Pengelolaan Sampah Analisis pemanfaatan TPA sampah pascaoperasi berbasis masyarakat (studi kasus TPA Bantar Gebang, Bekasi)

29 a. Garbage, sisa pengolahan makanan yang mudah membusuk, misalnya koto ran dapur rumah tangga, restoran, hotel dan lain- lain. b. Rubbish, bahan atau sisa pengelolaan yang tidak mudah membusuk mudah terbakar: kayu, kertas, dan yang tidak mudah terbakar: kaleng dan kaca. c. Ashes, ialah segala jenis abu hasil pembakaran kayu, batubara. d. Segala jenis bangkai yang besar seperti kuda, sapi, kucing, tikus. Street sweeping , ialah segala benda padat sisa sampah hasil industri, misal industri kaleng dengan potongan-potongan sisa kaleng. Menurut Sumirat 1994, jenis sampah dibagi atas dasar sifat-sifat biologi dan kimianya, yaitu: a. Sampah yang membusuk garbage, yang mudah membusuk karena aktivitas mikroorganisme. b. Sampah yang tidak membusuk refure, jenis ini terdiri dari kertas-kertas, logam, karet, plastik dan lainnya yang tidak dapat membusuk. c. Sampah yang berbentuk debu atau abu hasil dari pembakaran, baik pembakaran bahan bakar, sampah jenis ini tidak membusuk, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan tanah atau penimbunan. d. Sampah berbahaya, adalah sampah karena jumlah, konsentrasi atau sifat kimiawi, fisika dan mikrobiologinya dapat menimbulkan bahaya. Jadi pada dasarnya sumber sampah dapat diklarifikasi beberapa kategori yang berhubungan dengan tata guna tanah: permukiman penduduk, tempat-tempat umum, tempat pardagangan, sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah maupun swasta, daerah industri, pertanian dan rumah sakit.

C. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah bertujuan mengubah sampah menjadi bentuk yang tidak mengganggu dan menekan volume, sehingga mudah diatur. Cara pengelolaan sampah yang dianggap terbaik saat ini adalah penimbunan dan pemadatan secara berlapis- lapis sanitary landfills, sampah tidak terbuka selama 24 jam karena apabila air hujan yang terserap ke lapisan tanah dan melalui lapisan sampah akan membentuk cairan lindi, yang mengandung padatan terlarut dan zat- zat lain hasil perombakan bahan organik oleh mikroba. Lindi tersebut dapat mengalir bersama air hujan atau air permukaan dan 30 meresap kedalam lapisan- lapisan tanah dan masuk ke dalam air tanah Clark, 1977. Hasil analisis lindi oleh Department of Public Health, USA 1972 terdapat pada Tabel 3. Pada Tabel 3 dijelaskan semakin lama umur lindi, konsentrasi zat pencemar semakin berkurang, karena zat-zat tersebut telah mengalami penguraian oleh tanah. Ion klorida Cl¯ sebagai ion anorganik sulit teruraikan, baik melalui pertukaran ion, adsorbsi, filtrasi, dan biodegradasi. Dalam hal ini ion Cl¯ dapat dipakai sebagai indikator terhadap aliran lindi, secara tidak langsung dapat menimbulkan pencemaran terhadap air tanah, khususnya air sumur gali Slamet, 1994. Tabel 3. Hasil Analisis Lindi Sistem Sanitary Landfill ppm Umur Lindi Parameter Satuan 2 Tahun 6 Tahun 17 Tahun BOD5 COD Jumlah Padatan Klorida C1¯ Natrium Na? Besi Fe Sulfat SO4²¯ Kesadahan Logam-logam berat mgl mgl mgl mgl mgl mgl mgl mgl mgl mgl 39 68.0 54 610.0 9 144.0 1 697.0 900.0 5 500.0 680.0 7830.0 15.8 8 000.0 14 080.0 6 795.0 1 330.0 810.0 6.3 2.0 2 200.0 1.5 40.0 225.0 1 198.0 135.0 74.0 0.6 2.0 540.0 5.4 Sumber: Department of Public Health USA 1972. Tinggi rendahnya curah hujan, jarak aliran dengan air tanah, dan sifat-sifat tanah yang dilalui akan mempengaruhi sifat lindi, dan sifat lindi