Masalah kelembagaan Masalah permodalan

27

2.3.2 Masalah kelembagaan

Pendekatan kelompok yang selama ini dilakukan oleh berbagai program penanggulangan kemiskinan secara mikro dipandang sebagai suatu pendekatan yang efektif dan dapat menjangkau lebih banyak mereka yang miskin. Di samping itu, pendekatan kelompok dapat menumbuhkan rasa kesetiakawanan, membina budaya gotong royong diantara warga binaan. Lebih dari itu, pendekatan kelompok dapat pula sebagai wahana munculnya kepemimpinan dari mereka sendiri dan sebagai wahana bagi dinasinstansi sektoral pemerintah dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan sesuai dengan bidangnya. Masalah yang sering dijumpai dalam menerapkan pendekatan kelompok sering berhenti pada kelompok yang bercorak sosial belaka, kegiatan ekonomi hanya berjalan pada saat awal program karena adanya kucuran modaldana awal. Untuk itu, para pendamping kelompok haruslah dibekali wawasan, agar dalam mendampingi kelompok tidak berhenti pada kegiatan sosial saja, tetapi harus berlanjut dan mandiri menjadi kegiatan ekonomi dengan skala yang lebih besar. Dengan demikian kelompok menjadi modal dasar bagi terbentuknya lembaga ekonomi lainnya. Masalah lain yang terabaikan adalah pengertian kelembagaan sering diartikan sebatas kelompok-kelmpok, pada kelembagaan mencakup pula pengertian sistem dan kebijakan serta kelembagaan sistem itu sendiri. Kelembagaan sektor perikanan saat ini belum sempurnamapan khususnya yang bernuansa bisnis perikanan dalam suatu sistem agrobisnis yang terintegrasi antara aspek input, penangkapan, pengolahan dan pemasaran ekspor maupun dalam negeri. Tiadanya ikatan institusional antar pelaku dalam agrobisnis perikanan tersebut menyebabkan nelayan yang bersifat lemah, menghadapi kelompok kutub hilir pedagangbroker ikan maupun penyuplai faktor produksi pedagang barang-barang untuk keperluan operasional yang sangat kuat yang menyebabkan munculnya masalah transmisi global yang menggambarkan beban risiko pada nelayan.

2.3.3 Masalah permodalan

Program penanggulangan kemiskinan yang dewasa ini dilancarkan pada umumnya memberikan dukungan permodalan, pendekatan ini sangat membantu warga binaan meningkatkan pendapatan mereka. Bentuknya dukungan permodalan yang diberikan pada warga binaan dapat diklasifikasikan dalam bentuk : bantuan cuma-cuma, bantuan bergulirberputar bantuan subsidi, bantuan kredit komersial 28 dengan kemudahan khususnya. Semua bentuk bantuan diatas bagi warga binaan sendiri merupakan dukungan dalam meningkatkan skala usahanya. Masalahnya adalah bentuk bantuan yang bagaimana yang dapat mendorong dan memotivasi warga binaan mencapai kemandirian. Di samping itu, program penanggulangan kemiskinan memiliki keterbatasan sumber daya baik tenaga, waktu dan dana terlebih lagi dalam situasi semakin langkanya sumber-sumber permodalan warga binaan. Dalam hubungan ini, maka dimasa depan harus mulai diantisipasi bentuk dukungan modalkredit yang berdimensi pendidikan, bukan bentuk dukungan “charitatif” atau belas kasihan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kredit yang berdimensi pendidikan adalah secara berkelompok maupun perorangan dapat akses kredit secara normal pada lembaga keuangan dalam hal ini di Bank. Untuk mencapai tahap itu, warga binaan harus mulai dikenalkan dengan Financial Intermediary Institutions Lembaga Keuangan Perantara di wilayahnya. Disamping akses pada permodalan, warga binaan kelompok perlu dibimbing untuk dapat akses warga binaan terhadap sumber data setempat Sumber Daya Alam, hal ini dapat dilakukan melalui upaya advokasi.

2.3.4 Stakeholder