Daur ulang Hasil Sintesis AHP

109 lama, yaitu membutuhkan waktu di atas 35 hari, sedangkan proses anaerob sudah dapat diperoleh produksi kompos setelah 18-20 hari. dan 4. Permasalahan pengkomposan ini terletak di pasar petani yang membutuhkan pupuk, kadang-kadang belum tertarik pada produk kompos ini. b. Aspek Kelembagaan: Produk kompos hanya mempunyai pasar pada masyarakat yang gemar tanaman hias atau taman pekarangan saja. Karena itu produksi kompos secara informal dan skala kecil cukup berhasil. c. Aspek Pembiayaan: Pada umumnya kegiatan produksi skala kecil yang dibina oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah termasuk pembiayaanya pada program 3R, zero waste atau UDPK. Kelompok swasta yang berkiprah di bidang kompos skala kecil umumnya membiayai usahanya yang umumnya mereka mempunyai langganan pembeli. Pasar kompos belum terbentuk secara baik dan banyak usahawan lama- lama yang menon-aktifkan produksinya. d. Aspek Hukum: SK Gubernur Nomor 12811988 tanggal 21 Juli 1988 tentang Pola Penanggulangan Kebersihan Lingkungan di DKI Jakarta. Program kompos dapat dikatagorikan program sampah tidak dapat didaur ulang, namun diproses menjadi material yang bermanfaat dan bernilai ekonomis. Proses konversi biologis sampah memiliki peran utama dalam menejemen persampahan dan dapat diterapkan pada beberapa bagian dalam aliran limbah. Aplikasi dari proses biologi seperti misalnya pengomposan limbah atau produksi gas bio, dapat mengkonversi limbah dalam aliran limbah. Proses biologi dapat juga digunakan setelah proses pengumpulan sampah sebagai berikut: mengurangi volume sampah pada TPA lebih dari 50; pemulihan energi yang terdapat pada sampah sebagai biogas dan menghasilkan suatu produk yang lebih stabil dan bermanfaat seperti pupuk kompos.

b. Daur ulang

Diasumsikan bahwa 20 sampah per tahun akan dikembangkan termasuk tambahan 2 untuk daur ulang di Bantar Gebang. Model pemb uangan sampah di tiap daerah pelayanan memperkirakan 20 daur ulang dan 4 di komposkan. Perbedaan penting adalah bahwa daur ulang sedang berlangsung serta harus dibatasi di dalam kota dan dimodifikasi di Bantar Gebang, sedangkan komposting dapat dikatakan bahwa ada dan harus dibina sepanjang waktu. Salah satu program 3R adalah daur ulang, dapat dikatakan bahwa sejumlah sampah yang akan diolah di TPA dapat diolah dengan proses 110 daur ulang. Pemilahan sampah pada sumbernya merupakan aktivitas penting dalam sistem manajemen persampahan terpadu. Pendekatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan daur ulang, mencakup: 1 identifikasi material untuk diubah atau diproses; 2 identifikasi kesempatan pakai ulang dan proses daur ulang, dan 3 spesifikasi dari pembeli terhadap materi yang akan dipulihkan. Kondisi daur ulang di Bantar Gebang merupakan hal yang agak berbeda dan memerlukan upaya- upaya drastis untuk memperbaiki kondisi sekarang yang sangat disesalkan. Sangat memperhatikan, bahwa TPA Bantar Gebang yang dimaksudkan untuk dioperasikan secara sanitari landfill secara sempurna tidak jadi masalah berapa lama TPA tersebut akan digunakan, membiarkan para pemulung yang hidup dalam kondisi menyedihkan dan bahkan bekerja dalam kondisi yang lebih menyedihkan lagi.

