Perkembangan Kualitas Air Sungai

85 Udik, Cikiwul dan Sumurbatu telah mela mpaui ambang baku mutu untuk air bersih untuk parameter kekeruhan, fosfat, COD, koliform total dan Escherichia coli. Untuk sumur atas dari TPA parameter yang telah melampaui ambang baku mutu untuk air bersih yaitu: COD, koliform total dan Escherichia coli. Untuk sumur atas dari TPA parameter yang telah melampaui ambang baku mutu untuk air bersih yaitu: COD, koliform total dan Escherichia coli. Air sumur di atas dan bawah dari TPA yang berada di Kelurahan Ciketing Udik, Cikiwul dan Sumurbatu tidak layak sebagai sumber air minum berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan pengawasan Kualitas Air. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 1988 tentang Baku Mutu Air pada Sumber Air Menurut Golongan A. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1608 Tahun 1988 tanggal 26 September 1988 tentang Baku Mutu Air Sungai di DKI Jakarta dan Baku Mutu Air Golongan A; Air Baku Air Minum.

B. Perkembangan Kualitas Air Sungai

Suhu air Sungai Ciketing pada inlet kecendrungan naik pada musim kemarau, tanggal 2 Oktober 2004 sebesar 31,6 ºC dan tanggal 23 Oktober 2004 sebesar 31,8 ºC, selanjutnya suhu mengalami penurunan pada awal musim hujan pada tanggal 27 Nopember 2004 menjadi 28,5 ºC, secara keseluruhan suhu air Sungai Ciketing pada inlet berkisar 28,5–31,8 ºC dan nilai rata-ratanya 30,6 ºC. Tabel 17. Suhu ini sudah melampaui Baku Mutu air sungai di DKI Jakarta. Menurut Fardiaz 1992, kenaikkan suhu diatas normal akan mengakibatkan antara lain sebagai berikut: 1. Jumlah oksigen terlarut akan menurun; 2. Kecepatan reaksi kimia akan meningkat; 3. Kehidupan ikan dan hewan lainnya akan terganggu; dan 4. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, maka ikan dan hewan kekurangan oksigen. 86 Tabel 17. Analisis Kualitas Air Sungai sebelum TPA Inlet, 2004. Air Sungai Sebelum TPA Parameter Satuan BM 2 Okt 04 23 Okt 04 27 Nop 04 Kisaran Rata- rata Suhu ºC 31,6 31,8 28,5 28,5-31,8 30,6 Kekeruhan NTU 69 77 76 69-77 74 pH 6.5–9 8,93 8,7 8,00 8,00-8,93 8,54 Warna PtCo 271 306 244 244-306 273,66 TDS mgl 936 944 879 879-944 919,22 BOD5 mgl 24,5 30,1 31,9 24,5-31,9 28,83 COD mgl 83 91,2 92,3 83-92,3 88,83 Nitrat N-NO 3¯ mgl 10 8,34 7,56 7,54 7,54-8,34 7,8 Nitrit N-NO 2¯ mgl 1 5,40 3,87 5,54 3,87-5,40 4,96 Besi Fe mgl 1 12,48 11,66 10,33 10,33-12,48 11,49 Mangan Mn mgl 0.5 1,465 1,399 1,338 1,338-1,465 1,400 Kadmium Cd mgl 0.01 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 Air raksa Hg mgl 0.001 0,0024 0,0019 0,0060 0,0019-0,0024 0,0034 Timbal Pb mgl 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 Tembaga Cu mgl 1 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 Nikel Ni mgl 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 Seng Zn mgl 15 0,238 0,197 0,187 0,187-0,238 0,207 Krom Val.6 mgl 0.05 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 Sulfida mgl 0.1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 Sumber: Laboratorium Kimia Fisik dan Lingkungan, IPB 2004 Permenkes RI No.416MenkesPerIX1990 Suhu Sungai Ciketing pada outlet tanggal 2 Oktober sampai dengan 27 Nopember 2004 mempunyai kecenderungan yang tinggi, dan ada sedikit penurunan yaitu pada saat memasuki musim