106 Bila mencermati hasil analisis Tabel 16, maka aspek Sustainable dan equity
berpotensi serius mempengaruhi tujuan pembangunan perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi ini menujukkan bahwa tujuan pembangunan perikanan harus
mengendepankan prinsip berkelanjutan dalam setiap upaya pengembangan usahaindustri karena cukup banyak anggota masyarakat yang menggantungkan hidup
pada usaha perikanan tangkap. Bila kebijakan pemerintah gampang berpaling, maka bisa akan terjadi pengangguran massal dan konflik sosial akan meningkat. Hal sama
juga untuk equity, pemerintah melakukan pembinaan yang terus-menerus terhadap masyarakat nelayan sehingga usaha perikanan skala kecil dan menengah yang
dihasilkannya dapat bersaing dengan produk sejenis lainnya bahkan pada pasar ekspor. Bila hal ini bisa dilakukan, maka industriusaha perikanan yang ada dapat
menjadi sektor penting bagi kegiatan bisnis Daerah Istimewa Yogyakarta di masa datang.
5.2 Pola Pengembangan Usaha Interaksi Kompleks
Bila mencermati hasil analisis interaksi lanjutan pada Tabel 17, maka lingkungan internal terhadap lingkungan eksternal berpengaruh positif signifikan. Hal
ini menunjukkan bahwa kondisi dan aktivitas usaha perikanan tangkap yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar tempat usaha
perikanan tangkap dilakukan, misalnya daya beli masyarakat, pola konsumsi masyarakat terhadap ikan laut, pola pergaulan dan pengetahuan masyarakat,
penerimaan masyarakat lokal terhadap pendatang, dan sebagainya. Disamping itu, pengaruh positif signifikan lingkungan internal terhadap
lingkungan industri juga mengindikasikan bahwa kondisi dan aktivitas usaha perikanan tangkap juga mempengaruhi aktivitas industriusaha lainnya yang ada di
Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti usaha jasa pengiriman, usaha rumah makan, tempat hiburan dan rekreasi, dan lainnya. Terkait ini, maka pengembangan usaha
perikanan tangkap dengan memberikan keleluasan yang luas bagi industriusaha perikanan tangkap yang ada perlu dilakukan dengan hati-hati, berimbang, dan
bertahap sehingga tidak mengganggu perekonomian masyarakat dan aktivitas industri lainnya yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pengaruh lingkungan eksternal terhadap lingkungan industri yang bersifat positif signifikan. Hal ini memberi indikasi bahwa kondisi dan aktivitas masyarakat di
107 Daerah Istimewa Yogyakarta dapat mempengaruhi kondisi dan aktivitas masyarakat
di luar industri dan usaha bisnis. Menurut Mursidin dan Hartono 2006, masyarakat dapat memberi dampak pada lingkungan sekitar, sehingga harus dibina dan
diberdayakan secara adil dan merata. Dalam kaitan ini, maka kondisi dan aktivitas masyarakat perlu diarahkan pada hal-hal positif yang dapat menjamin ketertiban dan
keamanan berbagai aktivitas yang ada. Pengaruh lingkungan eksternal terhadap tujuan pembangunan perikanan juga bersifat positif signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa
kondisi dan aktivitas masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta penting untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan yang ada
Lingkungan usaha perikanan berinteraksi terhadap kebijakan pemerintah pusat dan daerah. Kebijakan pemerintah pusat dan daerah berinteraksi terhadap kinerja
usaha perikanan dan tujuan pembangunan perikanan. Kinerja usaha perikanan berinteraksi secara serius dengan lingkungan industri.
Porter 1990, lingkungan industri dapat menjadi ancaman, maka harus juga diperhatikan kinerja dan perannya di lokasi agar menjadi lebih penting. Karena
selama ini, peran industriusaha non perikanan tangkap terhadap keberadaan usaha perikanan tangkap cukup banyak meskipun tidak mengintervensi kompetensi strategi
SDM perikanan tangkap. Adapun bentuk peran tersebut kesediaan usaha non perikanan menampung nelayan atau keluarga nelayan yang butuh pekerjaan pada saat
tidak melaut, peran usaha non perikanan dalam pengadaan fasilitas umum seperti jalan, jembatan, dan lainnya di lokasi tempat tinggal nelayan berdekatan dengan usaha
non perikanan tersebut, dan lainnya. Terkait dengan ini, maka peran tersebut penting yang diperhitungkan terkait maju mundurnya kegiatan perikanan tangkap di daerah
Istimewa Yogyakarta. Pada model interaksi yang kompleks tersebut, kinerja usaha perikanan juga
berpengaruh positif signifikan terhadap tujuan pembangunan perikanan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan industri non perikanan tangkap yang ada di Daerah
Istimewa Yogyakarta sedikit banyak dapat mempengaruhi tujuan pembangunan perikanan yang telah ditetapkan.
