Tabel 51. Hasil analisis usaha budidaya tambak udang intensif 50 ekorm
2
No.
di wilayah pesisir Kecamatan Mangara Bombang
Uraian Nilai
1. Investasi awal
Rp 208 825 000,- 2.
Total biaya tetap fixed cost Rp 6 191 250haMT
Rp 12 382 500hath 3.
Total biaya tidak tetap variable cost Rp 116 756 317haMT
Rp 233 512 633hath. 4.
Total biaya Rp 122 947 567,-haMT
Rp 245 895 133hath 5.
Total penerimaan hasil penjualan udang Rp 194 261 925haMT Rp 388 523 850hatahun
6. Total penerimaan bersih hasil penjualan
setelah dipotong pajak PPH 10 Rp 174 835 733haMT
Rp 349 671 465hath 7.
Kuntungan bersih Rp 51 888 166haMT
Rp 103 776 332hath 8.
RC 1.42
9. Payback period
PP 2.01 tahun
10. NPV Rp 208 985 243
11. Net BC 2.00
12 IRR
48.05 13. Discount factor DF
20 Sumber : Hasil analisis 2008
Perhitungan ini dengan menggunakan cashflow selama 10 tahun pertimbangan umur ekonomis usaha budidaya serta tingkat suku bunga sebesar
20 asumsi tingkat suku bunga bankdiscount rate 18 – 20 per tahun, maka diperoleh nilai Net Present Value NPV sebesar Rp 208 985 243, yang berarti
bahwa hasil bersih yang diperoleh selama 10 tahun ke depan, yang dihitung dengan nilai udang saat ini adalah sebesar Rp 208 985 243 asumsi tingkat
produksi, biaya, serta keuntungan yang diperoleh sama untuk setiap tahunnya. Berdasarkan nilai Net Present Value NPV ini, maka dapat dikatakan
bahwa secara finansial untuk kegiatan usaha budidaya tambak udang intensif 50 ekorm
2
memberikan manfaat bersih yang positif menguntungkan. Net Benefit Cost Ratio
Net BC diperoleh sebesar 2.0 yang berarti bahwa usaha budidaya tambak udang intensif ini memberikan manfaat bersih sebesar 2.0 kali lipat dari
biaya yang dikeluarkan. Sedangkan nilai Internal Rate of Return IRR yang diperoleh sebesar 48.05 yang berarti bahwa tingkat keuntungan atas investasi
bersih yang ditanam sebesar 48.05 apabila seluruh keuntungan yang diperoleh ditanam kembali pada tahun berikutnya. Dari semua kriteria investasi di atas
yaitu NPV, IRR, dan Net BC, maka dapat dikatakan bahwa usaha budidaya
tambak udang intensif 50 ekorm
2
di wilayah pesisir Kecamatan Mangara Bombang layak untuk dijalankan.
5.9.3. Tambak udang tradisional
Investasi awal yang dibutuhkan untuk budidaya tambak udang tradisional ini adalah Rp 30 160 000. Biaya operasional yang dikeluarkan sebesar Rp 4 646
333haMT atau Rp 9 292 667hath yang terdiri dari biaya tetap fixed cost sebesar Rp 1 258 000haMT dan biaya tidak tetap variable cost sebesar Rp 3
388 333haMT. Hasil panen udang mencapai 300 kghaMT, dimana harga udang rata-rata ditingkat pembudidaya sebesar Rp 33 000, maka penerimaan dari hasil
penjualan sebesar Rp 9 900 000haMT atau Rp 19 800 000hatahun. Pajak penghasilan PPH 10 sebesar Rp 990 000haMT atau 1 980 000hatahun,
sehingga penerimaan bersih dari hasil penjualan sebesar Rp 8 910 000haMT atau Rp 17 820 000hath. Jika dibandingkan dengan biaya operasional dikeluarkan
maka usaha budidaya tambak udang tradisional ini menghasilkan keuntungan Rp 4 263 667haMT atau Rp 8 527 333hath. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh
nilai RC budidaya tambak udang teknologi tradisional yaitu 1.92 dan payback period
dan diperoleh nilai sebesar 3.54 tahun. Dari hasil analisis yang dilakukan maka dapat dikatakan bahwa usaha budidaya tambak udang tradisional di wilayah
pesisir Kecamatan Mangara Bombang cukup menguntungkan apabila dilihat dari sisi ekonomi.
Net Benefit Cost Ratio Net BC diperoleh sebesar 1.20 yang berarti
bahwa usaha budidaya tambak udang tradisional ini memberikan manfaat bersih sebesar 1.20 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan. Net Present Value NPV
sebesar Rp 6 091 804, yang berarti bahwa hasil bersih yang diperoleh selama 10 tahun ke depan, yang dihitung dengan nilai udang saat ini adalah sebesar Rp 6 091
804 produksi udang, total biaya yang dikeluarkan, serta keuntungan yang diperoleh sama setiap tahunnya. Sedangkan nilai Internal Rate of Return IRR
yang diperoleh sebesar 25.66 yang berarti bahwa tingkat keuntungan atas investasi bersih yang ditanam sebesar 25.66 apabila seluruh keuntungan yang
diperoleh ditanam kembali pada tahun berikutnya. Hasil analisis kelayakan usaha budidaya tambak udang tradisional dapat
dilihat pada Tabel 52.
Tabel 52. Hasil analisis usaha budidaya tambak udang tradisional di wilayah pesisir Kecamatan Mangara Bombang
No. Uraian
Nilai
1. Investasi awal
Rp 30 160 000 2.
Total biaya tetap fixed cost Rp 1 258 000haMT
Rp 2 516 000hath 3.
Total biaya tidak tetap variable cost Rp 3 388 333haMT
Rp 6 776 666hath 4.
Total biaya Rp 4 646 333haMT
Rp 9 292 667hath 5.
Total penerimaan hasil penjualan udang Rp 9 900 000haMT
Rp 19 800 000hatahun 6.
Total penerimaan bersih hasil penjualan setelah dipotong pajak PPH 10
Rp 8 910 000haMT Rp 17 820 000hath
7. Kuntungan bersih
Rp 4 263 667haMT Rp 8 527 333hath
8. RC
1.92 9.
Payback period PP
3.54 tahun 10. NPV
Rp 6 091 804 11. Net BC
1.20 12
IRR 25.66
13. Discount factor DF 20
Sumber : Hasil analisis 2008 Dari semua kriteria investasi di atas yaitu NPV, IRR, dan Net BC, maka
dapat dikatakan bahwa usaha budidaya tambak udang tradisional di wilayah pesisir Kecamatan Mangara Bombang layak untuk dijalankan.
5.10. Pengelolaan Kincir Optimal untuk Efisiensi Biaya Operasional Budidaya Udang Berdasarkan Ketersediaan Oksigen Terlarut
input dan
output
Kincir sangat penting peranannya dalam manajemen budidaya udang, selain sebagai pemasok oksigen terlarut juga sebagai pembuang oksigen dari
tambak apabila terjadi kondisi lewat jenuh. Kondisi oksigen lewat jenuh ini sering terjadi pada siang hari dengan kepadatan fitoplankton yang tinggi, seiring dengan
lama pemeliharaan udang. Sebaliknya pada malam hari, ketersediaan oksigen terlarut sering mengalami deplesi akibat bertambahnya biomassa udang di tambak
dan meningkatnya respirasi fitoplankton Rachmansyah et al. 2005. Pengelolaan kincir optimal berdasarkan pendugaan ketersediaan oksigen terlarut input dan
outpu t dalam tambak udang menggunakan data – data penunjang dalam proses
estimasi. Data – data penunjang yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 53.