hujan Tabel 18. Secara keseluruhan suhu air Sungai Ciketing pada outlet berkisar antara 29,3 – 32,8 ºC dan nilai rata-ratanya 31,56 ºC. Gambar 12. Sungai Ciketing outlet 87 Kenaikan suhu air Sungai Ciketing ini terjadi, karena pada musim kemarau airnya dangkal dan alirannya lambat, sehingga penetrasi sinar matahari sangat mudah mencapai dasar sungai yang mengakibatkan suhunya naik cukup tinggi. Tabel 18. Analisis Kualitas Air Sungai sesudah TPA Outlet, 2004. Air Sumur sesudah TPA Parameter Satuan BM 2 Okt 04 23 Okt 04 27 Nop 04 Kisaran Rata- rata Suhu ºC 32,8 32,6 29,3 29,3-32,8 31,56 Kekeruhan NTU 840 905 738 738-905 827,6 PH 6.5–9 8,42 8,33 8,05 8,05-8,42 8,26 Warna PtCo 3225 3178 3165 3165-3225 3169 TDS mgl 5460 5540 4999 4999-5540 5333 BOD5 mgl 445 513 456 445-456 471 COD mgl 1344 1515 1188 1188-1515 1349 Nitrat N-NO 3¯ mgl 10 2,55 2,66 2,97 2,55-2,97 2,72 Nitrit N-NO 2¯ mgl 1 1,15 1,42 1,05 1,05-1,42 1,21 Besi Fe mgl 1 3,17 4,30 4,02 3,17-4,30 3,83 Mangan Mn mgl 0.5 0,433 0,320 0,276 0,276-04,33 0,343 Kadmium Cd mgl 0.01 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 Air raksa Hg mgl 0.001 0,0008 0,0008 0,0008 0,0008 0,0008 Timbal Pb mgl 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 Tembaga Cu mgl 1 0,05 0,05 0,04 0,04-0,05 0,046 Nikel Ni mgl 0,213 0,325 0,167 0,167-0,325 0,235 Seng Zn mgl 15 0,114 0,203 0,220 0,114-0,220 0,179 Krom Val.6 mgl 0.05 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 Sulfida mgl 0.1 0,01 0,395 0,265 0,01-0,395 0,253 Sumber: Laboratorium Kimia Fisik dan Lingkungan, IPB 2004 Kekeruhan air Sungai Ciketing pada tanggal 2 Oktober di inlet adalah 69 NTU. Angka ini masih dibawah yang diperbolehkan 150 NTU berdasarkan surat Keputusan Gubernur KDH Ibukota Jakarta No. 1608 tahun 1988. Tingkat kekeruhan air Sungai Ciketing semakin besar setelah keluar dari wilayah TPA outlet yaitu menjadi 840 NTU. Angka ini sudah diatas BMAS di DKI yang diperbolehkan. Ini berarti tingkat kekeruhan air Sungai Ciketing setelah keluar dari wilayah TPA ada peningkatan 771 NTU. Konsentasi yang semakin tinggi ini akan mengurangi penetrasi sinar yang masuk 88 kedalam air dan hal ini akan mempengaruhi proses fotosintesis dalam air oleh fitoplangton dan tumbuhan lainnya, sehingga akan mengurangi konsentrasi oksigen terlarut. Pada tanggal 23 Oktober 2004 Sungai Ciketing di inlet kekeruhannya sebesar 77 NTU dan setelah masuk dalam wilayah TPA otlet kekeruhannya naik menjadi 905 NTU. Kondisi ini menunjukkan bahwa pencemaran semakin meningkat, karena air sungai setelah keluar wilayah TPA telah bercampur dengan lindi. Tingkat kekeruhan ini di atas BMAS-DKI yang tidak diperbolehkan. Sedangkan pada tanggal 27 Nopember 2004 kekeruhan air Sungai Ciketing di inlet adalah 76 NTU atau menurun 1 NTU dibandingkan pada kondisi tanggal 23 Oktober 2004. Setelah keluar dari wilayah TPA outlet kekeruhannya semakin meningkat menjadi 738 NTU, karena sudah bercampur dengan buangan lindi. Namun demikian kekeruhan pada tanggal 27 Nopember 2004 masih diatas BMAS-DKI. Secara keseluruhan kisaran konsentrasi air Sungai Ciketing pada inlet periode tanggal 2 Oktober sampai dengan 27 Nopember 2004 adalah minimum 69 NTU dan maksimum 77 NTU dengan nilai rata-rata 74 NTU. Nilai rata-rata ini menunjukkan