bila usaha perikanan tangkap yang ada benar-benar dapat dikembangkan dalam skala industri atau lebih besar dengan berbasis pada kekuatan lokal, yaitu usaha perikanan tangkap yang dilakukan masyarakat nelayan selama ini. Supaya lebih fleksibel terhadap berbagai kondisi yang ada dan kemungkinan pengembangan ke depan, maka skenario pengembangan industri atau usaha perikanan tangkap tersebut yang dikembangkan dengan pola interaksi variable laten baik sederhana maupun komplek. Pola interaksi sederhana yang kemudian disebut dengan pola pengembangan industri secara sederhana mengakomodir interaksi minimal yang terjadi dalam pengembangan, sedangkan pola interaksi kompleks yang kemudian disebut dengan pola pengembangan industri dengan interaksi kompleks mengakomodir interaksi kompleks, bebas, dan global dan pengembangan industri atau usaha perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta ke depan. Kedua pola tersebut dan serta bentuk aksinya dibahas pada bagian berikut.

5.1 Pola Pengembangan Usaha Interaksi Sederhana

Bila mencermati hasil analisis pada Tabel 5, maka aspek teknologi, administrasi, manajemen dan sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting dan harus diperhatikan untuk pengembangan industri secara internal lingkungan internal. Supaya industri kuat secara internal, maka pola interaksi dan berbagai kebutuhan yang terkait dengan aspek-aspek tersebut harus diperhatikan dengan baik sinergi dan efisien. Bila mencermati lebih jauh, maka dari lima aspek tersebut, manajemen merupakan aspek paling dominan berinteraksi pada tataran internal industri. Aktivitas berupa mengkoordinasikan, mengarahkan, dan membuat keputusan dalam pelaksanaan kegiatan industri secara internal merupakan jenis-jenis aktivitas terkait manajemen. Menurut Purnomo et al. 2003, bila interaksi yang ada tidak terjadi secara padu dan harmonis, maka besar kemungkinan industri perikanan tidak dapat berkembang seperti yang diinginkan. Bila demikian, maka manajemen 102 dapat dikatakan menjadi hal yang paling sensitif dan dapat mengganggu kondisi internal industri perikanan, sehingga harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Dalam kaitan dengan Lingkungan Industri, aspek entry barrier, pesaing, dan supply merupakan aspek yang penting dan serius mempengaruhi kegiatan industri perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada kegiatan bisnis beberapa industri modern, aspek entry barrier, pesaing, dan supply memang menjadi hal penting yang serius dan sering mengganggu. Bila pesaing meningkat akan sangat menganggu bisnis yang dilakukan industri dan tentunya hal ini perlu ditangani dengan baik supaya industri tetap dapat bertahan di tengah persaingan. Untuk supply juga demikian, karena terganggunya supply berbagai jenis bahan yang dibutuhkan untuk operasinya dalam mengganggu kegiatan industri secara keseluruhan. Namun demikian, dari ketiga komponen tersebut, entry barrier merupakan aspek yang dipengaruhi paling dominan koefisien pengaruh =1,000 dengan nilai p = 0,045 terkait interaksi lingkungan industri. Hal ini bisa jadi karena keluarmasuk perusahaan baru pada suatu lokasi sangat mempengaruhi kemampulabaan usaha di kawasan Porter, 1990 termasuk prospek pengembangan industri perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hill dan Ireland 1997, menyatakan bahwa interaksi pada lingkungan eksternal umum, maka aspek politik, ekonomi, dan sosial merupakan aspek yang signifikan dan harus diperhatikan untuk pengembangan industri secara eksternal. Kondisi dapat dipahami karena ketiga aspek tersebut sering mempengaruhi kestabilan bisnis suatu daerah bahkan pada beberapa negara dapat menjadi penyebab konflik massal bila ketiga aspek tersebut tidak dikelola dengan baik. Dari ketiga aspek tersebut, aspek sosial merupakan aspek yang paling dominan dalam interaksinya. Hal ini bisa terjadi dapat dimungkinkan oleh sensitifnya masalah-masalah sosial seperti masalah kesenjangan dalam penghasilan, kesempatan kerja, pendidikan, dan lainnya sehingga berpotensi sangat serius menggangu industriusaha perikanan tangkap secara eksternal, apalagi di Yogyakarta masalah kesenjangan penghasilan dan kesempatan kerja menjadi permasalahan serius dan cukup memusingkan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta selama ini. Untuk aspek ekonomi, interaksinya sangat intensif namun tidak begitu