125
menerima konsesi pelayanan suatu daerah atau kawasan tertentu, menyelenggarakan investasi pemusnahan sampah. Dengan perubahan dasar hukum ini selanjutnya diatur
pelaksanaan perubahan tata laksananya secara bertahap seperti halnya keadaan yang selama ini sudah berlangsung sesudah terjadinya kebijakan swastanisasi persampahan
sejak tahun 1990an; , atau dengan kata lain Dinas Kebersihan secara berangsur melepas perannya sebagai operator terutama bagi pelayanan terhadap daerah cukup mampu.
d. Pendanaan
Terbatasnya dukungan dana untuk operasional dan ivestasi pengelolaan TPA, harus diperhitungkan dalam menentukan teknologi sampah, pertimbangan investasi
yang murah salah satu kriteria. Biaya pendampingan investasi oleh swasta hendaknya dibatasi pada dana conterpart seperti prasarana dan sarana pendukung yang strategis
antara lain penyediaan lahan, jalan lingkungan prasarana dan sarana ke PU-an. Sampah merupakan komoditi ekonomi, bila sampah diolah menjadi barang yang
bernilai ekonomi, akan menarik investasi, sehingga berkemungkinan menghasilkan PAD. Sepanjang ada kegiatan pembuangan sampah ke TPA, Pemda DKI Jakarta
menganggarkan dana setiap tahunnya, dalam rangka merealisasi addendum SKB. Perubahan kebijakan pengelolaan sampah DKI Jakarta dimasa akan datang
menyangkut waktu dan investasi yang signifikan, maka untuk pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana diperlukan dana besar, hal ini memungkinkan
Pemerintah DKI Jakarta untuk memperoleh pinjaman jangka panjang dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank
dan masyarakat, mengacu Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Alternatif sumber dana
pinjaman jangka panjang yang saat ini dapat diajukan oleh Pemerintah DKI Jakarta adalah pinjaman dari Pemerintah Pusat yang dananya dari luar negeri, pinjaman rupiah
murni dari Pemerintah Pusat serta Bank Pemerintah dan Bank Komersial. Dalam perjanjian kerja sama antara Pemerintah DKI Jakarta dengan Pemerintah
Kota Bekasi disebutkan bahwa pengoperasian TPA Bantar Gebang akan dilaksanakan oleh Badan Usaha yang harus terbentuk paling lambat tahun 2006, menunggu
terbentuknya Badan Usaha tersebut, saat ini TPA Bantar Gebang dioperasikan oleh PT. Patriot Bangkit Bekasi, yang juga akan berakhir pada tahun 2006.
126
e. Teknologi
Intermediate Treatment Facility ITF adalah teknologi yang merubah bentuk,
komposisi dan volume sampah padat dengan tujuan mereduksi jumlah sampah atau residu yang harus dibuang ke TPA. Sebagai fasilitas tunggal, sebuah ITF dapat
menggunakan satu atau lebih teknologi, tergantung dari faktor, biaya, kebutuhan lahan, kendala, efisiensi dan efektifitas. Fasilitas ITF yang menggunakan beberapa jenis
teknologi secara terpadu pada satu lokasi, pada dasarnya sama dengan TPST Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu. Sebagai satu sistem, tiap daerah pelayanan harus
dipandang sebagai TPST. Jadi, sejumlah teknologi tersebut dapat digunakan, sebagai tambahan proses daur ulang. Secara khusus, sistem ini diharapkan mencakup
komposting sampah pasar, dan minimal daur ulang sampah yang tidak dapat dibakar. Teknologi pengelolaan atau pemusnahan sampah yang diyakini dapat
mengurangi polusi udara dan yang dilaksanakan sebaiknya sanitary landfill sampah ditumpuk dikubur pada daerah yang cekung atau lokasi yang sudah digali lalu
dipadatkan dan dilapisi tanah penutup. Pengembangan teknologi harus memperhatikan kriteria dan standar minimal penentuan lokasi penampungan akhir sampah, penetapan
lokasi pengelolaan akhir sampah, luas minimal lahan untuk lokasi pengolahan akhir sampah dan penetapan lahan penyangga buffer zone. Metode pengelolaan sampah
dengan sistem pemilahan juga dapat menimbulkan multiplier effect baik bagi lingkungan, masyarakat sekitar dan pemerintah.
Pemilihan teknologi yang dapat memadukan beberapa metode pemusnahan sampah yang sudah ada, antara lain pemilahan upaya mengurangi reduce, memakai
kembali re-use, mendaur ulang recyeling sampah dan mengganti replace secara terpadu, bagi sampah yang terkumpul di TPA, sampah dapat diurai sesuai dengan bahan
dan jenisnya untuk memindahkan proses pengelolaan selanjutnya. Manfaatnya adalah untuk menggali potensi dari bagian-bagian sampah tersebut serta kompos yang
dihasilkan untuk memperbaiki lingkungan serta dapat menghemat penggunaan lahan TPA, bagi lingkungan dan potensi ekonomi dapat digali dari tumpukan sampah di TPA
dengan proses pemilahan sebagai berikut: 1. Sampah organik yang tertimbun diolah menjadi kompos untuk meningkatkan kesuburan tanah di sekitar lokasi TPA, hutan
kotapenghijauan dan lingkungan permukiman; 2. Sampah non organik yang bernilai ekonomi: plastik, botol, besilogam, kayu, kertas, kardus, kaca dan lain- lain untuk
127
bahan baku daur ulang; dan 3. Sampah non organik tidak bernilai ekonomi, bagian- bagian sampah yang sudah hancur kemudian dibakar, abunya dijadikan bahan
pembuatan batako, conblok, internit dan lain sebagainya.
f. Keterlibatan Swasta