reefs
, padang lamun seagrass, pantai berpasir sandy beach, pantai berbatu
rocky beach, dan perairan estuaria. Sedangkan ekositem buatan man-made yaitu kawasan pariwisata, tambak, sawah pasang surut, kawasan industri, dan
kawasan pemukiman Cicin-Sain 1998; Bengen 2002. Keterkaitan berbagai ekositem pesisir ini menyebabkan wilayah pesisir mempunyai produktivitas
hayati yang cukup tinggi dan berperan penting dalam menunjang sumberdaya ikan Bengen 2004. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa kehidupan sekitar 85
biota laut tropis, termasuk Indonesia tergantung pada ekosistem pesisir Berwick 1993 dan juga sekitar 90 dari hasil tangkapan ikan di dunia berasal dari
perairan pesisir FAO 1998 diacu dalam Bengen 2004. Sebagai wilayah yang mempunyai karakteristik unik, maka faktor – faktor
lingkungan yang berpengaruh di wilayah pesisir seperti angin, gelombang, pasang surut, arus, serta faktor fisik dan kimia lainnya lebih bervariasi dibandingkan
dengan ekosistem yang terdapat di laut lepas maupun yang terdapat di perairan darat. Karakteristik hidro-oseanografi yang sangat dinamis ini menjadikan
pengelolaan wilayah pesisir, baik untuk kepentingan perikanan budidaya, konstruksi, pariwisata, serta kegiatan lainnya, harus dikerjakan secara bijak dan
hati-hati. Dalam suatu wilayah pesisir terdapat berbagai tipe atau unit lahan atau perairan yang mempunyai karakteristik serta sifat biogeofisik yang berbeda.
Apabila dilihat dari persyaratan mengenai kualitas lingkungan, maka pembangunan di wilayah pesisir dapat dikelompokkan menjadi dua kegiatan
pembangunan , yaitu : i kegiatan pembangunan yang memerlukan tingkat persyaratan kualitas perairan yang tinggi, seperti kegiatan pariwisata, tambak,
serta kawasan konservasi dan; ii kegiatan pembangunan yang kurang atau tidak memerlukan persyaratan kualitas perairan yang tinggi, seperti kegiatan industri,
transportasi serta kegiatan pertambangan.
2.2. Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Penelitian ini dilakukan dengan bedasarkan pemikiran konsep pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan sustainable
development adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup generasi
saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya WCED, 1987 diacu dalam DKP 2002. Sedangkan Menurut Palunsu 1997, pembangunan berkelanjutan mengandung 3
pengertian, yaitu: 1 memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan masa yang akan datang, 2 tidak melampaui daya dukung lingkungan,
dan 3 mengoptimalkan manfaat sumberdaya alam dan sumberdaya manusia dengan menyelaraskan manusia dan pembangunan dengan sumberdaya alam.
Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan suatu strategi pembangunan yang memberikan semacam ambang batas pada laju ekosistim
alamiah serta sumberdaya yang ada di dalamnya, dimana ambang ini tidak bersifat mutlak akan tetapi merupakan batas yang luwes yang bergantung pada kondisi
teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam serta kemampuan biosfir untuk menerima dampak kegiatan manusia Dahuri 1996.
Selanjutnya dikatakan bahwa pembangunan berkelanjutan berhubungan erat dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan secara berkesinambungan
sustainability, dimana ukuran sustainability dilihat dari sisi ekologis maupun ekonomis Dahuri 2000.
Terdapat 3 komponen utama yang sangat diperhitungkan dalam pembangunan berkelanjutan, yaitu komponen ekonomi, sosial dan lingkungan,
dimana setiap komponen saling berhubungan dalam satu sistem yang dipicu oleh kekuatan dan tujuan Munasighe 2003. Sektor ekonomi untuk melihat
pengembangan sumberdaya manusia, khususnya melalui peningkatan konsumsi barang dan jasa pelayanan. Sektor lingkungan difokuskan pada perlindungan
integritas sistem ekologi. Sektor sosial bertujuan untuk meningkatkan hubungan antar manusia, pencapaian aspirasi individu dan kelompok, dan penguatan nilai
serta institusi. Perkembangan dimensi ekonomi seringkali dievaluasi dari makna manfaat yang dihitung sebagai kemauan untuk membayar willingnes to pay
terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi Munasinghe 1992. Selanjutnya dikatakan bahwa pembangunan berkelanjutan harus berdasar pada 4 faktor
Munasinghe 2004, yaitu: 1 terpadunya konsep “equity” lingkungan dan ekonomi dalam pengambilan keputusan; 2 dipertimbangkan secara khusus aspek
ekonomi; 3dipertimbangkan secara khusus aspek lingkungan; dan 4dipertimbangkan secara khusus aspek sosial budaya.
Bentuk pembangunan berkelanjutan yang didukung kerangka trans- disiplin dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bentuk pembangunan berkelanjutan yang didukung dengan kerangka trans-disiplin Munasinghe 2003
Apabila dituangkan dalam konsep pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan, maka terdapat 4 empat aspek keberlanjutan Charles 2001 :
1. keberlanjutan ekologi, yaitu memelihara keberlanjutan stokbiomass