17
SDM - Individu
- Kolektif Pemberdayaan
- SDM - Skill
- Manajerial - Organisasi
KAPITAL Pemngembangan
Potensi SDI Y10
TEKNOLOGI
Sistem Moral EKONOMI
Kinerja Kelompok
SOSBUD
Sistem Nilai
HARMONIS PRODUKTIFITAS
Etos Kerja Produktivitas
Nilai Tambah faktor Produksi
Pendapatan Pemerataan
- Pendapatan - Pekerjaan
Mobilitas Sosial Vertikal
Partisipasi Keputusan
Pemeliharaan Daya Dukung Sumber
Daya Perikanan Pengembangan
Network Y12
Gambar 2
Paradigma pengembangan kelompok nelayan sebagai basis kegiatan ekonomi wilayah pesisir melalui pemberdayaan SDM, kapitalisasi dan
adopsi teknologi Sumber : Deptan, 2000
2.2 Pemberdayaan Nelayan
Deptan 2000, menggerakkan perekonomian nelayan atau wilayah pesisir yang dicirikan oleh peningkatan pendapatan, nilai tambah atas faktor produksi dan
peningkatan pendapatan maka kelompok nelayan perlu diarahkan untuk memiliki daya saing yang tinggi. Kelompok nelayan yang berdaya saing tinggi perlu didukung
oleh adanya kedinamisan usaha. Disamping itu perlu juga didukung oleh struktur, organisasi, manajemen yang baik, serta adanya dukungan kapital, teknologi dan skill
yang merupakan pengaruh keterpaduan faktor internal dan faktor eksternal. Pendinamisan kelompok nelayan merupakan usaha aktif kelompok untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Proses pendinamisan suatu kelompok nelayan pada prinsipnya adalah memberi pengertian agar kelompok tersebut sadar tentang situasi
dan kondisi yang ada saat ini dan sekaligus mengetahui posisinya dimana kelompok tersebut berada sehingga dapat meresponnya dengan wajar. Dengan demikian dengan
18 proses pendinamisan kelompok nelayan merupakan respon terhadap tuntutan hidup
yang lebih baik, globalisasi pasar, dan arah transformasi dari budaya agribisnis nasional ke budaya agribisnis modern, sehingga terjadi perubahan karakteristik usaha,
produk perikanan dan peranannya dalam perekonomian wilayah pesisir, kesemuanya itu, pada akhirnya akan memberikan energi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pedesaan pesisir secara keseluruhan. Pemberdayaan kelompok nelayan merupakan hal yang penting dalam
mencapai ke arah tujuan pembangunan perikanan sebab kelompok nelayan merupakan kelembagaan terdepan di tingkat operasional dan berperan sebagai pelaku utama
dalam pengembangan usaha perikanan. Pemberdayaan kelompok nelayan ini merupakan kondisi yang ditumbuhkan melalui penyuluhan perikanan dalam bentuk
perubahan perilaku anggotanya. Untuk mampu melaksanakan usaha yang terus berkembang dimasa depan, tentunya diperlukan kualifikasi yang lebih baik bagi
pelaku usaha, atau SDM perikanan khususnya nelayan dan serentetan kelompok yang terkait erat dengannya.
Pengembangan agribisnis perikanan oleh pemerintah terkesan sangat top down
, sentralistik dan kurang memberikan ruang yang cukup leluasa bagi daerah dan pelaku-pelaku usaha skala menengah untuk mengorganisir diri. Penguatan organisasi
usaha hanya terlihat pada masing-masing sub sistem usaha dan tidak pada keseluruhan jaringan usaha agribisnis. Penguatan terlihat pada subsistem usaha pengolahan dan
industri dan pemasaran skala besar dan ekspor, sementara sub sistem usaha nelayan terlihat lemah dalam penguasaan kapital dan teknologi. Hal ini akan menyebabkan
lemahnya keorganisasian usaha perikanan yang sekaligus menyebabkan ketidakefisienan sistem usaha perikanan di Indonesia. Pemberdayaan kelompok
nelayan melalui sistem organisasi bisnis ini atau diistilahkan dengan korporatisasi diharapkan bisa menciptakan struktur keorganisasian usaha yang ramping dan tidak
timpang. Kelompok nelayan dapat dikembangkan menjadi lembaga usaha yaitu sekarang disebut kelompok usaha bersama KUB. KUB ini dapat diarahkan menjadi
lembaga usaha setelah anggotanya berorentasi mengembangkan usaha bersama. Sekarang sudah banyak kelompok usaha bersama yang sudah berkembang dan maju,
karena dilakukan latihan-latihan usaha baik secara taknis maupun latihan secara manajemen usaha. Sehingga kedepan dalam mengembangkan usaha di lokasi
pemukiman nelayan akan lebih mudah melalui kelompok-kelompok nelayan setempat.