Aspek kompetensi strategi SDM juga berpengaruh positif signifikan terhadap tujuan pembangunan perikanan. Hal ini memberi indikasi bahwa kompetensi strategi
SDM pasti berperan penting dalam pencapaian dan penetapan Tujuan Pembangunan
108 Perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi ini misalnya, strategi industri
yang mengandalkan tenaga kerja lokal dalam pelaksanaan kegiatan produksi dengan harapan dapat menciptakan basis perikanan yang kuat di masyarakat. Supaya terjadi
sinkronisasi dan mendukung basis ekonomi lokal, maka tujuan pembangunan yang dirumuskan oleh pemerintah daerah harus sesuai dan mendukung upaya tersebut.
Dalam kaitan ini, maka kompetensi strategi SDM yang dipilih oleh pelaku usaha atau yang menjadi komitmen bersama harus diperhitungkan dalam perumusan tujuan
pembangunan perikanan di tingkat daerah seperti dalam rencana strategis 5 tahunan, 10 tahunan, dan lainnya. Menurut Pierce dan Vodden 2000, SDM menjadi
komponen yang sangat penting dibandingkan dengan sumber daya lainnya dan lingkungan dalam pembangunan suatu bangsa, sehingga perlu dikelola dengan strategi
yang baik dan harus menjadi prioritas pembangunan.
Untuk memudahkan implementasi pengembangan berdasarkan pola interaksi yang ada, maka interaksi-interaksi tersebut perlu dikelompokkan atau diklasifikasikan
berdasarkan nilai koefisien pengaruhnya baik yang berhubungan dengan interaksi secara eksogen maupun endogen. Seperti disebutkan sebelumnya, nilai koefisien
pengaruh tersebut mencerminkan tingkat pengaruh, kepentingan dan urgensi dari komponen berinteraksi bila model pengembangan benar-benar dilakukan secara nyata.
Menurut Handoko 2001 komponen yang berinteraksi pembangunan termasuk di bidang perikanan harus dapat menopang satu sama lain bila manfaatnya
ingin dirasakan secara jangka panjang. Sedangkan menurut Tajirin et al. 2007, kegiatan perikanan berhubungan erat dengan pembangunan ekonomi suatu bangsa
baik pada aspek ekonomi, SDM, sosial, budaya, maupun lingkungan sehingga harus dilakukan secara integral dan bertahap.
Dalam kaitan ini, diperlihatkan Gambar 12 tentang model pengembangan industri perikanan dengan interaksi kompleks
komponen terkait, dan interaksi ini dibagi dalam tiga kelompok prioritas, yaitu : interaksi dengan nilai koefisien kf sama dengan 1,0, interaksi dengan nilai kf di
bawah 1,0 dan di atas atau sama dengan 0,1 dan interaksi dengan nilai kf lebih kecil 0,1 sedang interval kf diantara 1 sampai dengan 0, tersusun pada Tabel 25.
Soepanto 1995 pengembangan usaha selayaknya dilakukan tiga tahapan dimana tahap pertama corporate strategy yaitu menyususun berapa besar skala ekonomi
usaha tersebut, tahap kedua business strategy melakukan inovasi produk dan inovasi proses produksi dan tahap ketiga melakukan marketing strategy yaitu terobosan pasar.
109 Tabel 25
Klasifikasi interaksi indikator dan dimensi berdasarkan nilai koefisien pengaruh
Nilai Koefisien
Indikator X Dimensi
Exogen
Indikator Y Dimensi
Endogen
Sama dengan 1
- Manajemen
- Sosial
- Entry Barier
- SDM K
LINT LEXT
LIND KPD
- Sustainable TPP
Dibawah 1,0 sampai atau
sama dengan 0,1
- Teknologi L
- Administrasi
- Pesaing
- Ekonomi
- Prasarana
LINT LIND
LEXT KPD
- Payback Period KUP
Dibawah 0,1 -
SDM L -
Supply -
Politik -
Teknolgi K LINT
LEXT LIND
KPD - Pemasaran
- Keuangan - ROI
- Growth - Equity
KSTD KUP
TPP
- K ... indikator dari kebijakan strategi SDM L ... indikator dari lingkungan internal
Dalam kaitan dengan kebijakan, komponen terkait harus diakomodir dengan baik dalam pengembangan kebijakan baik pusat maupun daerah. Teknologi,
prasarana dan SDM merupakan tiga komponen penting dan mendasar yang harus diperhatikan dalam pembuatan kebijakan. Disamping itu, pemerintah juga harus
melakukan pengawasan yang baik dan tetap melakukan beberapa inovasi dalam pelayanan. Menurut Pramusinto 2006, inovasi dalam pelayanan publik yang
diberikan oleh pemerintah sangat menentukan berhasil tidaknya kebijakan yang dibuat oleh pmerintah.
