bioekologi nyamuk Anopheles penting dipelajari sebagai dasar pengendalian vektor malaria. Informasi bioekologi dapat diperoleh dengan mempelajari
karakteristik habitat perkembangbiakan larva, kepadatan nyamuk, aktivitas menggigit, kebiasaan istirahat dan distribusi spasial. Pengetahuan tetang tipe
perairan sebagai habitat perkembangbiakan larva penting dipelajari karena dapat menjadi sumber informasi untuk mempermudah pengendalian nyamuk stadium
pradewasa. Pengendalian vektor yang tepat sasaran memerlukan informasi spasial berupa peta sebaran vektor. Informasi area sebaran vektor dapat mempermudah
petugas untuk menentukan lokasi dalam pengendalian vektor. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penting dilakukan studi bioekologi
spesies Anopheles, sebagai dasar pengendalian vektor malaria yang tepat sasaran. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah ”Bagaimanakah bioekologi
spesies Anopheles di Kabupaten Lampung Selatan dan Pesawaran Provinsi Lampung dan kaitannya dengan penularan malaria?”
1.2 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bioekologi spesies Anopheles di Kabupaten Lampung Selatan dan Pesawaran,
meliputi keragaman, karakteristik habitat perkembangbiakan, kepadatan, perilaku dan distribusi spasial.
1.3 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat dari penelitian ini, yaitu : 1 Mendapatkan informasi ilmiah berupa bioekologi spesies Anopheles, yang
dapat digunakan sebagai dasar pengendalian vektor malaria di Lampung Selatan dan Pesawaran.
2 Mendapatkan informasi geografis, berupa peta sebaran spesies Anopheles yang dapat digunakan untuk memudahkan petugas dalam mengenali lokasi
dan melakukan pengendalian vektor malaria di Lampung Selatan dan Pesawaran.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keragaman Anopheles spp.
Keragaman nyamuk Anopheles spp. dipengaruhi oleh struktur lansekap, zoogeografi, ketinggian, kebedaan habitat perkembangbiakan pra dewasa dan
sibling spesies. Di Indonesia secara umum, di lingkungan pantai banyak
ditemukan A. sundaicus dan A. subpictus, di lingkungan persawahan A. barbirostris
dan A. aconitus, di lingkungan rawa dan sungai berbatuan A. maculatus
dan A. farauti dan di lingkungan perbukitan A. balabacencis Ditjen PPPL 2010.
Kabupaten Lampung Selatan mempunyai keragaman Anopheles spp. yang tinggi, seperti halnya pernyataan Idram-Idris 1999 bahwa di daerah pantai bekas
rawa-rawa Padangcermin Kabupaten Lampung Selatan terdapat 16 jenis nyamuk Anopheles
, yaitu A. sundaicus, A. subpictus, A. vagus, A. indefinitus, A. nigerrimus, A. peditaeniatus, A. kochi, A. barbirostris, A. barumbrosus, A.
annularis, A. separatus, A. tessellatus, A. aconitus, A. umbrosus, A. leucosphyrus dan A. letifer. Rosa et al. 2009 menyatakan di wilayah pantai Sukamaju Teluk
Betung Barat Kota Bandar Lampung terdapat A. sundaicus, A. longilostris, A. leucosphyrus, A. maculatus, A. ramsayi
dan A. subpictus. Keragaman Anopheles spp. di beberapa daerah lainnya di Indonesia antara
lain A. sundaicus dan A. subpictus ditemukan di Purwodadi Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah Sukowati dan Shinta 2009. Selanjutnya A. barbirostris, A.
tessellatus, A. vagus, A. kochi, A. indefinitus, A. peditaeniatus, A. subpictus dan A.
parangensis ditemukan di Sidoan Kabupaten Parigi-Moutong, Sulawesi Tengah
Garjito et al. 2004. Berikutnya A. annularis, A.aconitus, A. barbirostris, A. kochi, A. sundaicus, A. tessellatus
dan A. vagus ditemukan di Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang, Jawa Barat Mardiana et al. 2007. Selain itu A.
barbirostris, A. vagus, A. aconitus , A. maculatus dan A. kochi ditemukan di
Langkap Jaya Kecamatan Lengkong Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Munif et al.
2007. Nyamuk A. aconitus, A. annularis, A. barbirostris, A. maculatus, A. tessellatus
dan A. vagus juga ditemukan di Mayong Kabupaten Jepara, Jawa
Tengah Mardiana et al. 2005. Di Bangsring Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur ditemukan A. sundaicus, A. vagus, A. subpictus, A. flavirostris, A.
barbirostris, A. annularis dan A. indefinitus, sedangkan di Panggul
Hans et al. 2002 mempelajari pengaruh stuktur lansekap terhadap kepadatan dan keragaman nyamuk Anopheles. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa lahan pertanian mempunyai stuktur lansekap yang berukuran kecil-kecil dan sangat bervariasi bentuknya dari pada lokasi hutan. Hal ini mempengaruhi
keragaman jenis Anopheles. Pada daerah hutan ditemukan A. maculatus s.s. dan A. minimus
s.l., keduanya merupakan vektor utama di Thailand yang banyak ditemukan di daerah hutan. Adapun densitas A. aconitus dan A. hyrcanus group di
daerah persawahan tidak berbeda nyata. Nyamuk A. aconitus merupakan vektor malaria sekunder dan A. hyrcanus group bukan vektor di Thailand. Densitas A.
minimus berhubungan positif dengan lahan hutan, jenis air dan lansekap
persawahan. Perubahan pemanfaatan hutan akibat aktifitas ekonomi meningkatkan heterogenitas lansekap, yang mengakibatkan penurunan keragaman
jenis Anopheles. Hasil penelitian ini juga mengindikasikan bahwa bila manajemen lansekap digunakan untuk pengendalian malaria di bagian Utara Thailand, maka
diperlukan upaya agar tidak memanfaatkan perubahan yang besar terhadap hutan yang ada.
Kabupaten Trenggalek ditemukan A. sundaicus, A. vagus, A. subpictus, A. flavirostris, A.
barbirostris, A. maculatus, A. aconitus, A. tesselatus dan A. kochi Mardiana
2001. Di Sayong dan Longlongan Kabupaten Lombok, NTB ditemukan A. subpictus
Sukowati 2001. Di Doro Halmahera Selatan, Maluku Utara ditemukan A. farauti, A. vagus, A. punctulatus
dan A. minimus Mulyadi 2010. Di Santuun Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan ditemukan A. barbirostris, A,
tessellatus, A. vagus, A. kochi dan A. hyrcanus group Suwito et al. 2010. Di
Emparu Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat ditemukan A. umbrosus, A. barbirostris, A. tessellatus, A. maculatus
dan A. kochi Suwito et al. 2010. Di Ela-Ela dan Caile Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan ditemukan A.
barbirostris, A subpictus, A. vagus dan A. indefinitus Suwito et al. 2010.
2.2 Habitat Perkembangbiakan Anopheles spp.