4.2.4 Salinitas, Suhu dan pH Air pada Habitat Perkembangbiakan Larva
Anopheles spp.
Larva Anopheles spp. di Kecamatan Rajabasa ditemukan pada hábitat
dengan suhu air 26-34 ºC, salinitas 0-11 ‰ dan pH air 6-7 Tabel 4.9, sedangkan
di Kecamatan Padangcermin ditemukan pada suhu air 26-40 ºC, salinitas 0-34 ‰
dan pH air 5,2-8,5 Tabel 4.10. Larva A. sundaicus di Kecamatan Padangcermin terdapat pada perairan dengan salinitas 0-34 ‰ Tabel 4.9, sedangkan di
Kecamatan Rajabasa ditemukan pada salinitas 0-11 ‰ Tabel 4.10. Kondisi suhu
dan pH di kedua wilayah relatif sama untuk kehidupan larva Anopheles, namun ada perbedaan pada kondisi salinitas. Salinitas di Padangcermin relatif lebih tinggi
sebesar 0-34 ‰ dibandingkan di Rajabasa sebesar 0-11 ‰. Hal ini disebabkan jenis habitat yang ada di Padangcermin banyak ditemukan perairan yang
berbatasan dengan pantai, seperti tambak terbengkalai dan rawa-rawa. Pada habitat tersebut pasang air laut menggenangi perairan sehingga salinitas air lebih
tinggi. Derajat keasaman pH habitat larva Anopheles spp. di Rajabasa dan
Padangcermin bervariasi dengan rentang 5,2-8,5. Kondisi ini merupakan habitat yang banyak ditemukan hewan air untuk bereproduksi. Derajat keasaman air yang
kondusif bagi hewan air untuk bereproduksi adalah 6,5-9 Swingle 1961 dalam Boyd 1990. Beberapa penelitian lain yang hasilnya serupa dengan hasil
penelitian ini antara lain penelitian di Jengkalang Flores larva A. subpictus dan A. aconitus
ditemukan hidup di perairan dengan pH 4,5-7,0 Hoedojo 1992 dalam Mulyadi 2010. Di Bengal India larva A. sundaicus ditemukan pada perairan
dengan pH 7,7-8,5 atau rata-rata 8,2 Sent 1938 dalam Rao 1981. Sementara itu di Mae Sot Thailand larva A. dirus, A. minimus, A. maculatus, A. kochi, A.
jamesii, A. peditaeniatus, A. barbirostris, A. campestris dan A. vagus
pertumbuhannya berhubungan dengan pH air. Larva tersebut tumbuh optimal pada kisaran pH 4-8. Pada pH kurang dari empat dan lebih dari delapan jarang
ditemukan larva Anopheles Kengluecha et al. 2005. Setiap jenis Anopheles memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda-beda
terhadap derajat salinitas air. Salinitas optimum perkembangan A. sundaicus di
Indonesia adalah 12-18 ‰, dan tidak dapat berkembang pada salinitas 40 ‰ ke atas Bonne-Wepster dan Swellengrebel 1953. Hasil penelitian lain yang serupa
dengan hasil penelitian ini antara lain di Bangsring Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur larva A. sundaicus ditemukan pada perairan dengan salinitas 0-4 ‰,
sedangkan di Panggul Kabupaten Trenggalek ditemukan pada salinitas air 9 ‰
Mardiana et al. 2002. Sementara itu Sukowati 2000 melaporkan A. subpictus di Sayong Lombok NTB ditemukan pada habitat dengan salinitas 5-35 ‰,
sedangkan di Longlongan kisaran salinitas 10-35 ‰.
Tabel 4.9
Salinitas, Suhu dan pH Air pada Habitat Perkembangbiakan Larva Anopheles
spp. di Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Agustus - September 2008
No Spesies Anopheles Salinitas air ‰
Suhu air ºC pH air
1 A.
sundaicus 0-11
26-34 6-7
2 A.
subpictus 0-6
26-32 6-7
3 A.
vagus 0-1
27-32 6-7
4 A.
kochi 27-32
6,2-7 5
A. annularis
0-1 27-31
6,2-7 6
A. aconitus
27-32 6-7
7 A.
barbirostris 0-5
27-32 6-7
8 A.
tessellatus 27-32
6-6,5 9
A. minimus
27-30 6,5-7
10 A.
indefinitus 28
6,5
Tabel 4.10
Kondisi Salinitas, Suhu dan pH Air pada Habitat Perkembangbiakan Larva Anopheles spp. di Kecamatan Padangcermin, Pesawaran,
Agustus - September 2008
No Spesies Anopheles Salinitas air ‰
Suhu air ºC pH air
1 A.
sundaicus 0-34
26-40 5,2-8,5
2 A.
barbirostris 0-16
27-40 5,2-8
3 A.
vagus 27-38
5,2-9,5 4
A. subpictus
0-16 29-40
6,2-8,5 5
A. kochi
27-38 5,2-8
6 A.
maculatus 27-38
5.8-7 7
A. indefinitus
0-16 29-40
6.2-8.5 8
A. aconitus
30-34 6.2-7
9 A.
tessellatus 30-34
28-30 6,5-7
4.2.5 Arus Air Habitat Perkembangbiakan Larva Anopheles spp.