Dalam kaitan dengan analisis SEM, interaksi secara eksogen merupakan interaksi di antara variabel bebas, sedangkan interaksi secara endogen
merupakan interaksi variabel tidak bebastergantung. Terkait dengan ini, maka jika interaksi
diantara komponenkonstrukdimensi konstruk eksogen diubah atau diintervensi, maka interaksi diantara komponenkonstrukdimensi konstruk endogen juga bisa
berubah. Hasil klasifikasi ini akan menjadi dasar bagi penyusunan skala prioritas aksi terkait pengembangan industriusaha perikanan tangkap di Daerah Istimewa
Yogyakarta seperti ditunjukkan pada Tabel 26. Supaya terintegrasi dan menyeluruh,
110 maka teknis operasional aksi tersebut dapat dilakukan melalui pembentukan unit
bisnis perikanan terpadu UBPT. Menurut Fauzi dan Anna 2002, unit bisnis menjadi keberlanjutan kegiatan perikanan dan tolok ukur keberhasilan pembangunan
perikanan, sedangkan menurut Stiroh 2001, kebijakan yang tepat menjadi penentu kesinambungan pertumbuhan kegiatan ekonomi masyarakat.
Tabel 26 Skala prioritas berdasarkan nilai koefisien indikator pengaruh
Prioritas Perubahan Input
TagetOutput Tahapan
I - Manajemen
- Sosial - Entry Barier
- SDM K - Sustainable
Konstruksi Pemberdayaan
- Regulator - Perencanaan
- Skala Usaha
II - TeknologiL
- Administrasi - Pesaing
- Ekonomi - Prasarana
- Payback Period
Operasi
- Tertib Administrasi
- Pertumbuhan
III - SDM L
- Supply - Politik
- Teknologi K
- Pemasaran - Keuangan
- ROI - Growth
- Equity
Efisiensi dalam Usaha
K… indicator dari kebijakan strategi SDM L… indicator dari lingkungan internal
Interaksi antara dimensi-dimensi di atas yang diuraikan aspek indikatornya dapat membangun model pemberdayaan usaha perikanan tangkap di Daerah Istimewa
Yogyakarta yang ditampilkan pada Gambar 12. Gambar 12 juga menunjukan bahwa lingkup usaha perikanan LUP dibangun dari lingkungan internal LINT, lingkungan
industri LIND dan lingkungan ektsernal LEXT. Lingkup usaha perikanan mempengaruhi kebijakan pemerintah pusatdaerah, kompetensi strategi SDM dan
tujuan pembangunan perikanan TPP. Kebijakan pemerintah pusatdaerah KPD meningkatkan kinerja usaha perikanan KUP dan sehingga tujuan pembangunan
perikanan TPP dapat tercapai. Demikian juga tujuan pembangunan perikanan TPP
111 dibangun dari lingkup usaha perikanan LUP, lingkungan eksternal LEXT,
kebijakan pemerintah pusatdaerahKPD yang hasilnya melalui meningkatnya kompetensi strategi SDM KSTG dan kinerja usaha perikanan KUP.
