Salinitas Air Arus Air

2.2.2.2 Derajat Keasaman pH Air

Derajat keasaman pH air mempengaruhi kehidupan organisme di dalam air. Perairan asam kurang baik untuk perkembangbiakan bahkan cenderung mematikan organisme. Swingle 1961 dalam Boyd 1990 membuat klasifikasi pH terhadap kehidupan di air yaitu 1 pH 6,5-9 dibutuhkan oleh hewan air untuk bereproduksi, 2 pH 5-6,5 perkembangan hewan air lambat, 3 pH 4-5 hewan air tidak bereproduksi, 4 pH 4 merupakan titik kematian asam, dan 5 pH 11 merupakan titik kematian basa. Jenis Anopheles yang berbeda dapat berkembang dengan kondisi pH air yang berbeda. Larva A. culicifacies ditemukan hidup pada kisaran pH 5,4-9,8, A. plumbeus pH 4,4-9,3, sedangkan A. stephensi dan A. varuna ditemukan pada pH air 6-11 Clements 1999. Sementara itu di Bengal India ditemukan larva A. sundaicus pada perairan dengan pH 7,7-8,5 atau rata-rata 8,2 Sent 1938 dalam Rao 1981. Selanjutnya di Ban Khun Huay, Ban Pa Dae dan Ban Tham Seau Kabupaten Mae Sot, Thailand pH air mempengaruhi pertumbuhan larva A. dirus, A. kochi dan A. vagus Kengluecha et al. 2005. Adapun di Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo, DIY larva A. letifer, A. maculatus dan A. balabacencis ditemukan pada habitat sawah dan kolam dengan pH 7,13-7,2 Santoso 2002. Di Doro Kabupaten Halmahera Selatan larva A. farauti ditemukan pada perairan seperti kobakan, kubangan, kolam, sumur, kali dan rawa-rawa dengan pH air 6,8- 7,1 Mulyadi 2010.

2.2.2.3 Salinitas Air

Salinitas air pada habitat perkembangbiakan larva Anopheles dipengaruhi oleh berubahnya luas genangan air, curah hujan, aliran air tawar dan evaporasi. Salinitas air yang berubah selama satu tahun menyebabkan banyak spesies nyamuk melakukan adaptasi Mosha dan Mutero 1982 dalam Clements 1999. Setiap jenis Anopheles memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda-beda terhadap derajat salinitas air. Salinitas optimum perkembangan A. sundaicus di Indonesia adalah 12-18 ‰, dan tidak dapat berkembang pada salinitas 40 ‰ ke atas Bonne-Wepster dan Swellengrebel 1953. Sundararaman et al. 1957 menyatakan salinitas optimum pertumbuhan A. sundaicus berkisar antara 15-20 ‰. Hasil penelitian di Bangsring Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur larva A. sundaicus ditemukan pada perairan dengan salinitas 0-4 ‰, sedangkan di Panggul Kabupaten Trenggalek ditemukan pada salinitas air 9 Habitat pradewasa nyamuk A. subpictus di Sayong Lombok, NTB ditemukan habitat tambak dan saluran irigasi dengan kisaran salinitas 5-35 ‰, sedangkan di Longlongan pada habitat sawah, sungai, kobakan air dan saluran irigasi dengan kisaran salinitas 10-35 ‰ Sukowati 2000. Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa salinitas optimum untuk perkembangan larva A. farauti di dalam medium garam NaCl adalah 10 ‰, dengan lama perkembangan akan mencapai imago antara 6-8 hari, dengan jumlah rata-rata imago yang hidup sebanyak 96 Bowolaksono 2001 dalam Mulyadi 2010. Adapun larva A. farauti di Doro Kabupaten Halmahera Selatan ditemukan pada air tawar dan payau, dengan salinitas salinitas 0-7 ‰ Mulyadi 2010. Sementara itu larva A. farauti di Honiara Pulau Solomon ditemukan pada salinitas air 0,22- 0,25 ‰ Bell et al. 1999. Selanjutnya di Batticaloa, Sri Langka larva ‰ Mardiana et al. 2002. A. culicifacies ditemukan pada perairan dengan salinitas 0,2-0,3 ‰ Jude et al. 2010.

2.2.2.4 Arus Air

Arus air adalah pergerakan air, dipengaruhi oleh gravitasi bumi, mengalir dari tempat lebih tinggi ke tempat lebih rendah. Habitat perkembangbiakan nyamuk diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu habitat air air mengalir lotic dan habitat air tidak mengalir lentic Mattingly 1969. Habitat air mengalir seperti sungai, parit, saluran irigasi, sawah dan rawa-rawa, sedangkan habitat tidak mengalir adalah kolam, kubangan dan kobakan. Setiap jenis Anopheles memiliki kebiasaan yang berbeda-beda untuk memilih habitatnya berdasarkan arus air. Mulyadi 2010 melaporkan di Doro Halmahera Selatan larva Anopheles ditemukan pada perairan yang tidak mengalir dan mengalir lambat. Larva A. farauti ditemukan pada habitat tidak mengalir seperti parit, kobakan, kubangan, kolam, sumur dan kali. Adapun sungai yang mengalir lambat ditemukan larva A. farauti, A. punctulatus, A. vagus dan A. minimus . Sementara itu di Kokap Kabupaten Kulonprogo, DIY l arva A. minimus, A. maculatus dan A. balabacensis ditemukan pada habitat parit dan sawah yang mengalair lambat, sedangkan larva A. letifer, A. maculatus dan A. balabacensis pada habitat sawah dan kolam yang tidak mengalir Santoso 2002. Selanjutnya di Lengkong Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat larva A. nigerrimus dan A. aconitus ditemukan pada habitat kolam yang tidak mengalir Saleh 2002. Adapun di Battaramulla, Sri Lanka larva A. culicifacies dan A. varuna ditemukan pada habitat parit dan saluran irigasi yang mengalir perlahan Piyaratne et al. 2005.

2.2.2.5 Luasan Habitat