Interaksi tambahan terkait kompetensi strategi SDM KSTG

98 Tabel 23 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk tambahan yang berinteraksi dengan konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD Konstruk Konstruk indikator Koefisien pengaruh P STS Keterangan Kebijakan pemerintah pusat dan daerah KPD Kompetensi strategi SDM KSTG -0,042 0,310 TS Kinerja usaha perikanan KUP 0,853 0,040 S Tujuan pembangunan perikanan TPP 0,800 0,030 S Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. Konstruk pemerintah pusat dan daerah KPD yang mempengaruhi secara positif signifikan konstruk kinerja usaha perikanan KUP menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah pusat dan daerah menentukan maju mundurnya kegiatan perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga perlu diperhitungkan dan diakomodir dalam evaluasi kinerja industri perikanan. Konstruk pemerintah pusat dan daerah KPD yang berpengaruh positif signifikan terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah di bidang perikanan selama ini di Daerah Istimewa Yogyakarta sedikit banyak mempengaruhi tujuan pembangunan perikanan yang telah ditetapkan.

4.2.6 Interaksi tambahan terkait kompetensi strategi SDM KSTG

Interaksi tambahan terkait konstruk kompetensi strategi SDM KSTG adalah pengaruh konstruk kompetensi strategi SDM KSTG terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan TPP. Pengaruh tersebut mempunyai nilai koefisien 0,079 dan probabilitas 0,029 0,05 sehingga bersifat positif signifikan. Tabel 24 memperlihatkan koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk tambahan yang berinteraksi dengan konstruk kompetensi strategi SDM KSTG, menenjukan bawa tujuan pembangunan didukung adanya sumberdaya manusia harus memiliki penguasaan produksi, penguasaan manajemen pemasaran, penguasaan manajemen keuangan, penguasaan pengelolaan sumberdaya manusia dan R D. Penguasaan indikaor-indikator tersebut mutlak diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan perikanan kususnya di Yogyakarta. 99 Tabel 24 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk tambahan yang berinteraksi dengan konstruk kompetensi strategi SDM KSTG Konstruk Konstruk indikator Koefisien pengaruh P STS Keterangan Kompetensi strategi SDM KSTG Tujuan pembangunan perikanan TPP 0,079 0,012 S Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan. Pengaruh positif signifikan konstruk kompetensi strategi SDM KSTG terhadap tujuan pembangunan perikanan TPP ini memberikan indikasi bahwa kompetensi strategi SDM berperan penting dalam pencapaian dan penetapan tujuan pembangunan perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini perlu menjadi perhatian dalam perumusan kompetensi strategi SDM karena tujuan pembangunan perikanan tersebut berdasarkan analisis SEM ini telah menjadi indikator serius pelaksanaan kompetensi strategi SDM perikanan tangkap yang ada. 101 5 PEMBAHASAN Pemberdayaan usaha perikanan tangkap yang dilakukan dalam penelitian didekati melalui pengembangan model interaksi dalam skala industri atau usaha perikanan tangkap modern. Hal ini dipilih agar interaksi tersebut dapat digunakan bila usaha perikanan tangkap yang ada benar-benar dapat dikembangkan dalam skala industri atau lebih besar dengan berbasis pada kekuatan lokal, yaitu usaha perikanan tangkap yang dilakukan masyarakat nelayan selama ini. Supaya lebih fleksibel terhadap berbagai kondisi yang ada dan kemungkinan pengembangan ke depan, maka skenario pengembangan industri atau usaha perikanan tangkap tersebut yang dikembangkan dengan pola interaksi variable laten baik sederhana maupun komplek. Pola interaksi sederhana yang kemudian disebut dengan pola pengembangan industri secara sederhana mengakomodir interaksi minimal yang terjadi dalam pengembangan, sedangkan pola interaksi kompleks yang kemudian disebut dengan pola pengembangan industri dengan interaksi kompleks mengakomodir interaksi kompleks, bebas, dan global dan pengembangan industri atau usaha perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta ke depan. Kedua pola tersebut dan serta bentuk aksinya dibahas pada bagian berikut.

5.1 Pola Pengembangan Usaha Interaksi Sederhana