Suhu Udara Kelembaban Udara

Anopheles juga berhubungan bermakna dengan kasus malaria Achmad et al. 2003.

2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepadatan Populasi Anopheles

spp .

2.3.1.1 Suhu Udara

Suhu diartikan sebagai kandungan panas pada sebuah zatbenda tertentu. Suhu udara adalah derajat panas udara, yang dinyatakan dalam derajat selsius o Pengamatan di Amurang, Amurang Barat, Amurang Timur, Tumpean, Tareran, Kumelembuai, Motoling, Suluun, Ranoyapo, Maesaan, Tompaso Baru dan Modoinding Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat kuat antara suhu dengan persentase nyamuk Anopheles spp. terinfestasi P. falciparum yang ditangkap di luar rumah ditunjukkan dengan nilai r = 0,736 dan p 0,05, sedangkan antara suhu dengan persentase nyamuk Anopheles terinfestasi P. falciparum yang ditangkap di dalam rumah ditemukan berkorelasi positif sedang dengan nilai r = 0,427 dan p 0,05 Pinontoan 2009. Sementara itu di Mayong Kabupaten Jepara, Jawa Tengah suhu udara berhubungan bermakna dengan kepadatan nyamuk istirahat di dinding p = 0,03 dan dengan kepadatan nyamuk istirahat di kandang p = 0,05 Yunianto 2003. C. Suhu udara dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya sinar mata hari, vegetasi dan polusi udara Flanningan et al. 2000. Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Suhu udara yang semakin tinggi hingga batas tertentu, maka masa inkubasi ekstrinsik akan semakin pendek, sebaliknya semakin rendah suhu semakin panjang masa inkubasi ekstrinsik. Suhu optimum perkembangbiakan nyamuk adalah 25-27 °C, pada suhu terlalu tinggi dapat meningkatkan mortalitas nyamuk Martens 1997; Epstein et al. 1998. Suhu udara optimum untuk perkembangan Plasmodium di tubuh Anopheles dan proses penularan Plasmodium ke tubuh manusia adalah 20-30 °C. Siklus sporogoni masa inkubasi ekstrinsik akan tertunda pada suhu kurang 15 o C bagi Plasmodium vivax , P. malariae, P. ovule, serta suhu kurang 19 °C. bagi P. falciparum Bruce-Chwatt 1985.

2.3.1.2 Kelembaban Udara

Kelembaban udara adalah jumlah uap air yang terdapat dalam udara yang dinyatakan dalam persen . Kelembaban relatif adalah persentase uap air yang ada di udara saat pengukuran dibandingkan dengan kelembaban udara jenuh pada suhu dan tekanan pada saat yang sama Suin 1999. Uap air di udara sebagian besar berasal dari penguapan air laut, sehingga kelembaban udara relatif pada daerah pantai lebih tinggi, disebabkan penguapan air laut relatif besar. Kelembaban udara mempengaruhi kelangsungan hidup survival rate, kebiasaan mencari darah dan istirahat nyamuk. Kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk. Peningkatan kelembaban udara berbanding lurus dengan peningkatan kepadatan nyamuk, artinya semakin tinggi kelembaban udara maka semakin tinggi pula kepadatan nyamuk Epstein et al. 1998. Kelembaban udara yang lebih tinggi menjadikan metabolisme nyamuk meningkat Clements 1999, sehingga proses pematangan telur menjadi lebih cepat. Proses pematangan telur membutuhkan darah, menyebabkan nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menghisap darah. Kelembaban udara di Mayong Kabupaten Jepara, Jawa Tengah berhubungan signifikan dengan kepadatan nyamuk istirahat di dinding p =0,001 dan kepadatan nyamuk istirahat di kandang p = 0,015 Yunianto 2003. Sementara itu di wilayah pegunungan Menoreh perbatasan Jawa Tengah dan DIY kasus malaria berhubungan signifikan dengan suhu udara p = 0,00 dan kelembaban udara p = 0,00 Achmad et al. 2003.

2.3.1.3 Curah Hujan