LIND
LUP LINT
LEXT
KPD KSTG
KUP
TPP
Teknologi X11
Administrasi X12
Manajemen X13
Ekonomi X22
Sosial X23
Prasarana X43
SDM X44
Entry Barrier
X31 Pesaing
X32 Pemasaran
Y12 Keuangan
Y13
Payback Period
Y21 Growth
Y24 Equity
Y32 Sustainable
Y33
0.1
0.1
1
0.1
1
0.2
1 1
0.1 0.08
0.08
0.1 0.08
1
0.05 0.1
0.08
0.1 0.8
0.8
0.06 0.07
0.09 0.11
0.07 0.07
0.06 0.07
0.09 0.09
0.09 0.1
0.09
Gambar 12 Model pemberdayaan usaha perikanan tangkap
5.3 Pembentukan Unit Bisnis Perikanan Terpadu UBPT sebagai Basis Pemberdayaan Usaha Perikanan Tangkap
Komponen atau aspek pengelolaan yang berpengaruh positif signifikan dapat digunakan sebagai acuan untuk memberdayakan usaha perikanan tangkap melalui
pembentukan suatu unit bisnis perikanan terpadu UBPT Lampiran 32. Adapun tahapan pembentukan unit bisnis tersebut hingga dapat dijalankan secara nyata dan
mandiri adalah :
Tahap pertama menyusun regulator agar lingkungan bisnis kondusif, yang
dapat menjadi dasar pelaksanaan UBPT dengan berorientasi aspek manajemen, sosial, entry barrier
, sumber daya manusia dan daya saing dengan penjelasan sebagai berikut:
112 1 Aspek manajemen yaitu dengan mengenalkan fungsi manajemen kelompok
usaha. Pelaku usaha yang telah bergabung harus membuat rencana jangka menengah 5 tahun dan rencana jangka pendek 1 tahun, yang kemudian
diproyeksikan ke rencana pendapatan dan biaya usahaindutri perikanan tangkap baik pada tingkat usaha individu sampai usaha kelompok UBPT, menyusun
struktur organisasi dan pembagian tugas, menempatkan dan mengarahkan SDM yang sesuai keahliannya, dan tim pengawas harus netral agar penyimpangan
cepat diketahui dan cepat diperbaiki. 2 Aspek sosial yaitu harus menyisihkan fee X dari omset, untuk kepentingan
asuransi alat kerja, asuransi tenaga kerja hari tua, kecelakaan, kesehatan, jaminan kreditdana naik haji, cadangan usaha, sehingga usaha yang risikonya
sangat tinggi ini dapat diatasi dan tidak mengganggu kondisi sosial pelaku usaha. Apabila ada anggota yang terlambat mengangsur pinjamannya, maka
dapat diatasi dengan dana jaminan kredit sehingga kepercayaan dapat dibangun dengan baik.
3 Aspek entry barier, kemudahan memulai usaha sepanjang memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidangnya, tingkat keberhasilan usaha akan
dipantau berdasarkan regulator Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. 4 Sumber daya manusia, pemerintah harus memberikan dana anggaran ke
Daerah tingkat I dan II untuk membiayai latihan-latihan manajemen dan teknis khususnya daerah yang masih sangat lemah sumber daya manusianya.
5 Sustainable, yaitu dengan melakukan kerjasama dan kemitraan yang saling menguntungkan melalui wadah KUB maupun UBPT. Wadah ini dianggap lebih
efisien karena akan terjadi penghematan waktu, aset alat dan bahan dan tenaga kerja sehinga menurunkan harga pokok produksi, harga mengendalian mutu,
biaya pelayanan dan jangkauan pasar yang berkelanjutan.
Tahap kedua,
bila kegiatan sudah berjalan, maka harus dikembangkan aspek teknologi, administrasi, pesaing, ekonomi, prasarana, payback period dengan arahan
sebagai berikut : 1 Aspek teknologi, harus dilakukan inovasi teknologi agar bisa didapatkan cara
baru yang bisa menekan biaya maupun memperbaiki jenis dan mutu produk. Inovasi juga dapat dilakukan dengan mengaplikasikan program-program baru,
113 misalnya komputerisasi laporan keuangan, program ini bisa digunakan apabila
dilakukan dengan skala industri atau cukup besar dengan cara berkelompok. Adapun bentuk kelompok tersebut yang dapat dipilih yaitu KUB, UBPT,
Koperasi perikanan, dan Usaha pengolahan Hasil Perikanan yang dibentuk sesuai tuntutan pasar.
2 Aspek administrasi, kegiatan-kegiatan diharuskan tertib administrasi, hal ini sangat membantu mengetahui sejauh mana keberhasilan, membantu
penyelesaian konflik, memantu kelayakan jual ke banklembaga keuangan dan sebagai ukuran seberapa besar kontribusi pembangunan ekonomi dan sosial.
Yang lebih penting lagi membiasakan membudayakan bangsa kita berlaku transparan.
3 Aspek pesaing, pesaing ini ditujukan produk yang substitusi, dimana kalau tidak melakukan inovasi produk, tentu produk akan dikalahkan dengan produk lain
dan tidak melakukan inovasi sistem, tentu biaya akan tinggi sehingga produk substitusi akan diplih.
4 Aspek ekonomi, untuk meningkatkan pertumbuhan aset dan omset harus ada dukungan kestabilan nilai rupiah, iklim usaha yang kondusif, dan akan
berdampak penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan, dan kesejahteraan masyarakat.