masih dibawah BMAS. Sedangkan kisaran kekeruhan air Sungai Ciketing pada outlet periode yang sama, kisaran kekeruhan minimum 738 NTU dan maksimum 905 NTU, dengan nilai rata-rata 827,6 NTU. Fluktuasi air Sungai Ciketing selama periode tanggal 2 Oktober sampai dengan 27 Nopember 2004 di outlet diatas BMAS-DKI. Menurut Saeni, 1986, nilai pH suatu perairan mencerminkan keseimbangan antara asam dan basa yang diidentifikasikan melalui pengukuran konsentrasi ion hydrogen dalam suatu larutan. Nilai pH air normal adalah netral yaitu antara pH 6–8. Apabila pH air diatas atau dibawah angka kisaran tersebut, tergolong tidak normal. Perairan bersifat asam apabila pH nya lebih kecil dari 7 dan bersifat basa apabila pHnya lebih besar atau sama dengan 7. Pada industri makanan pada umumnya pHnya rendah, karena banyak mengandung asam-asam organik. Namun pada air buangan industri pH nya juga rendah, karena mengandung asam mineral yang tinggi. Namun adanya karbonat, hidroksida dan bikarbonat menaikkan kebasaan air. Hal ini dapat terjadi di TPA sampah, karena sampah yang dibuang banyak mengandung padatan terlarut dan tersuspensi dan disamping mineral- mineral bebas. 89 Perkembangan pH air Sungai Ciketing di lokasi penelitian tidak terlalu berbeda jauh dari tahun 2000-2004. Namun, pada tahun 2003 pH air sungai di inlet sedikit di atas pH air sungai di outlet, sedangkan pada tahun sebelumnya, pH air sungai di inlet di bawah dari outlet. Dari tahun 2000-2002, terjadi peningkatan aktivitas manusia untuk beragam keperluan seperti membuang air buangan hasil pencucian peralatan dapur di tengah aliran Sungai Ciketing, sehingga terjadi peningkatan pH. Sedangkan peningkatan pH air Sungai Ciketing di inlet pada tahun 2003 lebih disebabkan adanya peningkatan aktivitas di daerah inlet. Secara keseluruhan kisaran pH Sungai Ciketing di inlet berada pada 8,00 – 8,93 dengan rata-rata 8,54. Nilai ini menunjukkan bahwa fluktuasi pH air Sungai Ciketing selama periode tanggal 2 Oktober 2004 sampai dengan 27 Nopember 2004 masih normal. Sedangkan kisaran pH di outlet adalah 8,05 – 8,42 dengan rata-ratanya adalah 8,26. Dari ke dua kisaran pH dan rata-rata kisaran pH Sungai Ciketing bersifat basa kisaran pH 8,00-8,54 masih sesuai BMAS Baku Mutu Air Sungai Golongan A dan Golongan B Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.1608 tahun 1988 dan Keputusan Menteri Negara Kependudukkan dan Lingkungan Hidup No. 02MENKLH1988. Tingkat warna air Sungai Ciketing pada tanggal 2 Oktober 2004 di inlet adalah 271 unit PtCo dan di outlet adalah 3225 unit PtCo. Angka ini sudah jauh diatas BML air sungai di wilayah DKI yaitu 100 unit PtCo yang diperbolehkan. Dengan adanya kenaikkan dari 271 unit PtCo ke 3225 unit PtCo menunjukkan adanya peningkatan pencemaran di wilayah TPA yang merupakan kemungkinan besar kontribusi dari kebocoran di TPA tersebut. Disamping itu peningkatan pencemaran rembesan dari sisi zone TPA pada waktu hujan. Pada tanggal 23 Oktober 2004 air Sungai Ciketing di inlet adalah 306 unit PtCo, dan di outlet pada tanggal yang sama adalah 3178 unit PtCo, lebih tinggi daripada di inlet. Tanggal 27 Nopember 2004 warna air Sungai Ciketing pada inlet 244 unit PtCo dan di outlet menjadi 3165 unit PtCo, berarti ada peningkatan pencemaran. Hal ini dapat dimaklumi, karena telah bercampur dengan buangan lindi, sehingga pencemarannya semakin meningkat. Tingkat warna air sungai tersebut semuanya diatas BMAPSA Baku Mutu Air pada Sumber Air berdasarkan Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.02MENKLH1988 dan BMAS Baku Mutu Air Sungai DKI Surat Keputusan Gubernur KDH Jakarta No. 1608 tahun 1988. 