19
SDM Kebijakan
Kelembagaan Terkait
- Kapital - Teknologi
- Skill Dinamika dan
Proses Pemberdayaan
Kelompok Nelayan Berdaya
Saing Tinggi Tata Nilai
Struktur Organisasi
Manajemen Produktivitas
Nilai Tambah Atas Nilai
Produksi Pendapatan
Pemerataan Pendapatan dan
Pekerjaan Basic Need
Mobilitas Sosial Vertikal
Partisipasi Keputusan
Pemeliharaan Daya Dukung
Sumber Daya Perikanan
Setempat
FEED BACK
Gambar 3
Kerangka pikir pengembangan kelompok nelayan sebagai basis kegiatan ekonomi di wilayah pesisir Sumber : Deptan, 2000
Seperti halnya sistem organisasi bisnis, sistem manajemen untuk pengembangan usaha perikanan juga belum mengindahkan aspek yang berkaitan
dengan peningkatan daya saing kelompok nelayan. Pada tahap ini ciri manajemen yang tampak masih kurang diterapkan asas transparansi, bersih dan tanggung jawab.
Indikasi ini salah satunya terlihat dari organisasi koperasi atau KUD yang masih terkesan sebagai perpanjangan birokrasi pusat, yang dalam hal ini kurang dituntut
adanya keterbukaan terhadap anggota. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kinerja KUD yang demikian jauh dari kepantasan untuk menghadapi persaingan yang
ketat dalam era globalisasi. Dengan demikian gambaran pemberdayaan kelompok
20 nelayan perlu dilakukan reorientasi dibidang manajemen dengan memperhatikan
kaidah-kaidah tadi transparan, bersih dan bertanggung jawab. Kelompok nelayan yang berdaya saing tinggi ditentukan oleh kualitas atau
skill SDM. Samsu 2000 menekankan bahwa masyarakat agribisnis yang didambakan
pada masa kini adalah pelaku agribisnis yang mempunyai wawasan agroindustri, yang diwujudkan melalui mekanisme pengembangan SDM perikanan yang berwawasan
agribisnis dan pembangunan infrastruktur perikanan yang berwawasan industri. Kedua aspek tersebut harus diusahakan sedemikian rupa agar menjadi bagian dari
kultur budaya nelayan Indonesia. Kemampuan nelayan dalam memilih teknologi yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan harus ditingkatkan dan diberi kesempatan yang seluas-luasnya, agar teknologi tersebut menjadi efektif dan efisien di dalam mendukung peningkatan
produktivitas usaha perikanan. Selain itu nelayan juga harus didorong encouraged semaksimal mungkin untuk bisa berinovasi dalam bidang teknologi yang
diinginkannya. Dukungan absorbsi kapital perlu mendapatkan perhatian agar kelompok
nelayan berdaya saing tinggi. Diharapkan dengan adanya kelancaran dukungan kapital termasuk sistem pelayanannya kegiatan usaha perikanan ditingkat nelayan bisa
berjalan secara lancar yang pada akhirnya dapat menggerakkan perekonomian di pedesaan pesisirpantai.
Menurut Kadarsan 1992 ada dua macam risiko dalam usaha Agribisnis yaitu pertama risiko perusahaan dimana berhubungan dengan bermacam-macam tingkat
pendapatan yang diterima akibat bermacam-macam kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan agribisnis. Risiko yang kedua adalah risiko keuangan dimana
terjadi kerugian yang lebih besar akibat bertambahnya pemakaian modal pinjaman atau karena bertambah besarnya rasio pemakaian modal pinjaman dan modal sendiri.