akan mempengaruhi tingkat pencemaran yang ditimbulkannya, sedangkan komposisi lindi dipengaruhi oleh asal dan umurnya. Dengan demikian, untuk menghindari kontaminasi terhadap lingkungan, lindi yang terjadi harus aman dari pencemaran sebelum disalurkan ke saluran pembuangan. Menurut Suratmo 2002, pengelolaan sampah di TPA terdiri dari open dumping, landfill, insinerator, pembuatan kompos dan teknologi baru reduce, recycle dan reuse. Sedangkan partisipasi masyarakat dalam hal pengelolaan sampah harus diperhatikan ketersediaan tempat sampah di rumah, ketersediaan TPS, ketaatan membayar iuran dan ketaatan membuang sampah di tempat yang telah ditentukan. 31 Gambar 2: Diagram Kerangka Dasar Pemikiran Pengelolaan Sampah Menurut Sa’id 1988, pengelolaan sampah adalah perlakuan atau tindakan yang dilakukan terhadap sampah yang meliputi pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan dan pengolahan serta pemusnahan. Sedangkan menurut Soewedo 1983, pengelolaan sampah adalah perlakuan terhadap sampah guna menghilangkan masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Pengelolaan sampah didefinisikan sebagai suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan cara yang sesuai dengan prinsip -prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, perlindungan alam, keindahan dan pertimbangan lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat. Pengelolaan sampah adalah suatu proses mulai dari sumber sampai dengan di buang ke tempat pembuangan akhir TPA dengan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan, mengganggu kelestarian dan sumberdaya alam. Secara umum syarat pokok pengelolaan sampah, yaitu: penyimpanan atau pewadahan, pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan dan pembuangan akhir. Dari beberapa syarat pokok tersebut, yang perlu mendapat perhatian adalah pengelolaan dan pembuangan akhir sampah. Pengolahan sampah merupakan proses antara sebelum dilakukan pembuangan sampah di TPA yang bersifat optimal. Teknik dan cara pengolahan sampah dapat dilakukan dengan metode daur ulang, biologis pembuatan kompos, pemadatan dan insinerator. UU PERDA Penyuluhan Dinas Kebersihan Petugas Kebersihan Sarana Prasarana Angkutan Penghasil Sampah masyarakat Pengumpul Sampah Sampah Terkumpul Disiplin Pengetahuan Kesadaran Prilaku atau Kebiasaan Membuang Sampah Sampah Terangkut Lingkungan Bersih Sehat dan Nyaman 32 Azwar 1983 menyatakan bahwa dalam pengelolaan sampah terdapat tiga aktivitas meliputi: a. Penyimpanan atau pengumpulan Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar hasil pengumpulan sampah tidak terjadi perubahan yang dikehendaki, seperti pembusukan, atau kadar air yang meningkat. Penyimpanan ini dilakukan pada tempat pengumpulan sementara sebelum sampah diangkut, dibuang, dimanfaatkan serta dimusnahkan. Tempat-tempat ini sering dijumpai di toko-toko, warung, hotel, restoran, kantor dan rumah. b. Pengangkutan Pengangkutan sampah dari pemukiman penduduk yang terletak di pinggir jalan raya diangkut dengan gerobak. Dari hasil pengumpulan dari rumah ke rumah dipindahkan ke tempat pembuangan sementara TPS, selanjutnya diangkut dengan truk ke tempat pembuangan akhir TPA sampah. c. Pemusnahan. Menurut Partoatmodjo 1993, menyatakan pemusnahan dan pemanfaatan tersebut sebagai berikut: 1 Sanitary landfill, membuang dalam lembah dan ditutup dengan selapis tanah, yang dilakukan lapis demi lapis, sehingga sampah tidak berada di alam secara terbuka. 2 Landfill, sampah dibuang dalam lembah tanpa ditimbun oleh lapisan tanah. 3 Open Dumping, membuang sampah di atas permukaan tanah. 4 Dumping in water, membuang sampah di perairan misalnya di sungai atau di laut. 5 Insiner asi, pembakaran sampah secara besar-besaran dan tertutup dengan menggunakan insenerator. 6 Individual insenerator, pembakaran sampah dengan insenerator yang dilakukan oleh perorangan dalam rumahtangga. 7 Hog feeding, sampah sayuran dijadikan untuk pakan babi. 8 Composting, pengelolaan sampah organik menjadi pupuk, yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah. 9 Discharge to sewers, sampah dihaluskan kemudian dibuang ke dalam saluran air. 33 10 Pendaur ulangan sampah dengan cara memanfaatkan kembali barang- barang yang masih bisa dipakai. 11 Reduksi, menghancurkan sampah menjadi bagian kecil-kecil dan hasilnya dimanfaatkan. Pembuangan akhir sampah adalah upaya untuk memusnahkan sampah di tempat tertentu yang disebut tempat pembuangan akhir sampah TPA, dan dalam pembuangan akhir ada beberapa metode yaitu: a. Open Dumping Metode open dumping adalah cara pembuangan akhir dengan hanya menumpuk sampah begitu saja tanpa ada perlakuan khusus, sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. b. Controlled Landfill Adalah sistem open dumping yang diperbaiki atau ditingkatkan, merupakan peralihan antara teknik open dumping dan sanitary landfill. Pada cara ini penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh dengan timbunan sampah yang dipadatkan setelah mencapai tahap tertentu. c. Sanitary Landfill Pada sistem ini sampah ditimbun dalam tanah yang luas kemudian dipadatkan dan ditutup dengan tanah penutup harian pada setiap hari dan akhir operasi Suryanto, 1988. Menurut Sumitro et al., 1991 dalam usaha penanggulangan masalah sampah melalui pemanfaatan sampah tersebut, perlu diperhatikan kandungan zat kimia, seperti keberadaan karbon dan kobalt yang dapat menimbulkan gangguan pada tanaman. Hal ini dapat berkembang menjadi masalah yang serius, karena selain dapat merusak hasil tanaman, misalnya meracuni tanaman tomat, unsur-unsur tersebut juga berbahaya bagi manusia yang mengkonsumsi produk pertanian tersebut. Resiko yang tidak dapat dihindarkan dari pembuangan sampah di landfill adalah terbentuknya gas dan lindi yang dipengaruhi oleh dekomposisi dari mikroba dan iklim, sifat dari sampah dan iklim pengoperasian sampah di landfill. Perpindahan gas dan lindi dari lendfill ke lingkungan sekitarnya menyebabkan dampak yang serius pada lingkungan, selain berdampak buruk terhadap kesehatan juga menyebabkan kebakaran dan peledakan, kerusakan pada 34 tanaman, bau yang tidak sedap, masalah setelah penutupan landfill, pencemaran air tanah, udara dan pencemaran global, El-fadil 1997. Menurut El- fadil et al., 1997, dan Samom et al., 2002 hendaknya TPA dioperasikan dengan sistem sanitary landfill yang dilengkapi dengan pemasangan instalasi recovery gas, sistem pengolahan dan pengumpulan gas yang mencegah pemindahan gas dari TPA atau emisi gas melalui permukaan landfill, penghalang hid rolik seperti ekstraksi dan sumur pantauan, sumur relief dan parit perlindungan dan sistim pengumpulan untuk masalah pengontrolan lindi. Selain itu untuk meminimisasi dampak lingkungan jika mungkin diusulkan kepada pemerintah untuk mengadopsi sistem pengubahan sampah menjadi energi karena tidak mungkin hanya dengan sanitary landfill dapat menghilangkan semua pengaruh negatif sampah dan lingkungan.

D. Tempat Pembuangan Akhir TPA