3.6 Pemetaan Sebaran Larva dan Nyamuk Anopheles spp.
Pencatatan titik koordinat sebaran larva dan nyamuk Anopheles spp. menggunakan alat GPS geografical positioning system. Titik koordinat larva
Anopheles spp. diambil berdasarkan keberadaan larva pada habitat
perkembangbiakan. Adapun titik koordinat nyamuk Anopheles spp. diambil berdasarkan penangkapan nyamuk di 30 dusun terpilih.
3.7 Pengumpulan Data Sekunder
3.7.1 Pengumpulan Data Cuaca
Data cuaca diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG Raden Intan Lampung Selatan. Stasiun pengamatan ini terletak di Desa
Padangcermin dengan jarak tiga km dari tempat penangkapan nyamuk untuk survei longitudinal. Data cuaca yang diambil adalah suhu udara, kelembaban
udara dan curah hujan. Data cuaca diambil mulai bulan September 2008 sampai dengan September 2009.
3.7.2 Pengumpulan Data Kasus Malaria
Data kasus malaria diperoleh dari Puskesmas di wilayah Kecamatan Rajabasa dan Padangcermin, yaitu Puskesmas Waymuli, Hanura dan
Padangcermin. Data kasus malaria diambil mulai bulan November 2008 sampai dengan September 2009.
3.8 Analisis Data
3.8.1 Analisis Data Keragaman dan Kelimpahan Nisbi Larva Anopheles
spp.
Keragaman larva Anopheles spp. dihitung berdasarkan indeks keragaman Shanon Wiener Odum 1993, sedangkan angka kelimpahan nisbi digunakan
untuk mengetahui spesies dominan WHO 2003. Perbedaan keragaman larva Anopheles
spp. pada area tata guna lahan dan keragaman Anopheles spp. di antara dua lokasi penelitian Kecamatan Rajabasa dan Padangcermin dianalisis
menggunakan uji T, dengan α=0,05.
∑
=
=
s i
i i
ep p
H
1
log
Keterangan : H
= Indeks Shannon Wiener Pi
= Proporsi spesies ke i dalam komunitas
100 x
b a
N =
Keterangan : N
= Kelimpahan Nisbi a
= Jumlah pesies tertentu b
= Total spesies
3.8.2
Analisis Data Karakteristik Habitat
Karakteristik habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp. dianalisis secara deskripsi, meliputi jenis habitat, luasan, kedalaman, dasar habitat, suhu air,
pH air, salinitas air, arus air, jenis-jenis gulma air, tinggi gulma air dan kerapatan gulma air. Besar risiko bak benur yang tidak digunakan untuk memelihara udang
terbengkalai sebagai habitat larva A. sundaicus dianalisis menggunakan perhitungan odd ratio OR Murti 1997. Faktor risiko lainnya yang dianalisis
yaitu besar risiko keberadaan serasah, lumut dan ikan predator terhadap keberadaan larva A. sundaicus pada bak benur yang terbengkalai.
3.8.3 Analisis Data Kepadatan Nyamuk Anopheles spp.
Nyamuk Anopheles spp. yang hinggap di badan per orang per jam dihitung berdasarkan nilai man hour density MHD, sedangkan nyamuk Anopheles spp.
hinggap di badan per orang per malam dihitung berdasarkan nilai man biting rate MBR. Nilai MHD dihitung berdasarkan jumlah nyamuk yang hinggap di badan
per jam dibagi dengan jumlah penangkap dikali waktu penangkapan dalam jam. Adapun nilai MBR dihitung berdasarkan jumlah nyamuk yang hinggap di badan
per malam dibagi jumlah penangkap dikali waktu penangkapan WHO 2003 Σ Anopheles spesies tertentu yang tertangkap
MHD= Σ kolektor x Σ waktu penangkapan jam
Keterangan : MHD = Man hour density Jumlah Anopheles hinggap di badan per orang per jam
MBR = Man biting rate Jumlah Anopheles hinggap di badan per orang per malam
Fluktuasi MHD ditampilkan bentuk grafik selama 12 jam 18.00-06.00, di dalam dan di luar rumah. Adapun fluktuasi MBR dirata-ratakan tiap bulannya dan
ditampil bentuk grafik selama satu tahun, di dalam dan di luar rumah. Hasil penangkapan nyamuk per bulan hampir seluruhnya mendapatkan A. sundaicus,
maka fluktuasi MBR satu tahun adalah MBR A. sundaicus.
3.8.4 Analisis Data Paritas Nyamuk Anopheles spp.