Implikasi Sosial Kombinasi Teknologi Budidaya Berdasarkan Daya Dukung Lingkungan

di wilayah pesisir, seperti pengembangan budidaya tambak udang tanpa mengganggu aktivitas produksi lainnya, mampu menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan nilai tambah produk dan juga meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir Kecamatan Mangara Bombang. Pengembangan budidaya tambak udang diarahkan untuk dapat memunculkan kegiatan pendukung budidaya tambak udang seperti kegiatan produksi pembenihan dan penggelondongan udang, warung akuainput pakan, obat-obatan, dll. Dampak yang telah dirasakan saat ini adalah kegiatan budidaya tambak udang telah menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar sebanyak 144 orang atau 253 440 HOKth Hasil wawancara dan pengamatan lapangan 2008. Masyarakat sekitar juga telah terserap dan bekerja pada usaha pendukung budidaya tambak udang yaitu kegiatan usaha pembenihan hatchery milik PT. Unimexco Jaya Sentosa KSO PT. Komindo Trading Utama dengan PT. Luxindo Internusa. Sedangkan PT. Benur kita milik seorang pengusaha asal Sulawesi Selatan yang berlokasi di Kabupaten Barru, tahun 2010 ini akan membuka unit pembenihan udang hatchery di wilayah pesisir Kecamatan Mangara Bombang. Kerjasama investasi pengelolaan dan pengembangan usaha tambak udang juga sudah dilakukan juga oleh PT. CP Pokphand dengan pembudidaya udang di wilayah pesisir Kecamatan Mangara Bombang. Pengembangan tambak udang intensif 126 ekorm 2 pada kondisi daya dukung lingkungan dapat menyerap tenaga kerja sebesar 358 orang atau 630 854 HOKth masih dapat menyerap tenaga kerja aktual 214 orang atau 376 640 HOKth dari kondisi saat ini. Jika dikembangkan tambak udang intensif 50 ekorm 2 dapat menyerap tenaga kerja aktual sebesar 1358 orang atau 2 061 594 HOKth masih dapat menyerap tenaga kerja aktual 1241 orang atau 1 846 608 HOKth dari kondisi saat ini. Jika dikembangkan tambak udang semi intensif 25 ekorm 2 dapat menyerap tenaga kerja aktual 1432 orang atau 2 176 002 HOKth masih dapat menyerap tenaga kerja aktual 1288 orang atau 1 957 760 HOKth dari kondisi saat ini. Jika dikembangkan tambak udang tradisional plus 8 ekorm 2 dapat menyerap tenaga kerja aktual sebesar 1695 orang atau 2 983 042 HOKth masih dapat menyerap tenaga kerja aktual sebesar 1551 orang atau 2 729 760 HOKth dari kondisi saat ini. Kegiatan budidaya tambak udang saat ini secara sosial telah berdampak kepada masyarakat terutama dalam penyerapan tenaga kerja. Rencana pengembangan budidaya tambak udang intensifikasi dan ekstensifikasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan tidak hanya mengejar target penyerapan tenaga kerja semata akan tetapi juga harus memperhatikan kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan tingkat teknologi budidaya pada kondisi daya dukung lingkungan, sehingga sistem produksi dapat berjalan dengan baik.