90 Secara keseluruhan kisaran warna sebagai salah satu indikator kualitas air Sungai Ciketing di inlet adalah antara 244 unit – 306 unit PtCo dengan rata-rata dari tanggal 2 Oktober 2004 sampai dengan tanggal 27 Nopember 2004 adalah 273,66 unit PtCo. Kisaran warna kualitas air Sungai Ciketing di outlet adalah 3165 – 3225 unit PtCo dan nilai warna rata-ratanya adalah 3169 unit PtCo. Nilai ini lebih tinggi daripada nilai warna rata-rata di inlet. Salah satu parameter untuk mengetahui kualitas air sungai adalah BOD 5 . Oksigen terlarut merupakan senyawa yang sangat penting dalam kehidupan perairan pada tingkat konsentrasi tertentu dan berguna untuk penghancuran bahan organik atau zat pencemar dalam air Saeni, 1988. Kebutuhan Oksigen Biologi BOD adalah pengukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme selama penghancuran bahan organik dalam waktu tertentu dan suhu 20 ºC Saeni, 1988; Wardhana, 1995; Fardiaz, 1993; Jenie, 1992; Alaert et al., 1984. Selama jangka waktu 5 tahun terakhir, nilai BOD tertinggi terjadi pada tahun 2000 dengan titik outlet memberikan sumbangan BOD sebesar 228,50 mgl dan titik inlet sebesar 43,50 mgl. Nilai BOD ini terus mengalami penurunan, sehingga pada tahun 2004 di titik inlet hanya sebesar 31,90 mgl dan di titik outlet sebesar 45,60 mgl. Secara keseluruhan kisaran BOD sebagai salah satu indikator kualitas air Sungai Ciketing di inlet adalah antara 24,5 – 31,9 mgl dengan rata-rata dari tanggal 2 Oktober 2004 sampai dengan tanggal 27 Nopember 2004 adalah 28,83 mgl. Kisaran BOD air Sungai Ciketing di outlet adalah 445 – 456 mgl dan nilai rata-ratanya adalah 471 mg1. Nilai ini lebih tinggi daripada nilai warna rata-rata di inlet. Selain BOD , parameter lain yang harus diperhatikan dalam melihat kualitas air Sungai Ciketing adalah COD. Adapun perkembangan COD dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 20. Nilai COD di inlet dan outlet Sungai Ciketing memiliki perkembangan seperti nilai BOD. Nilai COD yang ditemukan di Sungai Ciketing tahun 2000 sangat tinggi, terutama di outlet yang mencapai nilai sebesar 2864,08 mgl. Nilai COD ini terus mengalami penurunan sehingga pada tahun 2004, kandungannya hanya sekitar 118,80 mgl, namun nilai COD di inlet nilainya mengalami fluktuasi setelah mengalami peningkatan di tahun 2002 dan 2003, pada tahun 2004 nilainya mengalami penurunan. Secara keseluruhan kisaran COD sebagai salah satu indikator kualitas air Sungai Ciketing di inlet 83-92,3 mgl, kecendrungan ada kenaikan nilai COD, dan dengan nilai 91 rata-rata dari tanggal 2 Oktober 2004 sampai dengan tanggal 27 Nopember 2004 adalah 88,83 mgl. Kisaran COD air Sungai Ciketing di outlet adalah 1188-1515 mgl dan nilai rata-ratanya adalah 1349 mgl. Nilai ini lebih tinggi daripada nilai rata-rata di inlet. Selain BOD dan COD, kandungan nitrat dan nitrit juga harus diperhatikan dalam pengamatan