4.5. Hasil Sintesis AHP

Setelah proses pembentukan pohon hirarki keputusan, penentuan urutan prioritas penentuan formula pembobotan, maka dapat diambil sintesisnya untuk dianalisis lebih lanjut. Untuk menentukan pemanfaatan TPA sampah pascaoperasi diperlukan alternatif pemilihan yang akan ditentukan kemudian, kriteria untuk membuat keputusan antara lain seperti Gambar 20. Setelah proses pembentukan pohon hirarki keputusan, penentuan urutan prioritas parameter penilai pemanfaatan TPA pasca operasi dan penentuan formula pembobotan parameter, maka dapat diambil sintesisnya untuk dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan AHP. Penyusunan struktur hirarki pemanfaatan TPA sampah pascaoperasi berbasis masyarakat berdasarkan keterkaitan yang menjadi bagian dari lingkup permasalahan tersebut. Struktur hirarki disusun dari empat level, yaitu fokus, aktor, kriteria dan alternatif kebijakan. Gambar 19: Lokasi TPA Bantar Gebang zone IV Level I Level I menggambarkan tujuan utama penggunaan AHP sebagai metode analisis keputusan yaitu memilih kebijakan pemanfaatan TPA Sampah Pascaoperasi Berbasis Masyarakat. 111 Level II Level II menampilkan aktor-aktor yang harus diperhitungkan dalam rangka pemanfaatan TPA sampah pascaoperasi berbasis masyarakat, aktor-aktor tersebut meliputi: masyarakat, swasta dan pemerintah. Level III Level III menyajikan kriteria yang diperhitungkan dalam pemanfaatannya. Kriteria yang dijadikan bahan pertimbangan adalah: fisik-kimia, mikrobiologi dan sosial ekonomi serta kesehatan yang merupakan arahan bagi perencanaan ke depan dalam pemanfaatan TPA sampah pascaoperasi. Level IV Level IV menampilkan penilaian untuk masing- masing kriteria yang mengacu pada kondisi exsisting dan perencanaan terhadap alternatif keputusan yang ditawarkan. Ditetapkan lima tingkat penilaian yaitu sangat baik, baik, sedang, buruk, dan sangat buruk. Penilaian terhadap kriteria diberikan oleh pengambil keputusan berdasarkan pada data yang diperoleh di lapangan. Untuk lebih jelasnya tiap level dalam memberikan arahan pemanfaatan TPA sampah pascaoperasi pada Gambar 20. Gambar 20: Struktur Hirarki Kriteria Aktor Fisik Kimia Mikrobiologi Sosial Ekonomi dan Kesehatan 1. Hutan KotaPenghijauan 2. Pariwisata 3. Lapangan Golf 4. TPA Terpadu 5. Perumahan 6. Penambangan Gas dan Energi Listrik 7. Lahan Budidaya 8. Industri Pemanfaatan TPA Sampah Pascaoperasi Berbasis Masyarakat Swasta Fokus Pemerintah Masyarakat Alternatif 112 Dari ketiga kriteria tersebut: fisik-kimia, mikrobiologi serta sosial ekonomi dan kesehatan, perlu ditentukan tingkat kepentingannya dengan menentukan bobot secara sembarang atau dengan membuat skala interval untuk menentukan ranking setiap kriteria atau perbandingan berpasangan, tingkat kepentingan suatu kriteria relatif terhadap kriteria lain dapat dinyatakan dengan jelas. Untuk menentukan bobot dari kriteria dengan jelas menentukan nilai eigen dengan menguadratkan matriks, menghitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian melakukan normalisasi. Berdasarkan nilai eigen maka diketahui bahwa kriteria yang paling penting adalah fisik- kimia, sosial ekonomi dan kesehatan serta mikrobiologi. Untuk menentukan alternatif yang akan dipilih dari delapan alternatif yang ada, dalam pemanfaatan TPA sampah pascaoperasi berbasis masyarakat, kemudian dilakukan analisis setiap zone dengan menggunakan AHP Gambar 21. Hal ini sangat baik dilakukan mengingat kondisi TPA sampah saat ini dan untuk menentukan pemanfaatannya kedepan, serta mengharapkan keterlibatan masyarakat sekitar TPA, dengan tetap menjaga kua litas lingkungan. Kajian pembahasan AHP meliputi: data keluaran dan hasil. Data sintesis ditampilkan untuk level I dan masing- masing kriteria di level II. AHP dalam masing- masing model penilaian pemanfaatan dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Hasil Sintesis AHP pada zone I