Luasan Habitat Ketinggian Habitat Kedalaman Air

mengalir lambat ditemukan larva A. farauti, A. punctulatus, A. vagus dan A. minimus . Sementara itu di Kokap Kabupaten Kulonprogo, DIY l arva A. minimus, A. maculatus dan A. balabacensis ditemukan pada habitat parit dan sawah yang mengalair lambat, sedangkan larva A. letifer, A. maculatus dan A. balabacensis pada habitat sawah dan kolam yang tidak mengalir Santoso 2002. Selanjutnya di Lengkong Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat larva A. nigerrimus dan A. aconitus ditemukan pada habitat kolam yang tidak mengalir Saleh 2002. Adapun di Battaramulla, Sri Lanka larva A. culicifacies dan A. varuna ditemukan pada habitat parit dan saluran irigasi yang mengalir perlahan Piyaratne et al. 2005.

2.2.2.5 Luasan Habitat

Kepadatan Anopheles dipengaruhi oleh luasan habitat, semakin luas habitat semakin tinggi kepadatan Anopheles. Larva Anopheles dapat berkembang pada habitat dengan luasan kecil maupun besar, mulai dari kobakan yang hanya beberapa cm 2 , hingga sawah hingga ratusan Ha. Mulyadi 2010 di Doro Halmahera Selatan melaporkan A. faurauti pada habitat kubangan dengan luas 2- 15 m 2 , kolam dengan luas 20 m 2 , sumur dengan luar 3-4 m 2 , kali dengan 15-20 m 2 . Sementara itu Suwito 2005 melaporkan di Pulau Bangka habitat perkembangbiakan potensial Anopheles spp. adalah sungai dengan luas 4.212 Ha, kolong bekas galian timah seluas 81.056 Ha, sawah seluas 452 Ha, rawa-rawa seluas 158.783 Ha dan mangrove seluas 31.158 Ha. Adapun di Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang larva A. sundaicus ditemukan di muara sungai dengan luas kurang lebih 5 m 2 Mardiana et al. 2007.

2.2.2.6 Ketinggian Habitat

Ketinggian merupakan salah satu faktor yang menentukan cakupan geografis penularan malaria. Penularan malaria jarang terjadi pada ketinggian di atas 2000 mdpl. Hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata, semakin tinggi letak geografis semakin dingin suhu udara, sehingga semakin panjang masa inkubasi ekstrinsik. Keberadaan larva Anopheles spp. dipengaruhi oleh ketinggian lokasi. Larva A. sundaicus dan A. subpictus banyak ditemukan pada wilayah dengan ketinggian 0-200 mdpl, A. barbirostris dan A. aconitus pada ketinggian 200-500 mdpl, A. maculatus dan A. farauti pada ketinggian 500-1000 mdpl, sedangkan A. balabacencis pada ketinggian di atas 1000 mdpl Ditjen PPPL 2010.

2.2.2.7 Kedalaman Air

Larva nyamuk ditemukan sebagian besar di tempat yang airnya dangkal. Perairan yang dangkal akan menyebabkan besarnya produktivitas mahluk air dan tumbuhan air, termasuk larva nyamuk. Hal ini dikarenakan pada perairan yang dangkal persediaan oksigen cukup banyak Suwignyo 1989 dalam Susanna 2005. Di Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang, Jawa Barat larva A. sundaicus ditemukan di muara sungai dengan kedalaman 15 cm, luas kurang lebih 5 m 2 , salinitas air 10 ‰, dan pH air 8, sedangkan A. vagus dan A. kochi ditemukan di sekitar kobakan yang ditumbuhi tanaman semak belukar dengan kedalaman air 10 cm dan pH 8 Mardiana et al. 2007. Adapun di Langkap Jaya Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat larva A. barbirostris dan A. aconitus ditemukan pada saluran irigasi dengan tinggi permukaan air antara 5-10 cm Munif et al. 2007. Sementara itu di Doro Halmahera Selatan larva A. farauti ditemukan pada habitat kobakan dengan kedalaman 5-10 cm, kolam kedalaman 15-30 cm, kali kedalaman 5-20 cm dan rawa-rawa kedalaman 5-20 cm Mulyadi 2010.

2.2.2.8 Gulma Air