6.2. Integrasi Ekologi lingkungan, Ekonomi dan Sosial

Komponen aspek ekologi lingkungan, ekonomi, dan sosial diintegrasikan melalui variabel atau peubah yang digunakan dalam sub – sub model yang dibangun dalam sistem dinamik untuk pengembangan tambak udang secara optimal. Alokasi lahan tambak udang dengan pertimbangan aspek ekologi lingkungan, ekonomi, dan sosial dapat menjaga keberlanjutan produktivitas budidaya udang secara optimal. Hasil simulasi sistem dinamik diperoleh alokasi luas tambak udang optimal dengan pertimbangan ekologi lingkungan, ekonomi, dan sosial yaitu : tambak udang intensif 126 ekorm 2 26.62 ha, tambak udang intensif 50 ekorm 2 144.69 ha, tambak udang semi intensif 25 ekorm 2 282.36 ha, dan tambak udang tradisional plus 8 ekorm 2 Kemudian skenario 2 sebagai alternatif alokasi lahan optimal dengan pertimbangan aspek ekologi lingkungan, ekonomi, dan sosial yaitu tambak udang intensif 126 ekorm 503.43 ha skenario 1- direkomendasikan. Beban limbah organik yang masuk dan berada dilingkungan perairan pesisir masih dibawah kapasitas asimilasi perairan pesisir terhadap limbah organik dengan produksi biomassa udang yang dihasilkan sebesar 2453.03 ton. Total pendapatan usaha yang diperoleh sebesar Rp 36 328 006 033 tanpa pengelolaan kincir dan Rp 37 394 307 774 pengelolaan kincir, dengan kontribusi pendapatan ke daerah sebesar Rp 3 632 800 603 tanpa pengelolaan kincir dan Rp 3 739 430 777 pengelolaan kincir. Total tenaga kerja aktual yang dapat diserap sebesar 1753 orang atau 2 792 969 HOKth masih dapat menyerap tenaga kerja aktual 1609 orang atau 2 831 840 HOKth dari kondisi saat ini. 2 12.48 ha, tambak udang intensif 50 ekorm 2 89.95 ha, tambak udang semi intensif 25 ekorm 2 168.11 ha, dan tambak udang tradisional plus 8 ekorm 2 236.12 ha Beban limbah yang masuk dan berada di lingkungan perairan pesisir tergolong cukup tinggi akan tetapi masih berada dalam kapaitas asimilasi perairan pesisir terhadap limbah organik dengan produksi biomassa udang sebesar 1371.09 ton. Total pendapatan usaha yang diperoleh sebesar Rp 19 927 489 483 tanpa pengelolaan kincir dan Rp 20 513 323 896 pengelolaan kincir, dengan kontribusi pendapatan optimal ke daerah sebesar Rp 1 992 748 948 tanpa pengelolaan kincir dan Rp 2 051 332 389 pengelolaan kincir. Total tenaga kerja aktual yang dapat diserap sebesar 981 orang atau 1 549 329 HOKth masih dapat menyerap tenaga kerja 837 orang atau 1 245 456 HOKth dari kondisi saat ini. 6.3. Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir Kecamatan Mangara Bombang untuk Pengembangan Tambak Udang Secara Berkelanjutan Beberapa langkah strategi yang perlu dilakukan agar pengembangan tambak udang di wilayah pesisir Kecamatan Mangara Bombang dapat bekelanjutan antara lain: 1. Limbah hasil kegiatan budidaya dari sisa pakan dan feses yang dihasilkan selama proses budidaya dan kemudian terbuang ke lingkungan perairan merupakan bahan pencemar organik yang dapat menurunkan kualitas lingkungan perairan. Upaya memperkecil dampak yang dihasilkan dari buangan limbah budidaya tersebut maka perlu dilakukan upaya sebagai berikut: a penanamanpenataan kembali kawasan hutan mangrove reboisasi dan menempatkan kegiatan budidaya rumput laut di perairan sekitar kegiatan budidaya udang. Hutan mangrove selain sebagai buffer penyangga juga dapat mengabsorb beban limbah organik yang masuk ke lingkungan perairan begitu pula dengan rumput laut. Kemampuan absorb hutan mangrove dan rumput laut ini mengakibatkan beban limbah yang masuk dan berada di lingkungan perairan dapat diperkecil sehingga kondisi kualitas air perairan tetap terjaga layak untuk budidaya udang. Semakin

Dokumen yang terkait

Dampak Perbaikan Saluran Irigasi Tambak Terhadap Prospek Pengembangan Usaha Budidaya Udang (Kasus di Wilayah Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan)

0 5 104

Dampak Perbaikan Saluran Irigasi Tambak Terhadap Prospek Pengembangan Usaha Budidaya Udang (Kasus di Wilayah Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan)

0 9 104

Kajian Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Lingkugan Perairan untuk Pengembangan Tambak Udang Semi Intensif di Wilayah Pesisir Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.

0 11 158

Optimalisasi pemanfaatan kawasan pesisir untuk pengembangan budidaya tambak berkelanjutan di Kabupaten Sinjai , Sulawesi Selatan

0 37 197

Analisis kesesuaian lahan dan daya dukung lingkungan pesisir untuk perencanaan strategis pengembangan tambak udang semi intensif di wilayah pesisir teluk awarange, kabupaten Barru, provinsi Sulawesi Selatan

1 11 213

Analisi dampak kegiatan pertambakan terhadap daya dukung kawasan pesisir (Studi kasus tambak udang Kabupaten Barru Sulawesi Selatan )

0 11 308

Optimalisasi pemanfaatan kawasan pesisir untuk pengembangan budidaya tambak berkelanjutan di Kabupaten Sinjai , Sulawesi Selatan

0 8 395

Analisis kesesuaian lahan dan daya dukung lingkungan pesisir untuk perencanaan strategis pengembangan tambak udang semi intensif di wilayah pesisir teluk awarange, kabupaten Barru, provinsi Sulawesi Selatan

0 4 203

Kajian Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Lingkugan Perairan untuk Pengembangan Tambak Udang Semi Intensif di Wilayah Pesisir Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau

0 6 148

Biodiversitas Makroalga di Pantai Puntondo Kecamatan Mangara’bombang Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 128