sensitif bila dibandingkan dengan aspek sosial, bisa jadi karena cenderung berbau sara seperti halnya kesenjangan secara sosial. Namun demikian, seperti disebutkan sebelumnya, interaksi aspek ini termasuk signfikan. Menurut Zamron dan Purnomo 2005 dan 103 Mursidin et al. 2005, perkembangan industri perikanan dapat saja terganggu bila ekonomi masyarakat pas-pasan dan harga-harga bahan pokok tidak stabil, dimana masyarakat hanya berpikir pada urusan pribadi tentang urusan perut dan tidak lagi pengembangan seuatu yang lebih besar. Sedangkan menurut Anggraini 2006, masyarakat sangat menentukan kegiatan ekonomi suatu daerah, karena masyarakat adalah pelaku dari ekonomi daerah itu sendiri. Terkait dengan ini, maka aspek ekonomi tetap harus diperhatikan dan ikut diperbaiki dalam pengembangan industri perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Terkait dengan lingkup pengembangan, maka lingkup usaha perikanan LUP tidak termasuk faktor serius dalam pengembangan industri secara kesluruhan. Berbagai aktivitas dan kondisi internal, serta lingkup aktivitas yang dijalankan usaha non perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak akan menjadi penghambat bagi pengembangan dan pemberdayaan usahaindustri perikanan tangkap yang ada. Hal ini terjadi karena lingkup usaha perikanan tangkap lebih berhubungan dengan kegiatan di bidang perikanan tangkap, sedangkan kegiatan lainnya di luar bidang perikanan tangkap punya konsentrasi tersendiri dan kalaupun menunjang kegiatan perikanan tangkap, biasanya menyesuaikan dengan yang dibutuhkan kegiatan perikanan tangkap tanpa mengintervensinya. Dari ketiga dimensi konstruk tersebut, dimensi konstruk SDM X44 merupakan dimensi konstruk yang dipengaruhi paling dominan koefisien pengaruh =1,000 dengan nilai p = 0,040 oleh kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD. Aspek prasarana merupakan dimensi konstruk urutan kedua yang dipengaruhi serius oleh kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD. Dari dua aspek yang berinteraksi signifikan dengan kompetensi strategi SDM, interaksi dengan aspek keuangan yang paling dominan. Hal ini menunjukkan bahwa masalah keuangan sangat sensitif terhadap kompetensi strategi SDM perikanan tangkap yang dijalankan oleh investor dan masyarakat. Selama ini, pengalaman kesulitan keuangan dan ketiadaan biaya sering menjadi penyebab kegiatan melaut tidak dapat dilakukan sepanjang tahun. Pengalaman ini telah menjadi rujukan dalam pengembangan usaha perikanan di lokasi sehingga bila keuangan belum cukup maka usaha perikanan sebaiknya tidak dilakukan. Hal ini penting supaya usaha tidak berhenti di tengah jalan dan sarana usaha menjadi terbengkalai. Pengalaman ini perlu menjadi rujukan ke depan dalam pengembangan industri atau usaha perikanan. 104 Contoh, apabila perusahan tidak mengendalikan likuiditasnya, operasi akan tidak lancar, yaitu mau beli spare part tidak punya biaya akhirnya tidak bisa operasi. Bila mencermati hasil analisis pada Tabel 14, maka payback period, ROI dan growth merupakan aspek pengelolaan yang berinteraksi signifikan dan berperan penting dalam peningkatan kinerja usaha perikanan. Dari tiga aspek tersebut, payback period menjadi yang paling dominan mempengaruhi kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa perputaran usaha sangat penting dalam kegiatan industri perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta, dimana kemampuan nelayan dalam pengembalian pinjaman, perputaran usaha pengolah ikan, dan musim tangkap selalu menjadi pertimbangan nelayan. Bila melihat akar permasalahannya, hal ini dapat dipahami karena kegiatan industri perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta umumnya dilakukan oleh nelayan dan pengolah ikan dengan modal kecil dan mikro yang akan terganggu usahanya dan kebutuhan rumah tangganya bisa tidak terpenuhi bila perputaran usaha mengalami masalah. Terkait dengan ini, maka dalam interaksi sederhananya, perbaikan kinerja perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta di masa datang perlu mengedepankan kepentingan nelayan dan pengolah ikan kelas kecil dan mikro daripada mendahulukan kepentingan lainnya, misalnya kontribusi terhadap PAD, misal Pemda dapat melakukan pembebasan restribusi pada musim paceklik. Hal ini sejalan dengan hasil analisis sebelumnya terkait pengaruh RugiLaba terhadap kinerja usaha