Pemulung TPA Liar dan Pemulung a. TPA Liar.

62 Zat pencemar yang dianalisis adalah zat pencemar yang berada dalam perairan, karena air merupakan komponen lingkungan yang sangat esensial untuk kehidupan. Status zat pencemar relatif dapat menggambarkan karakteristik kegiatan manusia dalam pengelolaan sumberdaya alam, khususnya di TPA dan wilayah yang diteliti, disamping itu juga dapat menggambarkan keadaan alamiah dari lingkungan tersebut Dinas Kebersihan DKI, 2002. Standar yang digunakan untuk memahami karakteristik bahan organik terhadap media air adalah BOD, COD, logam berat, dan mikroba.

E. TPA Liar dan Pemulung a. TPA Liar.

TPA liar dibuat oleh masyarakat secara ilegal di sekitar TPA utama, dengan sistem open dumping. TPA liar ditujukan untuk menguasai sampah secara pribadi untuk diambil bahan yang laku di pasar, antara lain potongan besi, botol plastik, kayu, botol kaleng, karton, dan sebagainya. Sisa sampah umumnya dimusnahkan dengan cara dibakar. Sistem open dumping menimbulkan dampak yang cukup besar terutama air lindi masuk ke dalam air tanah, asap, lalat dan bau. TPA liar dipengaruhi oleh faktor yang kompleks, antara lain kerjasama pemulung dan supir truk sampah, kebutuhan pasar, tuntutan pemulung dan sebagainya. Untuk itu pengendalian TPA liar tidak semata- mata menyangkut faktor teknis, juga menyangkut aspek sosial ekonomi.

b. Pemulung

Kegiatan pemulung, merupakan refleksi dari ketimpangan sosial ekonomi pada masyarakat secara luas Gambar 7. Dipandang dari sudut sosial ekonomi, pengentasan dan pemberdayaan pemulung di kawasan TPA merupakan “bagian yang tidak terpisahkan” dari perbaikan lingkungan hidup, peningkatan kinerja pengelolaan sampah perkotaan, dan pemanfaatan sampah perkotaan secara komersial dalam skala besar. Pengabaian dalam mengusahakan kehidupan yang lebih baik dari pemulung, akan menimbulkan dampak ke arah hulu maupun hilir dalam konteks sosial ekonomi secara luas Ken, 2002. Keberadaan pemulung di TPA Bantar Gebang yang setiap hari bekerja mengambil sebagian sampah yang masih bernilai ekonomi untuk didaur ulang atau digunakan kembali seperti plastik, kertas, kayu, botol dan sebaginya. Keberadaan 63 pemulung tersebut sangat mengganggu kelancaran pengoperasian alat-alat berat dan dapat menimbulkan kecelakaan bagi para pemulung. Gambar 7. Kegiatan pemulung di TPA Bantar Gebang Menurut Samom et al., 2002 cara terbaik untuk pemisahan sampah pada sumbernya yaitu dengan diberikan insentif keuangan, peraturan dan penciptaan kesadaran lingkungan. Di Bangkok 90 dari sampah padat dibuang dengan sistem buangan terbuka, di sekitar TPA ada sejumlah toko-toko kecil SSR yang menjual barang-barang bekas dari tempat sampah, barang-barang ini dikumpulkan dan dijual oleh pegawai pengumpul dan pemulung. Jumlah barang yang diantarkan ke setiap SSR ini sekitar 1-6 tonhari. Total ton harian dari barang-barang yang dikumpulkan oleh para pemulung diperkirakan sekitar 5 dari jumlah sampah kota. Secara informal pemulung mengambil barang sampah yang mempunyai potensi untuk didaur ulang kertas, karton, logam dan lain- lain sehingga bernilai ekonomis. Pemisahan ini dilakukan secara manual karena pemisahan barang-barang yang dapat didaur ulang secara otomatis sukar dilakukan, Ridlo 1998. Masyarakat banyak berpandangan tentang rendahnya pekerjaan pemulung, tetapi tidak disadari manfaat yang dapat dikerjakan oleh pemulung sampah. Pekerja itu bukanlah menjadi hambatan bagi mereka yang melihatnya dari aspek pemanfaatan dan dapat dipahami sebagai mata pencaharian atau dipandang sebagai aspek ekonomi yang dapat menunjang kehidupan keluarga. Jalur ekonomi itu mempunyai landasan dalam sistem pemulungan, kondisi ini diakibatkan oleh kehendak atau kebutuhan hidup yang ditunjang adanya permintaan terhadap berbagai jenis barang yang dikumpulkan dari sampah tersebut. 64 Keterlibatan pemulung dalam pengelolaan sampah, dapat berperan ganda, secara langsung dapat mensejahterakan pemulung melalui penjualan sampah yang dipungut dari TPA. Secara tidak langsung mereka telah melakukan daur ulang terhadap sampah anorganik yang sulit diuraikan oleh mikroba, misalnya plastik, logam, besi, alumunium, kaleng dan lain sebagainya Garna et al., 1982. Pengumpulan sampah oleh pemulung akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, yaitu menimbulkan efek estetika, dan sering menimbulkan konflik sosial dengan masyarakat sekitar lokasi TPA sampah.

F. Dampak Pengelolaan TPA pada Lingkungan