pengukuran waktunya akan menentukan aktivitas seorang pekerja. Dalam menentukan waktu baku diperlukan suatu kelonggaran yang dikenal
dengan allowance, kelonggaran ada tiga bagian yaitu : 1. Personal Allowance
Yaitu kelonggaran yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan pribadi seorang pekerja seperti ke WC, ibadah, dan hal-hal
bersifat pribadi lainnya. 2. Delay Allowance
Yaitu waktu yang diberikan kepada pekerja sebagai akibat dari keadaan yang tidak terduga-duga.
3. Fatique Allowance Yaitu kelonggaran yang diberikan untuk memeperpanjang datangnya
fatique Kelelahan untuk menghilangkan rasa lelah terdiri dari dua bagian yaitu
kelonggaran tetap dan kelonggaran variabel. Bagian yang tetap untuk menghilangkan rasa lelah dianggap cukup untuk suatu pekerja yang melakukan
pekerjaannya dalam keadaan normal. Hal ini berarti tangan, kaki serta panca indra digunakan secara normal. Sedangkan tambahan kelonggaran variabel hanya
digunakan jika keadaan kerja untuk elemen kerja yang bersangkutan adalah berat. Beberapa contoh yang termasuk hambatan yang tidak terhindarkan adalah :
1. Menerima atau meminta petunjuk kepada petugas 2. Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin
3. Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat-alat yang
rusak 4. Mengambil alat atau bahan dari gudang
5. Mesin berhenti karena matinya aliran listrik Waktu normal dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Wn = Wt x 1 + Rf Dimana : Wn = waktu normal
Wt = waktu terpilih Rf = Rating factor
Waktu standar produksi dapat didefenisikan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan satu siklus
pekerjaan pada waktu tertentu, pada tempat tertentu dan dengan metode kerja standar. Waktu standar suatu pekerjaan dapat ditentukan dengan mengukur waktu
terpilih dan kemudian dihitung waktu normal dengan mempertimbangkan rating factor,
setelah itu hasilnya dikalikan allowance. Waktu terpilih diperoleh dari rata-rata data waktu pengamatan yang telah seragam dan sesuai dengan tingkat
kepercayaan dan tingkat ketelitian yang ditetapkan, jadi waktu standar dapat dihitung dengan rumus :
Wb =
Wn x
1 +
allowance Dimana :
Wb = waktu baku standar Allowance =
persentase kelonggaran yang diberikan kepada pekerja.
3.6. Penjadwalan Tenaga Kerja
3.6.1. Proses Pengaturan Jadwal Kerja
18
Masukanyang diperlukan dalam pengaturan jadwal kerja disamping jadwal rencana produksi adalah masukan mengenai sumber daya resource yang
dimiliki, dalam hal ini adalah waktu kerja yang tersedia dalam kurun perencanaan produksi yang diliputi dalam Jadwal Rencana Produksi. Prosedur pengaturan
jadwal kerja adalah sebagai berikut: 1.
Menghitung waktu kerja yang tersedia dalam 1 tahun atau dalam satu kurun perencanaan tertentu. Untuk menghitung waktu kerja yang tersedia, contoh
berikut ini akan menunjukkan gambarannya. Misalnya diketahui untuk satu tahun tersedia 250 hari kerja dan satu hari pabrik bekerja 8 jam, maka waktu
kerja yang tersedia adalah 250 x 8 = 2.000 jam. Biasanya dalam 1 tahun seorang pekerja pernah tidak bekerja, entah oleh karena sakit atau alasan yang
lain. Dengan demikian waktu kerja efektif akan kurang dari jumlah tersebut. Misalkan saja tingkat absensi adalah 10, maka waktu kerja efektif adalah
1-0,1x 2.000 jam = 1.800 jam. Waktu kerja ini adalah waktu kerja seorang pekerja dalam setahun.
2. Menghitung waktu produksi yang dibutuhkan dalam 1 tahun atau dalam satu
kurun perencanaan tertentu. Dari jadwal rencana produksi dapat diketahui jumlah produksi yang akan dibuat dalam setahun, misalkan saja 2.500 unit.
Waktu untuk mengerjakan satu unit produk waktu baku diperlukan untuk mengubah unit produksi yang diketahui dari jadwal rencana produksi menjadi
18
Ginting,Rosnani,2007,hal.293
waktu produksi yang dibutuhkan, misalkan waktu baku untuk produk yang dimaksud adalah 10 jam, sehingga waktu produksi yang dibutuhkan adalah
2.500 x 10 jam = 25.000 jam. 3.
Menghitung jumlah tenaga kerja yang diperlukan. Dengan membagi hasil perhitungan 2 dengan 1, maka diperoleh jumlah tenaga kerja yang diperlukan.
Dalam contoh tersebut tenaga kerja yang diperlukan menjadi : 250001.200 = 13,83 tenaga kerja. Dengan jumlah tenaga kerja tersebut artinya, jika
digunakan 13 tenaga kerja maka terdapat sejumlah produk yang tidak dapat diselesaikan. Dengan kata lain jika ingin seluruh produk tersebut
terselesaikan harus dilakukan penambahan jam kerja atau lembur. Jika digunakan 14 tenaga kerja berarti produksi dapat dipenuhi tetapi terdapat
kelebihan jam kerja. Untuk menentukan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan dilakukan
pemilihan penggunaan tenaga kerja yang memberikan konsekuensi ongkos paling kecil.
4. Membuat jadwal kerja.
Dengan telah didapatkannya jumlah tenaga kerja yang diperlukan, maka dapat dilakukan pengaturan jadwal kerja secara lebih terinci.
3.7 Penelitian Waktu: Menetapkan Tingkat Keterampilan
19
3.7.1. Pekerja Yang Memenuhi Syarat
Telah diutarakan bahwa sedapat mungkin harus diadakan penelitian waktu terhadapsejumlah pekerja yang memenuhi syarat; harus dihindari dimasukkan
pekerja yang sangat cepat atau sangat lambat, sekurang-kurangnya dalam penelitian tingkat pertama mengenai suatu kegiatan, siapakah pekerja yang
memenuhi syarat itu? Pekerjaan yang berbeda-beda memerlukan kesanggupan manusia yang berbeda-beda pula. Misalnya ada yang memerlukan kecekatan
berpikir, pemusatan perhatian, ketajaman penglihatan, yang lain kekuatan jasmani, dan kebanyakan akan memerlukan keterampilan atau keahlian hasil
pengalaman atau pengetahuan khusus. Tidak semua pekerja akan mempunyai kesanggupan yang diperlukan untuk pekerjaan tertentu, meskipun pihak
manajemen dengan menggunakan tata kerja pemilihan tenaga baru dan program pendidikan yang sehat, memang mungkin dapat diatur supaya betul-betul
memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaanya masing-masing. Seorang pekerja yang memenuhi syarat ialah yang dianggap mempunyai sifat dan kemampuan
jasmani yang diperlukan, yang memiliki kecerdasan dan pendidikan yang ditentukan serta telah memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang cukup
untuk melaksanakan pekerjaan yang bersangkutan dengan memenuhi standar yang memuaskan mengenai keamanan, kuantitas dan kualitas.
19
International Labour Office ILO,1983,hal.54