perikanan KUP. Lingkup usaha perikanan menjadi faktor yang berpotensi serius mempengaruhi aktivitas dan kondisi internal usaha perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini terjadi kemungkinan karena lingkup usaha perikanan tangkap menentukan jenis dan skala usaha perikanan tangkap yang dapat dilakukan oleh nelayan dan lainnya sehingga secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kondisi internal usaha perikanan tangkap yang ada. di Daerah Istimewa Yogyakarta Aspek lingkungan eksternal berpengaruh postif bersifat signifikan. Terkait hasil analisis tersebut, maka lingkup usaha perikanan menjadi faktor yang berpotensi serius mempengaruhi aktivitas dan kondisi masyarakat di sekitar usaha perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini bisa dipahami, karena skala dan lingkup usahaindustri perikanan mempengaruhi interestkepedulian masyarakat 105 terhadap bidang perikanan tangkap, misal ketertarikan untuk berusaha di bidang perikanan tangkap, mengatur pola konsumsi ikan keluarga, dan lainnya. Dalam kaitan dengan interaksi antar konstruk, interaksi kompetensi strategi SDM dengan lingkup industri perikanan termasuk positif signifikan dan perlu diperhatikan secara seruis. Hal ini menunjukkan bahwa jenis dan skala kegiatan yang menjadi lingkup usaha perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta selama ini dikembangkan dengan lebih mempertimbangkan kompetensi strategi SDM yang diterapkan daripada tujuan pembangunan perikanan yang ditetapkan Pemerintah. Namun demikian, dalam aplikasi di lapangan pelaksanaan kompetensi strategi SDM perlu dilakukan sejalan dengan tujuan pembangunan perikanan yang ada. Kompetensi strategi SDM juga berpengaruh positif dan bersifat signifikan terhadap kinerja industri perikanan. Terkait dengan ini, maka kinerja usaha perikanan termasuk faktor serius mempengaruhi kompetensi strategi SDM termasuk pada industri perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini terjadi karena strategi yang diambil dalam menjalankan suatu usaha perikanan sangat ditentukan oleh progress atau kinerja dari usaha tersebut selama ini. Kondisi yang sama juga terjadi pada interaksi kinerja usaha perikanan selanjutnya dengan tujuan pembangunan perikanan, dimana interaksi tersebut bersifat berpengaruh positif dan bersifat signifikan. Terkait dengan ini, maka tujuan pembangunan perikanan termasuk faktor serius mempengaruhi kinerja usaha perikanan yang dijalankan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam kaitan ini, maka tujuan pembangunan perikanan tangkap harus selalu diupayakan dalam industriusaha perikanan tangkap yang ada. Bila belum terakomodir dengan baik, maka kinerja perlu ditingkatkan. Sustainable lebih dominan berinteraksi dan berpengaruh terhadap tujuan pembangunan perikanan. Hal ini menunjukkan tujuan pembangunan di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya di bidang perikanan tangkap lebih memperhatikan sustainable atau berkelanjutan dalam mengelola industri perikanan. Dalam kaitan dengan pengembangan, hal ini perlu dicermati pentingnya pengelolaan berkelanjutan ecological, sosioeconomi, community dan institus i Charles, 1994. Pengembangan usaha perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta hendaknya memperhatikan hal tersebut sehingga terjadi sinkronisasi dengan tujuan pembangunan perikanan secara Nasional. 106 Bila mencermati hasil analisis Tabel 16, maka aspek Sustainable dan equity berpotensi serius mempengaruhi tujuan pembangunan perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi ini menujukkan bahwa tujuan pembangunan perikanan harus mengendepankan prinsip berkelanjutan dalam setiap upaya pengembangan usahaindustri karena cukup banyak anggota masyarakat yang menggantungkan hidup pada usaha perikanan tangkap. Bila kebijakan pemerintah gampang berpaling, maka bisa akan terjadi pengangguran massal dan konflik sosial akan meningkat. Hal sama juga untuk equity, pemerintah melakukan pembinaan yang terus-menerus terhadap masyarakat nelayan sehingga usaha perikanan skala kecil dan menengah yang dihasilkannya dapat bersaing dengan produk sejenis lainnya bahkan pada pasar ekspor. Bila hal ini bisa dilakukan, maka industriusaha perikanan yang ada dapat menjadi sektor penting bagi kegiatan bisnis Daerah Istimewa Yogyakarta di masa datang.

5.2 Pola Pengembangan Usaha Interaksi Kompleks