kualitas air sungai. Nitrat juga terdapat di dalam tanah dan air dengan cara biologis melalui bantuan mikroorganisme. Akar tumbuhan polongan atau kacang- kacangan terdapat bakteri yang mempunyai kemamp uan mengikat nitrogen di udara dan selanjutnya melalui proses kimiawi dengan katalis bakteri akan terbentuk nitrat. Di dalam air nitrogen diikat oleh bakteri dan ganggang Saeni, 1988; Sastrawijaya, 1991. Nitrat Sungai Ciketing di inlet berfluktuasi Tabel 17 mulai dari 8,34 sampai dengan 7,54 mgl. Nilai tertinggi pada tanggal 2 Oktober 2004. Berdasarkan BMPAS Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup KEP.02MENKLH-1988 maksimum yang dianjurkan dan yang diperbolehkan untuk air minum harus nihil atau 0 mgl dan untuk air golongan B maksimum yang dianjurkan 0,01 mgl dan maksimum yang diperbolehkan 0,5 mgl. Mengacu pada peraturan ini, maka konsentrasi N-NO 3 untuk baku mutu air golongan B konsentrasi pada tanggal 2 Oktober sampai dengan 27 Nopember 2004 baik di inlet dan di outlet menunjukkan nilai yang semakin besar daripada di inlet. Secara keseluruhan kisaran N-NO 3 ¯, di inlet Sungai Ciketing selama periode tanggal 2 Oktober sampai dengan 27 Nopember 2004 adalah 7,54 – 8,34 mgl dengan rata-ratanya 7,8 mgl. Nilai konsentrasi N-NO3 tertinggi di outle adalah 2,55 – 2,97 mgl dengan rata-ratanya 2,72 mgl. Nilai ini sudah diatas BMPAS air golongan B. Berarti pencemaran air Sungai Ciketing di outlet semakin bertambah. Nitrit NO2¯ di inlet Sungai Ciketing Tabel 17 secara keseluruhan menunjukkan konsentrasi yang tinggi berkisar antara 3,87 – 5,40 mgl. Konsentrasi tertinggi terjadi pada tanggal 27 Nopember 2004 yaitu 5,54 mgl. Konsentrasi nitrit tertinggi dicapai pada tanggal 27 Nopember 2004. Rata-rata konsentrasi nitrit selama periode tanggal 2 Oktober sampai dengan 27 Nopember 2004 adalah 4,96 mgl. Nilai ini sudah diatas BMAPS air golongan A berdasarkan S.K. MENEG KLH No. KEP.02MENKLH. Nitrit di outlet Sungai Ciketing secara keseluruhan selama periode tanggal 2 Oktober sampai dengan tanggal 27 Nopember 2004 dilihat dari rata-rata lebih besar 92 Tabel 18. Konsentrasi nitrit terendah dicapai pada tanggal 27 Nopember 2004 yaitu 1,05 mgl dan nitrit tertinggi dicapai pada tanggal 23 Oktober 2004 yaitu 1,42 mgl. Nilai rata-rata keseluruhannya adalah 1,21 mgl. Secara keseluruhan nilai nitrit rata-rata di atas baku mutu air golongan B berdasarkan S.K. MENEG KLH No. KEP.02MENKLH dan baku mutu air golongan A berdasarkan S.K. Gub. KDH DKI No. 16081988. Nitrit NO 2 ¯ adalah nitrogen yang teroksidasi dengan tingkat oksidasi +3 dan merupakan keadaan sementara proses oksidasi antara ammonia dan nitrat yang dapat terjadi pada pengolahan air buangan, dalam air sungai dan sistem drainase dan merupakan pencemar berbahaya dalam konsentrasi yang tinggi Alaert et al., 1983. Nitrit dalam tubuh manusia sangat membahayakan, karena dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam darah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen. Keadaan ini akan mengakibatkan keracunan pada bayi yang disebut blue baby Manahan, 1977. Saeni, 1988. Disamping itu nitrit juga dapat menimbulkan nitrosamin pada air buangan tertentu yang dapat menyebabkan kanker Alaert et al., 1983.

C. Perkembangan Kualitas Air Lindi