5 Aspek prasarana, prasarana gudang dingin di pendaratan pelabuhan udara, gudang beku, prosesing pembekuan, kendaraan angkut yang berisolasi ini
harus disiapkan dan dapat dipakai secara optimal yaitu tidak ada yang over atau under capasity.
6 Aspek payback period yaitu setiap usaha harus ditetapkan target payback period
, baik usaha individu maupun usaha bersama. Dengan cara inilah akan diketahui mengapa usaha perikanan tidak sesuai dengan target yang telah
ditetapkan dan hal ini menjadi bahan masukan untuk pengembangan usaha perikanan selanjutnya
Tahap ketiga, terkait dengan pengembangan aspek SDM, supply, politk,
teknologi, pemasaran, keuangan, ROI, growth dan sustainable dengan uraian sebagai berikut :
114 1 Aspek SDM, tenaga kerja harus diarahkan ke spesialis pekerjaan bahkan jangka
panjang dapat ke arah super spesialis demikian pula latihan-latihan harus ke arah spesialis jenis pekerjaan. Misal, dipisahkan antara kerja manajer dan
usahawan pada tingkat manajemen tertentu, pemisahan bidang pekerjaan yakni nelayan hanya mencari ikan, kapal rusak sudah ada divisibagian yang
memperbaiki dan seterusnya. 2 Aspek supply, dimana dengan usaha bersama ini, melakukan pengadaan barang
dan jasa untuk kepentingan operasi dilakukan bersama, niscaya kepastian barang dan jasa untuk operasi tentu terjamin baik mutu dan jumlah dan harga.
3 Aspek politik, yaitu politik pangan diarahkan ke pasar dalam negeri, karena penduduk indonesia cukup banyak sangat membutuhkan pangan yang bergizi
tinggi, tentu saja akan lebih stabil dalam usaha ini bila pasar dalam negeri berkembang.
4 Aspek teknologi, ikan pelagis besar merupakan bahan perdagangan internasional, sedang di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat memungkinkan
mengembangkan ikan tuna di Ekspor segar lewat penerbangan. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta harus menetapkan pemakaian teknologi untuk
mendorong perdagangan ikan tuna segar lewat penerbangan dengan memberikan fasilitas untuk teknologi tersebut.
5 Aspek keuangan, yaitu keuangan harus dikelola dengan konsisten, sehinga diperlukan pencatatan dan transparan, semua anggota dapat mengetahui
perkembangan kekayaan melalui neraca dan hasil usaha melalui perhitungan rugilaba, dan dapat diketahui cash flow baik di tingkat usaha anggota maupun
tingkat UBPT. Dengan pencatatan keuangan yang tertib inilah perkembangan usaha dapat dipantau bahkan dapat dijadikan layak jual ke lembaga keuangan
serta dapat membantu anggota mendapatkan dana. Melakukan pengendalian likuiditas dengan baik agar kegiatan operasional usaha tidak terganggu, misal
dana jangka pendek dipakai untuk kegiatan jangka panjang akibatnya likuiditas terganggu tentu operasi tidak lancar akan berpengaruh tidak efisien.
6 Aspek pemasaran, posisi tawar masih sangat rendah, karena ketersedian barang baik mutu maupun jumlah tidak pasti, dengan pengelolaan usaha bersama tentu
akan bisa melakukan strategi pemasaran. Misalnya jumlah dan mutu barang
115 tersedia dengan pasti tentu berani melakukan kontrak pasar baik internasional
maupun nasional, bahkan dapat lihat kondisi, kapan harus ekspor dan kapan hanya dipasarkan dalam negri.
7 Aspek growth, yaitu pertumbuhan usaha harus ditargetkan secara bertahap dan dapat diukur dengan akurat, agar dapat diketahui berapa lama untuk
meningkatkan pertumbuhan melaui kemampuan laba atau menambah hutang. 8 Aspek ROI, yaitu dengan merubah aspek variabel bebas manajemen, teknologi,
dsb, niscaya ROI akan naik dan dapat diukur dengan akurat dan hasilnya dapat dibandingkan naik atau turun terhadap rata-rata tahunan atau proyeksi dalam
anggaran. 9 Aspek equity, ialah memberikan kesempatan untuk mengases asset ekonomi
dengan mengurangi atau menghilangkan bentuk dominasi pemerintah dalam mengatur iklim usaha misalnya; melalui pemberdayaan lingkungan usaha harus
dilakukan misalnya keseimbangan kepemilikan asset para pelaku usaha, bagi hasil antara buruh dan majikan, pola asuransi yang melindungi owner dan
buruh.
117
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan