Kualitas Sedimen Tambak Udang

Gambar 45. Sedimen tambak udang intensif di wilayah pesisir Kecamatan Mangara Bombang Hasil pengamatan lapangan 2008 Hasil analisis sedimen tambak udang intensif 126 ekorm 2 pada akhir pemeliharaan diperoleh kandungan bahan organik antara 4.93 – 18.12 7.89 ± 5.15, kandungan Nitrogen N-total sebesar 0.07 – 0.18 0.11 ± 0.05 dan kandungan Phosfor P-total sebesar 2.11 – 2.41 2.24 ± 0.11. Kualitas sedimen udang intensif 126 ekorm2 dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36. Kualitas sedimen tambak udang intensif 126 ekorm 2 Parameter Nilai Nilai yang direkomendasikan BO C- organik 4.93 – 18.12 7.89 ± 5.15 4 – 20 N-total 0.07 – 0.18 0.11 ± 0.05 0.4 – 0.75 P-total 2.11 – 2.41 2.24 ± 0.11 - Sumber: Hasil analisis laboratorium tanah Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros 2008 dan Stasiun Kualitas Tanah Maros 2008 Ket : Poernomo 1992; Widigdo 2002; Taslihan A et al. 2003 Sedangkan hasil analisis sedimen tambak udang intensif 50 ekorm 2 diperoleh kandungan bahan organik pada 30 hari pemeliharaan 1 bulan sebesar 7.08 – 8.17 7.78 ± 0.44, pada 60 hari pemeliharaan 2 bulan sebesar 8.87– 12.72 10.71±1.72, pada 90 hari pemeliharaan 3 bulan sebesar 5.15 – 10.75 9.50 ± 2.44, dan lebih dari 90 hari pemeliharaan memasuki bulan ke- 4 sampai menjelang panen sebesar 7.83 – 10.97 10.00 ± 1.34. Kandungan Phosfor P-total pada 30 hari pemeliharaan 1 bulan sebesar 1.39 – 2.40 1.71 ± 0.44, pada 60 hari pemeliharaan 2 bulan sebesar 1.85 – 2.20 2.05 ± 0.14, pada umur 90 hari pemeliharaan 3 bulan sebesar 1.47 – 2.41 1.82 ± 0.37, dan lebih dari 90 hari pemeliharaan memasuki bulan ke-4 sampai menjelang panen sebesar 0.97 – 7.69 2.42 ± 2.95. Kandungan Nitrogen N-total pada 30 hari pemeliharaan 1 bulan sebesar 0.35 – 1.11 0.76 ± 0.33, pada 60 hari pemeliharaan 2 bulan sebesar 0.59 – 0.65 0.61 ± 0.03, pada 90 hari pemeliharaan 3 bulan sebesar 0.94–1.20 1.09 ± 0.13, dan lebih dari 90 hari pemeliharaan memasuki bulan ke-4 sampai menjelang panen sebesar 1.47 – 1.77 1.59 ± 0.13. Laju sedimen tambak udang pada 30 hari pemeliharaan 1 bulan sebesar 4.51 – 14.88 gm 2 hari 8.09± 3.97, pada 60 hari pemeliharaan 2 bulan sebesar 14.18 – 21.77 gm 2 hari 17.06 ±3.04, pada 90 hari pemeliharaan 3 bulan sebesar 54.17 - 91.53 gm 2 hari 74.73 ±15.39, dan lebih dari 90 hari pemeliharaan memasuki bulan ke-4 sampai menjelang panen sebesar 95.50–222.35 gm 2 hari 161.97 ± 48.01.Kualitas sedimen tambak udang intensif dapat dilihat pada Tabel 37,38,39,dan 40. Tabel 37. Kualitas sedimen tambak udang intensif 50 ekorm 2 Parameter 30 hari pemeliharan Nilai Nilai yang direkomendasikan BO C- organik 7.08–8.17 7.78 ± 0.44 4 – 20 N-total 0.35–1.11 0.76 ± 0.33 0.4 – 0.75 P-total 1.39–2.40 1.71 ± 0.44 - Laju sedimentasi gm 2 4.51–14.88 gm hari 2 8.09 ± 3.97 hari - Sumber: Hasil analisis laboratorium tanah Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros 2008 dan Stasiun Kualitas Tanah Maros 2008 Ket : Poernomo 1992; Widigdo 2002; Taslihan A et al. 2003 Tabel 38. Kualitas sedimen tambak udang intensif 50 ekorm 2 Parameter 60 hari pemeliharan Nilai Nilai yang direkomendasikan BO C- organik 8.87–12.72 10.71 ± 1.72 4 – 20 N-total 0.59–0.65 0.61 ± 0.03 0.4 – 0.75 P-total 1.85–2.20 2.05 ± 0.14 - Laju sedimentasi gm 2 14.18–21.77 gm hari 2 17.06±3.04 hari - Sumber :Hasil analisis laboratorium tanah Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros 2008 dan Stasiun Kualitas Tanah Maros 2008 Ket : Poernomo 1992; Widigdo 2002; Taslihan A et al. 2003 Tabel 39. Kualitas sedimen tambak udang intensif 50 ekorm 2 Parameter 90 hari pemeliharan Nilai Nilai yang direkomendasikan BO C- organik 5.15 – 10.75 9.50 ± 2.44 4 – 20 N-total 0.94 – 1.20 1.09 ± 0.13 0.4–0.75 P-total 1.47 – 2.41 1.82 ± 0.37 - Laju sedimentasi gm 2 54.17 – 91.53 gm hari 2 74.73±15.39 hari - Sumber: Hasil analisis laboratorium tanah Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros 2008 dan Stasiun Kualitas Tanah Maros 2008 Ket : Poernomo 1992 ; Widigdo 2002; Taslihan A et al. 2003 Tabel 40. Kualitas sedimen tambak udang intensif 50 ekorm 2 Parameter 90 hari pemeliharan Nilai Nilai yang direkomendasikan BO C- organik 7.83–10.97 10.00 ± 1.34 4 – 20 N-total 1.47–1.77 1.59 ± 0.13 0.4 – 0.75 P-total 0.97–7.69 2.42 ± 2.95 - Laju sedimentasi gm 2 95.50–222.35 gm hari 2 161.97 ± 48.01 hari - Sumber: Hasil analisis laboratorium tanah Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros 2008 dan Stasiun Kualitas Tanah Maros 2008 Ket : Poernomo 1992; Widigdo 2002; Taslihan A et al. 2003 Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukkan rata – rata kandungan bahan organik sedimen tambak udang intensif 126 ekorm 2 tergolong tinggi, begitu pula pada tambak udang intensif 50 ekorm 2 yang kandungan bahan organik sedimennya juga mengalami peningkatan sampai akhir pemeliharaan. Walaupun terjadi peningkatan bahan organik dalam sedimen tambak udang, akan tetapi kandungan bahan organik tersebut masih dalam batas yang diperkenankan untuk budidaya udang yaitu 4 – 20 Poernomo 1992; Widigdo 2002. Pola kandungan N organik sedimen tambak udang intensif 50 ekorm 2 , pada awal pemeliharaan masih rendah, kemudian pada bulan kedua naik lagi tertinggi lalu menurun pada bulan ketiga dan meningkat kembali pada bulan keempat. Sedangkan untuk kandungan N organik sedimen tambak udang intensif 126 ekorm 2 Kandungan phosfor sedimen tambak udang intensif 50 ekorm sampai akhir pemeliharaan juga cukup tinggi. Kandungan N organik sedimen tambak dalam penelitian ini lebih tinggi dari hasil penelitian Riyadi et al. 2008 yang menemukan nilai N-organik sedimen tambak udang pada saat pengeringan tambak sebesar 0.10 , kemudian 0.12 saat penebaran benih udang, pada umur 30 hari kandungan N-organik sedimen mencapai 0.15 , kemudian 0.19 pada umur 60 hari dan 0.20 pada saat udang berumur 90 hari. Selanjutnya hasil penelitian Martin et al. 1998 menemukan lebih dari 38 dari total input nitrogen terakumulasi di sedimen dasar tambak. 2 juga cenderung mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur pemeliharaan, begitu pula dengan kandungan phospor sedimen tambak udang intensif 126 ekorm 2 Jumlah phosfor yang tidak terhitung tidak akan dapat terdeteksi secara analitik jika tergabung ke dalam lumpur Boyd 1995. Mekanisme hilangnya P di tambak akibatkan oleh afinitas lumpur yang kuat untuk mengikat fosfor tersebut atau melalui proses denitrifikasi di dalam sedimen tambak Shrestha dan Lin 1996; Lin et al. 1997; Teichert-Coddington et al. 1997. yang juga cukup tinggi sampai akhir pemeliharaan. Hal ini menunjukkan bahwa phosfor dari pakan udang yang diberikan selama budidaya terakumulasi di sedimen tambak udang intensif Paez-Osuna et al.1999. Hasil penelitian Rachmansyah et al. 2005 memperoleh input phosfor dalam tambak udang vannamei terdiri atas 87.75 ± 0.24 dari pakan, 7.73 ± 0.19 pupuk, 4.05 ± 0.25 inflow dan media probiotik 1 . Sementara komposisi output phosfor didominasi oleh lumpur 39.03 ± 6.59 , kemudian udang yang dipanen 15.22±0.85 dan outflow 3.09 ± 0.26 . Laju sedimen dalam tambak udang juga mengalami peningkatan mulai hari ke-30 sampai akhir pemeliharaan.Laju sedimen tambak udang yang diperoleh pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Fahrur dan Yulianingsih 2006 yang mendapatkan laju sedimen dalam tambak udang intensif vannamei kepadatan 54 ekorm 2 yaitu berkisar antara 117.26 – 299.24 gm 2 hari, kepadatan 58 ekorm 2 berkisar antara 115.74 – 358.63 gm 2 hari dan kepadatan 104 ekorm 2 diperoleh laju sedimen tambak udang berkisar antara 130.20 – 452.29 gm 2 Clifford 1998 menyatakan bahwa pada tambak intensif akan dihasilkan sedimen organik sebesar 0.8 kg bahan keringm hari. 2 hari. Laju sedimentasi di dalam tambak selama 100 pemeliharaan udang vannamei dengan perlakuan jumlah kincir berbeda mencapai 49.49-813.21332.71 ± 203.20gr bahan keringm 2 Peningkatan laju sedimen dalam tambak udang dipegaruhi oleh kecepatan arus air, semakin rendah kecepatan arus air cmdetik maka laju sedimen dalam tambak udang semakin tinggi terutama pada bagian tengah tambak udang. Wyban dan Sweeny 1991 melaporkan, pada kecepatan arus 3 cmdetik diperoleh laju sedimentasi sebesar 320 gm hari Rachmansyah et al. 2005. Selanjutnya Lemonnier dan Brizard 2001 juga melaporkan bahwa rata-rata laju sedimen tambak udang musiman sekitar 200 tonha dengan ketebalan lapisan ataspermukaan sedimen berkisar 0.25–0.3 gml, dengan bagian dasar tambak udang yang tertutupi oleh sedimen yang baru terdeposit berkisar 5 – 36 dari bagian tambak udang. 2 hari, kecepatan arus 10 cmdetik diperoleh laju sedimentasi sebesar 180 gm 2 hari dan pada kecepatan arus 22 cmdetik diperoleh laju sedimentasi sebesar 120 gm 2 Pakan buatan pellet merupakan faktor pengelolaan yang sangat berpengaruh nyata terhadap peningkatan ketebalan lumpur pada dasar tambak tambak udang intensif Meagaung et al. 2000. Lebih lanjut dikatakan bahwa pakan buatan sangat potensial menyebabkan akumulasi bahan organik pada tanah hari. Lebih lanjut dikatakan bahwa sedimen dalam tambak udang mulai terlihat pada minggu ke-5 saat siklus pemeliharaan udang dan pada saat sedimen yang terakumulasi cukup banyak sekitar 20 cm, maka sedimen dikeluarkan melalui central drain. dasar tambak udang intensif, karena terlihat dari jenis rantai karbon yang dimiliki pakan buatan C 9 - C 29 mendekati jenis rantai karbon sedimen tambak udang intensif pasca panen C 10 – C 28 Sumber akumulasi sedimen di dalam tambak udang berasal dari pakan yang tidak termakan, feses, planktondiatom yang mati dan membusuk, erosi tanah tambak dan jasad renik merupakan bagian dari sedimen Hopkins et al. 1994. Lin dan Nash 1996 melakukan estimasi bahwa sekitar 26 nitrogen dan 24 phosfor dari pakan yang diberikan selama budidaya terakumulasi di sedimen tambak udang intensif. Sementara Funge-Smith dan Briggs 1998 mendapatkan sedimen yang terakumulasi di dasar tambak udang mengandung 24 nitrogen dari pakan dan 84 phosfor. Selanjutnya Wu 1995 melaporkan bahwa sekitar 21 N, 53 P, dan 23 C pakan yang masuk dalam sistem budidaya akan terakumulasi di dasar sebagai sedimen. . Penggunaan pakan yang berkualitas dan penggunaan probotik sangat membantu mengurangi tingginya kandungan bahan organik dalam tambak. Pakan yang berkualitas serta pengelolaan pakan yang baik tepat ukuran dan waktu pemberian pakan akan mengurangi jumlah pakan tidak termakan sehingga pakan yang mengendap di dasar tambak akan semakin sedikit. Pengalaman perikanan budidaya periode tahun 1974 – 1994, dimana telah dilakukan perbaikan kualitas pakan dan rasionalisasi kebutuhan N dan P pakan yaitu dengan menurunkan kandungan N pakan dari 7.8 menjadi 6.8 dan kandungan P pakan dari 1.7 menjadi 0.7 . Perbaikan kualitas pakan ini akhirnya dapat menurunkan konversi pakan dari 2.08 menjadi 1.25 dan limbah yang dihasilkan dari 132 kg N dan 31 kg Pton produksi menjadi 55 kg N dan 4.8 kg Pton produksi Enell 1995. Pengunaan probiotik dapat menurunkan senyawa metabolit toksit amoniak, nitrit, dan H 2 S, memperbaiki atau mempertahankan kualitas air dan dasar tambak, membantu menstabilkan air tambak mempercepat pembentukan warna airplankton serta menjaga kestabilan plankton, mengurangi pencemaran organik, menurunkan atau menekan keberadaan bakteri yang merugikan seperti vibrio, serta meningkatkan efisiensi produksi tambak udang Sutanto et al. 2002; Pitoyo 2002.

5.5.2. Kualitas Substrat Tanah Dasar Perairan

Hasil analisis kualitas dan komposisi tekstur tanah dasar perairan pesisir dapat dilihat pada Tabel 41 dan 42. Tabel 41. Kualitas substrat tanah dasar perairan pesisir di Kecamatan Mangara Bombang Parameter Nilai Nilai yang direkomendasikan BO C- organik 0.08 – 2.64 0.94 ± 0.80 4 – 20 N-Total 0.03 – 0.21 0.09 ± 0.06 0.4 – 0.75 P 2 O 5 270.49 – 621 mgl Bray II 413.64 ± 100.02. 30 – 60 mgl Sumber: Hasil analisis laboratorium tanah Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros 2008 dan Stasiun Kualitas Tanah Maros 2008 Ket : Poernomo 1991 ; Widigdo 2002; Taslihan A et al. 2003 Tabel 42. Komposisi tekstur substrat tanah dasar perairan pesisir Kecamatan Mangara Bombang Parameter Nilai Kelas Tekstur Liat 0.00 – 6.00 1.67 ± 1.85 Pasir Lempung berpasir Pasir berlempung Debu 0.00 – 44.00 14.56 ± 14.88 Pasir 52.00 – 100.00 83.78 ± 16.36, Sumber: Hasil analisis laboratorium tanah Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros 2008 dan Stasiun Kualitas Tanah Maros 2008 Kandungan C-organik substrat tanah dasar perairan di Kecamatan Mangara Bombang berkisar antara 0.08 – 2.64 0.94 ± 0.80, nitrogen N-Total berkisar antara 0.03 – 0.21 0.09 ± 0.06 dan, kandungan phosfor masing – masing untuk P 2 O 5 Pada Tabel 41 dan 42 bahwa kandungan bahan organik substrat tanah dasar perairan pesisir Kecamatan Mangara Bombang tergolong rendah dan masih berada dalam kisaran yang diperkenankan yaitu 4 – 20 Poernomo 1992; Widigdo 2002; Taslihan et al. 2003. Hal ini menunjukkan bahwa partikel organik berkisar antara 270.49 – 621 mgl 413.64 ± 100.02. Hasil analisis komposisi tekstur substrat tanah dasar perairan pesisir diperoleh persentase partikel substrat tanah yang tertinggi yaitu pasir sebesar 52.00 – 100.00 83.78 ± 16.36, kemudian partikel debu sebesar 0.00 – 44.00 14.56 ± 14.88, dan liat sebesar 0.00 – 6,00 1.67 ± 1.85. Berdasarkan komposisi tekstur ini, maka kelas tekstur substrat tanah dasar perairan pesisir Kecamatan Mangara Bombang terdiri dari pasir, lempung berpasir, dan pasir berlempung. yang berasal dari limbah tambak dan lahan atas tidak banyak menutupi lapisan permukaan sedimen akibat adanya gerakan massa air terus menerus sehingga yang mengendap jumlahnya sedikit sebagian besar partikel organik limbah tetap berada dalam bentuk tersuspensi. Nyabakken 1992 menyatakan bahwa pantai dengan substrat dominan pasir dengan arus yang kuat cenderung mempunyai kandungan bahan organik yang lebih rendah jika dibandingkan dengan perairan yang bersubstrat lumpur yang disebabkan perairan yang bersubstrat pasir tidak mempunyai kemampuan mengikat dan mengakumulasi partikel organik yang ada.

5.6. Daya Dukung Lingkungan Perairan Pesisir

Pendugaaan daya dukung lingkungan di wilayah pesisir Kecamatan Mangara Bombang untuk pengembangan budidaya tambak udang menggunakan 3 tiga metode pendekatan sebagai berikut : Metode 1. Pendekatan daya dukung lingkungan berdasarkan volume total air laut penerima limbah V tot dan laju penurunan limbah organik tambak udang Volume total air laut yang tersedia di perairan pesisir V tot Kecamatan Mangara Bombang untuk mengencerkan limbah sebesar 129 152 399.22 m 3 dan nilai laju penurunan limbah organik tambak udang sebesar 8.395 mglhari Sitorus 2004, sehingga jumlah limbah organik maksimum yang dapat ditampung oleh perairan pesisir Kecamatan Mangara Bombang sebesar 1084.23 tonhari. Beban limbah organik dalam bentuk TSS yang dihasilkan dari tambak udang intensif 126 ekorm 2 sebesar 9.228519 tonha, tambak udang intensif 50 ekorm 2 sebesar 2.387462 tonha, tambak udang semi intensif 25 ekorm 2 sebesar 1.15529 tonha, dan tambak udang tradisional plus 8 ekorm 2 sebesar 0.48790 tonha. Daya dukung lingkungan berdasarkan volume total air laut penerima limbah dan laju penurunan limbah organik tambak udang dapat dilihat pada Tabel 43. Tabel 43. Daya dukung lingkungan berdasarkan volume total air laut penerima limbah V tot dan laju penurunan limbah organik tambak udang

Dokumen yang terkait

Dampak Perbaikan Saluran Irigasi Tambak Terhadap Prospek Pengembangan Usaha Budidaya Udang (Kasus di Wilayah Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan)

0 5 104

Dampak Perbaikan Saluran Irigasi Tambak Terhadap Prospek Pengembangan Usaha Budidaya Udang (Kasus di Wilayah Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan)

0 9 104

Kajian Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Lingkugan Perairan untuk Pengembangan Tambak Udang Semi Intensif di Wilayah Pesisir Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.

0 11 158

Optimalisasi pemanfaatan kawasan pesisir untuk pengembangan budidaya tambak berkelanjutan di Kabupaten Sinjai , Sulawesi Selatan

0 37 197

Analisis kesesuaian lahan dan daya dukung lingkungan pesisir untuk perencanaan strategis pengembangan tambak udang semi intensif di wilayah pesisir teluk awarange, kabupaten Barru, provinsi Sulawesi Selatan

1 11 213

Analisi dampak kegiatan pertambakan terhadap daya dukung kawasan pesisir (Studi kasus tambak udang Kabupaten Barru Sulawesi Selatan )

0 11 308

Optimalisasi pemanfaatan kawasan pesisir untuk pengembangan budidaya tambak berkelanjutan di Kabupaten Sinjai , Sulawesi Selatan

0 8 395

Analisis kesesuaian lahan dan daya dukung lingkungan pesisir untuk perencanaan strategis pengembangan tambak udang semi intensif di wilayah pesisir teluk awarange, kabupaten Barru, provinsi Sulawesi Selatan

0 4 203

Kajian Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Lingkugan Perairan untuk Pengembangan Tambak Udang Semi Intensif di Wilayah Pesisir Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau

0 6 148

Biodiversitas Makroalga di Pantai Puntondo Kecamatan Mangara’bombang Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 128