97
Nilai pH air lindi di IPAS menentukan keseimbangan antara asam dan basa yang diidentifikasikan melalui pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam suatu
larutan. Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral yaitu kisaran pH 6-8. Apabila pH air diatas atau dibawah angka kisaran tersebut tergolong tidak normal. Air bersifat asam
apabila pH nya lebih kecil dari 7 dan bersifat basa apabila pH nya lebih besar atau sama dengan 7.
Untuk nilai pH air lindi yang ditemukan, nilainya masih berada dalam baku mutu yang diperbolehkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.
416MenkesPerX1990 tanggal 3 September 1990 yang menetapkan bahwa pH yang diperbolehkan adalah 6-9.
Pada Gambar 18 terlihat bahwa pH di IPAS yang tinggi lebih banyak dijumpai pada bulan Oktober dengan nilai tertinggi berada pada IPAS 3. Nilai pH juga lebih
tinggi pada inlet, kecuali pada IPAS 1 di bulan November dan IPAS 4 bulan Oktober, Secara keseluruhan pH air lindi pada IPAS periode bulan Oktober sampai dengan bulan
Nopember 2004 berada lebih besar atau sama dengan 7 bersifat basa .
6.6 6.8
7 7.2
7.4 7.6
7.8 8
8.2 8.4
8.6
pH
Okt Nov.
Okt Nov.
Okt Nov.
Okt Nov.
1 2
3 4
IPAS
inlet outlet
Gambar 18. pH di IPAS Periode Oktober-November 2004
4.3. Komponen Mikrobiologi
Kualitas air secara biologis, khususnya secara mikrobiologis, ditentukan oleh banyak parameter. Parameter tersebut adalah E. coli dan coliform, fitoplankton dan
bentos. Kehadiran mikroba berupa bakteri pencemaran tinja di dalam air yang digunakan untuk kepentingan hidup manusia rumah tangga sangat tidak diharapkan.
Untuk keperluan di luar untuk air minum, seperti air kolam renang, dalam 100 ml air
98
kandungan bakteri coli tidak boleh lebih dari 200, sementara untuk air rekriasi tidak boleh mengandung lebih dari 1000 bakteri coli.
Banyak jenis bakteri patogen penyebab penyakit berkembang dan menyebar melalui badan air, misalnya penyebab penyakit tipus Salmonella, disentri Shigella,
kolera Vibrio, dan dipteri Coryne bacterium. Selain itu banyak bakteri patogen berkembang dan menyebar melalui air, baik yang hidup secara anaerobik maupun yang
hidup secara aerobik. Kontak makanan dengan air yang mengandung bakteri tersebut akan dinyatakan berbahaya kalau kemudian termakan.
Kandungan E. coli sumur atas dari TPA konsentrasi pada tanggal 2 Oktober sampai dengan tanggal 27 Nopember 2004 kisarannya 52 – 63 MPN100 ml dengan
nilai rata-ratanya 55,66 MPN100 ml Tabel 15, sedangkan pada sumur bawah dari TPA kisarannya 0,1 – 50 MPN100 ml dengan nilai rata-ratanya 23,36 MPN100 ml
Tabel 16, ini berarti pada sumur-sumur tersebut baik yang diatas maupun yang dibawah dari TPA sudah tercemar E. coli akan tetapi masih di bawah ambang batas
BMPSA dan BMAS. Kondisi ini dan buruknya air sumur tersebut, lebih banyak disebabkan oleh buruknya kondisi lingkungan setempat dan pencemaran di sumur atas
dan sumur bawah tidak hanya dipengaruhi oleh pencemar dari TPA, tetapi juga akibat adanya pencemaran di sekitar sumur seperti WC dan tumpukan sampah yang
dikumpulkan oleh pemulung di sekitarnya. Kandungan koliform sumur jauh lebih tinggi daripada kandungan E. coli pada
periode yang sama. Kandungan tertinggi dicapai pada tanggal 27 Nopember 2004 dan terendah pada tanggal 2 Oktober 2004. Kandungan rata-rata 71 MPN100 ml. Angka ini
masih dibawah BMPSA dan BMAS. Dari beberapa komponen mikrobiologi pada kawasan TPA, salah satu diantara
yang terpenting adalah faktor keberadaan dan distribusi lalat. Keberaaan dan banyaknya lalat juga dapat dianggap sebabagai cerminan keadaan sanitasi lingkungan. Semakin
banyak lalat, semakin menurun kondisi sanitasi lingkungannya, begitu juga sebaliknya. Dengan kondisi ini, lalat dianggap sebagai indikator penyebaran vektor beberapa
penyakit yang berbahaya. Pengukuran komponen lalat dilaksanakan pada tanggal 4 Nopember 2004 antara
pukul 9.30 sampai dengan 15.00 WIB. Jumlah keberadaan lalat menurut lokasinya di TPA Bantar Gebang dan sekitarnya seperti pada Tabel 19.
99
Tabel 19. Distribusi Lalat di Kawasan TPA Bantar Gebang dan Sekitarnya No
Lokasi Jumlah
Baku Mutu
Keterangan 1.
Ke Arah Kelurahan Sumur Batu ♦
Titik 1 zone IIIC ♦
Titik 2 ♦
Titik 3 ♦
Titik 4 Kelurahan Sumur Batu ♦
Ttitik 5 Batas Kel. S. Batu 8,9
7,4 5,2
3,6 1,5
30 30
30 30
30 Landfill
Berangin Sampah kering
Landfill Permukiman
2. Ke Arah Kelurahan Taman Sari
♦ Titik 6 zone IIIC
♦ Titik 7 jalan pembatas zona
IIIC ♦
Titik 8 tenggara zone IIIC ♦
Titik 9 Kelurahan Taman Sari ♦
Titik 10 tempat cucian plastik 12,3
10,4 9,1
3,5 36,8
30 30
30 30
30 Landfill
Banyak grobak sampah Landfill
Permukiman Tempat cucian plastik
3. Ke Arah Kel. Ciketing Udik
♦ Titik 11 Kel. Ciketing Udik
♦ Titik 12 jala n pembatas TPA
♦ Titik 13 empang cuci plastik
2,9 7,4
6,8 30
30 30
Permukiman Leachate
, berangin Tempat cucian plastik
4. Ke Arah Kelurahan Cikiwul
♦ Titik 14 Kel. Cikiwul
♦ Titik 15 zone IIIA
♦ Titik 16 zone IIB
♦ Titik 17 zone IC
♦ Titik 18 zone IA
♦ Titik 19 zone VB
1,9 3,4
0,9 7,8
0,7 0,5
30 30
30 30
30 30
Permukiman Berangin, landfill lama
Berangin, landfill lama Sampah baru, berangin
Berangin, rumput landfill
Berangin, landfill
Baku Mutu Kep. Dirjen P2M PLP Depkes No.28-1 IIPD 03.04 LP tanggal 30 Oktober 1989
Pada Tabel 19 tersebut bahwa jumlah populasi lalat di lokasi arah desa Taman Sari yaitu pada titik 10 tempat pencucian pelastik terdapat jumlah lalat 36,8 melebihi
baku mutu Kep. Dirjen P2MPLP Depkes No.28-1 11PD.03.04LP tanggal 30 Oktober 1989 hal ini terjadi karena dilokasi pencucian pelastik yang dilakukan para pemulung
menimbulkan bau busuk mengundang lalat.
4.4. Komponen Sosial-Ekonomi A. Karakteristik Responden