Dan ada lima sebab utama risiko yaitu ketidakpastian produksi, tingkat harga, perkembangan teknologi, tindakan-tindakan perusahaan dan orang atau pihak lain dan
karena sakit atau kecelakaan kematian. UU RI no 31 tahun 2004; Proses pengolahan ikan dan produk perikanan wajib
memenuhi persyaratan kelayakan pengolahan ikan, sistem jaminan mutu, dan keamanan hasil perikanan Pasal 20, Bab IV. Usaha Perikanan dilaksanakan dalam
sistem bisnis perikanan yang meliputi praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran Pasal 25, Bab V. Pemerintah menyediakan dan mengusahakan dana
21 untuk memberdayakan nelayan kecil dan pembudidayaan ikan kecil, baik dari sumber
dalam negeri maupun sumber luar negeri, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Pasal 62, Bab X. Pengusaha perikanan
mendorong kemitraan usaha yang saling menguntungkan dengan kelompok nelayan kecil atau pembudidaya ikan kecil dalam kegiatan perikanan Pasal 63, Bab X. DKP
2006 Bab XII, usaha perikanan tangkap terpadu dengan fasilitas penanaman modal sebagai berikut :
Pasal 46 menjelaskan :
1 Orang atau badan hukum asing yang akan melakukan usaha penangkapan ikan harus melakukan investasi usaha pengolahan dengan pola investasi perikanan
tangkap terpadu dan. 2 Pola investasi perikanan tangkap terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dilakukan dengan membangun danatau memiliki sekurang-kurangnya berupa unit pengolahan ikan.
Pasal 47 menjelaskan :
1 Orang atau badan hukum asing yang akan melakukan usaha perikanan tangkap terpadu wajib menggunakan fasilitas penanaman modal asing PMA atau
fasilitas penanaman modal dalam negeri PMDN, dengan mendirikan usaha perikanan tangkap terpadu berbadan hukum dan berlokasi di Indonesia.
2 Persyaratan dan tatacara permohonan penanaman modal dalam rangka PMA atau PMDN sebagaimana dimaksud pada ayat 1 didasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 48 menjelaskan : 1 Perbandingan antara modal asing dengan modal dalam negeri untuk usaha
perikanan tangkap terpadu dengan fasilitas PMA sekurang-kurangnya 20 dua puluh persen berasal dari modal dalam negeri, sejak tahun pertama perusahaan
didirikan. 2 Untuk menilai keberadaan permodalan danatau aset dari penanaman modal
usaha perikanan tangkap terpadu dilakukan pengecekan aset oleh tim yang ditetapkan Direktur Jenderal
Pasal 49 menjelaskan :
22 1 Usaha perikanan tangkap terpadu dengan fasilitas PMA dapat dilakukan antara
orang atau badan hukum asing dengan orang atau badan hukum Indonesia dengan mengajukan permohonan penanaman modal kepada instansi yang
berwenang di bidang penanaman modal. 2 Pengajuan permohonan PMA sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 dapat
berupa usulan penanaman modal baru danatau perluasan penanaman modal dalam rangka PMA atau PMDN.
3 Persyaratan, tatacara dan prosedur investasi dengan fasilitas PMA sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dilakukan berdasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pasal 50 menjelaskan :
1 Orang danatau badan hukum asing dapat menanamkan modalnya melalui penyertaan modal pada perusahaan Indonesia yang menggunakan fasilitas
PMDN dengan ketentuan maksimum 80 dari modal yang dimiliki perusahaan yang dimaksud, dan status perusahaan berubah menjadi PMA.
2 Persyaratan, tatacara dan prosedur investasi dengan fasilitas penyertaan modal orang atau badan hukum asing sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan
berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 51 menjelaskan :
1 Usaha perikanan tangkap terpadu dalam rangka PMA danatau PMDN dapat dilakukan melalui penggabungan perusahaan merger.
2 Badan-badan hukum yang melakukan penggabungan perusahaan merger dapat menggunakan aset perusahaannya berupa unit pengolahan ikan danatau kapal
perikanan. 3 Penggunaan aset sebagaimana dimaksud pada ayat 2 harus terlebih dahulu
dihitung nilai nominalnya oleh lembaga penilai aset independen yang diakreditasi oleh Pemerintah.
4 Persyaratan, tatacara dan prosedur penggabungan perusahaan merger sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan berdasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pasal 52 menjelaskan :
23 1 Modal dalam rangka penanaman modal baru, perluasan penanaman modal,
penyertaan modal dan penggabungan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, Pasal 50 dan Pasal 51 dapat berupa fasilitas pengolahan ikan danatau
fasilitas pendukungnya danatau kapal-kapal penangkap ikan. 2 Fasilitas pengolahan, pendukung serta kapal-kapal penangkap ikan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dihitung sebagai barang modal dan harus terlebih dahulu dihitung nilai nominalnya oleh lembaga penilai aset idependen yang diakreditasi
oleh Pemerintah.
2.3 Review Terhadap Beberapa Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin