103
Tabel 24. Penyebab Gangguan Bau Presentase
No Intensitas Gangguan
Asap
2001 2002
2003 2004
Kisaran Rata-
rata 1.
2. 3.
Aktivitas TPA Bantar Gebang
Aktivitas TPS di Luar Bantar Gebang
Aktivitas TPA Liar di Sekitar TPA
83,3 1,7
14,7 82,9
1,4 15,7
82,9 1,4
15,7 81,0
6,3 12,7
Total 100
100 100
100 81,0-83,3
1,5-6,3 12,7-15,7
82,22 3,47
14,22
Berdasarkan hasil analisis kualitas udara, ya ng menjadi sumber bau adalah NH
3
amonia dan H
2
S, namun demikian nilai kedua parameter tersebut masih dibawah baku mutu lingkungan.
D. Kesehatan Masyarakat
Pengaruh sampah terhadap kesehatan lingkungan dapat terjadi melalui pengaruh langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung terjadi akibat kontak langsung
dengan sampah, dimana sampah tersebut ada yang bersifat racun, korosif terhadap tubuh, karsionogenik, teratogenik dan ada juga yang mengandung kuman patogen yang
langsung dapat menularkan penyakit Slamet, 1994. Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan oleh manusia terutama akibat pembusukan, pembakaran dan pembuangan
sampah. Dekomposisi sampah biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif, bahkan terjadi secara anaerobik jika kehabisan oksigen. Dekomposisi secara
aerobik menghasilkan lindi dan gas. Pengaruh tidak langsung juga terjadi melalui vektor yang dibawa hewan inang
yang hidup dan berkembang biak di sampah, misalnya tikus adalah inang pinjal sebagai vektor penyakit pes, dan lalat merupakan vektor utama terhadap penyakit disentri
Slamet, 1994. Pengelolaan sampah yang kurang baik, selain menimbulkan penyakit, juga dapat menimbulkan efek terhadap kualitas sosial lingkungan, terutama penurunan
estetika yang ditunjukan adanya kesan jorok, jijik, bau dan sebagainya Saruji, 986 Perkembangan kesehatan masyarakat di sekitar kawasan TPA didekati dengan
analisis data sekunder khususnya persentase penyakit di Kecamatan Bantar Gebang, terhadap 5 penyakit besar, seperti disajikan dala m Tabel 25. Tabel tersebut
memperlihatkan jenis penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat Kota Bekasi, yakni ISPA, penyakit gigi, gastritis, infeksi kulit dan diare.
104
Berdasarkan Tabel 25 dapat dilihat bahwa perkembangan pola penyakit di wilayah Kota Bekasi dan Kecamatan Bantar Gebang dalam 7 tahun terakhir, terutama
dari tahun 1998-2004 menunjukkan pola yang relatif sama. Misalnya penyakit ISPA untuk wilayah Bantar Gebang antara 32,9 – 44,3 , sedangkan wilayah Kota Bekasi
juga sebesar antara 37,4 – 44,3 . Berdasarkan Uji T menunjukkan bahwa jenis penyakit ISPA di wilayah Kota Bekasi dan Kecamatan Bantar Gebang tersebut adalah
relatif sama atau tidak berbeda secara nyata. Tabel 25. Jenis Penyakit di Kota Bekasi dalam 7 tahun terakhir
Wilayah No
Tahun Jenis Penyakit
Kota Bekasi Bantar Gebang
1. 1998
44,3 34,1
1999 40,9
44,3 2000
37,4 40,0
2001 38,8
32,9 2002
36,7 30,4
2003 34,9
29,5 2004
ISPA 31,8
28,6 2.
1998 14,9
12,2 1999
- 14,9
2000 2,2
24,1 2001
15,4 11,2
2002 12,3
10,6 2003
11,7 10,4
2004 Penyakit Gigi
10,8 9,7
3. 1998
14,5 17,5
1999 10,5
14,5 2000
3,7 11,1
2001 7,4
9,2 2002
6,2 8,7
2003 5,8
7,3 2004
Gastritis 5,2
6,4 4.
1998 10,2
11,7 1999
17,0 10,2
2000 5,5
8,4 2001
10,2 3,4
2002 8,4
3,0 2003
7,2 2,6
2004 Infeksi Kulit
6,5 2,4
5. 1998
7,6 4,9
1999 22,8
7,6 2000
9,5 8,1
2001 6,0
8,4 2002
5,8 7,9
2003 4,9
6,2 2004
Diare 4,3
5,7
Perkembangan penyakit gigi di wilayah Kecamatan Bantar Gebang sebesar 11,2-24 , sedangkan wilayah Kota Bekasi sebesar 2,2-15,4 . Begitu juga untuk
105
penyakit Gastritis untuk wilayah Bantar Gebang lebih besar yakni 9,2-17,5 dan wilayah Kota Bekasi sebesar 3,7-14,5 . Perbedaan tersebut berdasarkan persentasenya
terlihat berbeda, namun berdasarkan uji T, menunjukkan relatif tidak berbeda nyata. Namun demikian karena menyangkut penyakit pada manusia, maka perkembangan
penyakit tersebut perlu mendapat perhatian yang serius. Kedua perkembangan penyakit lainnya yaitu penyakit kulit dan diare
menunjukkan distribusi yang sama antara wilayah Kota Bekasi dan wilayah Bantar Gebang. Hal ini menunjukkan bahwa pola penyebaran penyakit tersebut adalah sama
untuk seluruh wilayah Kecamatan di Kota Bekasi, tidak ada gejolak yang berbeda dengan wilayah Kota Bekasi. Status kesehatan masyarakat di sekitar lokasi TPA Bantar
Gebang hingga medio tahun 2004 data Puskesmas Bantar Gebang, menunjukkan bahwa penyakit yang paling banyak diderita adalah ISPA, penyakit gigi, penyakit kulit,
gastritis dan diare. Perkembangan pola penyakit di wilayah Bantar Gebang relatif memiliki
karakteristik sama dengan wilayah Kota Bekasi. Namun demikian perhatian pada masyarakat sekitar tetap perlu mendapat perhatian yang serius sehubungan dengan
upaya pemberian kompensasi berupa pengobatan cuma-cuma bagi masyarakat dan penderita beberapa penyakit pada masyarakat di sekitar lokasi TPA yang sangat erat
hubungannya dengan saluran pernapasan. TPA Bantar Gebang memberikan kontribusi terhadap pencetusan atau intensitas rasa sakit penyakit batuk, sesak napas, ISPA,
pusing dan sakit perut. Pada tahun 2004 persepsi masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi
TPA Bantar Gebang terhadap gangguan kesehatan mulai bergeser ke arah yang lebih baik. Secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 26.
Pada tahun 2004 sebanyak 9,4 responden Tahun 2001 sebanyak 35,0 menyatakan tidak pernah, sedangkan sisanya kadang-kadang merasakan sakit. Kisaran
terhadap gangguan kesehatan, intensitas sakit dalam beberapa tahun terakhir yang menyatakan tidak pernah 9,4-35,0 dengan nilai rata-rata 16,47 . Sedangkan yang
menyatakan kadang-kadang dengan kisaran 20-50,2 dengan nilai rata-rata 38,02 . Nilai ini menunjukkan peningkatan dari 43,6 . Jenis penyakit yang sering responden
alami adalah flu dan batuk pilek tahun 2003 menjadi 50,2 tahun 2004 Tabel 26. Jenis penyakit yang sering responden alami adalah flu dan batuk pilek yaitu sebesar
106
58,7 tahun 2004, gangguan pernapasan sebanyak 24,3 , diare dan muntaber sebanyak 3,6 tahun 2004, dan sisanya oleh berbagai jenis penyebab.
Tabel 26. Persepsi Responden terhadap Gangguan Kesehatan tahun 2001-2004
Presen No
Karakteristik Uraian
2001 2002 2003 2004
Kisaran Rata-
rata Sering
33,3 11,0
10,8 8,6
8,6-33,3 15,92
Kadang-kadang 20,0
38,3 43,6
50,2
28,0-50,2
38,02 Jarang
11,7 39,7
40,2 43,7
11,7-43,7
33,82 Tidak Pernah
35,0 11,0
10,5 9,4
9,4-35,0 16,47
1 Intensitas sakit
dalam Beberapa tahun terakhir
Flu, Batuk, Pilek, 38,5
56,9 58,3
58,7
38,5-58,7
53,1 Pernapasan
30,5 23,1
20,1 24,3
20,1-30,5
24,5 Diare, Muntaber
331 4,6
4,2 3,6
3,6-33,1 85,85
Lainnya 17,9
15,4 14,7
12,0 12-7,9
15 2.
Sakit yang sering
Dialami
Aktivitas TPA 59
30,8 26,9
19,7 19,7-59
34,1 Aktivitas TPA liar
16,9 14,2
10,3
10,3-16,9
10,35 Lingkungan kurang
sehat 15,4
27,7 29,4
33,6
15,4-33,6
26,52 Sebab-sebab lain
25,6 24,6
23,6 22,0
22-25,6 23,95
3 Penyebab sakit
Beli obat sendiri 15,0
24,6 30,4
36,3 15-36,3
26,57 Ke Dokter
41,7 30,8
42,5 44,2
30,8-44,2
39,8 Ke Puskesmas
43,3 44,6
47,2 48,0
43,3-48 45,77
Dukun atau tabib 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 4
Bila sakit, cara berobat
Pemrov DKI 27,8
35,6 30,2
22,4
22,4-35,6
29 Pemerintah
KotaBekasi 50,0
8,2 7,9
5,7 5,7-50
17,95 Instansi pemerintah lain
16,7 6,9
5,8 4,8
4,8-16,7 8,55
Institusi swasta 5,6
5,5 5,4
4,9 4,9-5,6
5,35 5
Institusi pengelola
Pengobatan gratis
Tidak jawab 43,8
36,7 29,8
29,8-43,8
27,57
Responden berobat ke Puskesmas sebesar 48,0 tahun 2001 sebanyak 43,3 , dan pergi ke dokter sebanyak 44,2 tahun 2001 sebanyak 41,7 , membeli obat
sendiri sebanyak 36,3 tahun 2001 sebanyak 15,0 . Pada tahun 2004 responden yang berpendapat bahwa instansi yang melakukan pengobatan sebagai kompensasi
dampak negatif adalah Pemerintah DKI Jakarta sebanyak 22,4 tahun 2001 sebanyak 27,8 , sebanyak 5,7 responden menyatakan bahwa instansi pengelola pengobatan
gratis adalah Pemerintah Kota Bekasi tahun 2001 sebanyak 50,0 . Sehubungan dengan upaya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat
yang berada di sekitar lokasi TPA Bantar Gebang, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan pelayanan kesehatan termasuk diantaranya adalah
penyediaan fasilitas kesehatan di sekitar lokasi TPA Bantar Gebang. Adanya kesepakatan antara pihak Pemda DKI Jakarta dan Pemerintah Kota Bekasi dalam
107
bentuk penyediaan dana kompensasi termasuk di dalamnya adalah penyediaan fasilitas kesehatan berupa Puskesmas pembantu dengan segala kelengkapannya.
Keberadaan fasilitas kesehatan seperti Puskesmas pembantu tersebut, sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi TPA Bantar Gebang.
Diharapkan dengan adanya fasilitas kesehatan tersebut angka kesakitan masyarakat di sekitar lokasi TPA Bantar Gebang dapat ditekan seminimal mungkin.
E. Umur Teknis TPA