BAB DUA PULUH TUJUH HAZEL

BAB DUA PULUH TUJUH HAZEL

HAZEL SUKA TEMPAT TERBUKA YANG luas —tetapi menaiki Bing setinggi enam puluh meter dengan tangga tanpa terali, ditambah seekor musang pemarah di atas bahunya? Tidak terlalu. i'rutama ketika dia seharusnya bisa mengendarai Arion ke puncak dalam hitungan detik. Jason berjalan di belakang Hazel agar dia bisa menangkap hazel jika Hazel jatuh. Hazel menghargainya, tetapi hal itu tidak membuat turunan curam tersebut lebih menyenangkan. Dia melirik ke kanan, sebuah kesalahan. Kakinya nyaris tcrgelincir, semburan kerikil berjatuhan dari tepian tebing. Gale mencicit ketakutan. "Kau tidak apa-apa?" tanpa Jason. "Ya." Jantung Hazel melompat-lompat di dalam tulang iganya. Fidak apa- apa." Tidak ada ruang bagi Hazel untuk menoleh ke arah Jason. Hazel hanya harus yakin Jason tak akan membiarkannya jatuh menjemput maut. Karena Jason bisa terbang, dia adalah saw-satunya bantuan yang masuk akal. Meski demikian, Hazel berharap

Frank-lah yang menemaninya, atau Nico, atau Piper, atau Leo. Atau, bahkan yah, baiklah, mungkin bukan Pak Pelatih Hedge. Namun, tetap saja Hazel tidak bisa membaca Jason Grace. Sejak Hazel tiba di Perkemahan Jupiter, dia mendengar banyak cerita tentang Jason. Para penghuni perkemahan berbicara dengan takzim tentang putra Jupiter yang menanjak dari pangkat rendahan di. Kohort V menjadi praetor, memimpin mereka menuju kemenangan dalam Pertempuran Gunung Tam, kemudian menghilang. Bahkan, saat ini, setelah segala peristiwa yang terjadi beberapa minggu terakhir, Jason lebih seperti legenda daripada manusia nyata. Hazel sangat kesulitan menyukainya, dengan mata biru dingin dan sikapnya yang hati-hati, seolah dia memperhitungkan setiap kata sebelum mengucapkannya. Selain itu, Hazel tidak bisa melupakan bagaimana Jason slap mencoret saudara Hazel, Nico, ketika mereka mengetahui Nico tertawan di Roma. Jason waktu itu berpikiran bahwa Nico adalah umpan untuk sebuah jebakan. Dia benar. Dan mungkin, setelah kini Nico aman, Hazel bisa memahami mengapa kehati-hatian Jason itu bagus. Tetap saja, dia tidak tahu harus berpikir apa tentang cowok itu. Bagaimana jika mereka menghadapi kesulitan di puncak tebing itu, dan Jason memutuskan bahwa menyelamatkan Hazel tidak sangat bermanfaat bagi misi mereka? Hazel memandang ke atas. Dia tidak bisa melihat penyamun itu dari sini, tetapi Hazel merasa orang itu tengah menunggu. Hazel yakin dia bisa memunculkan cukup banyak permata dan emas untuk membuat penyamun paling tamak pun terkesan. Dia bertanya-tanya apakah harta karun yang dia panggil masih menimbulkan kesialan. Dia tidak pernah yakin apakah Frank-lah yang menemaninya, atau Nico, atau Piper, atau Leo. Atau, bahkan yah, baiklah, mungkin bukan Pak Pelatih Hedge. Namun, tetap saja Hazel tidak bisa membaca Jason Grace. Sejak Hazel tiba di Perkemahan Jupiter, dia mendengar banyak cerita tentang Jason. Para penghuni perkemahan berbicara dengan takzim tentang putra Jupiter yang menanjak dari pangkat rendahan di. Kohort V menjadi praetor, memimpin mereka menuju kemenangan dalam Pertempuran Gunung Tam, kemudian menghilang. Bahkan, saat ini, setelah segala peristiwa yang terjadi beberapa minggu terakhir, Jason lebih seperti legenda daripada manusia nyata. Hazel sangat kesulitan menyukainya, dengan mata biru dingin dan sikapnya yang hati-hati, seolah dia memperhitungkan setiap kata sebelum mengucapkannya. Selain itu, Hazel tidak bisa melupakan bagaimana Jason slap mencoret saudara Hazel, Nico, ketika mereka mengetahui Nico tertawan di Roma. Jason waktu itu berpikiran bahwa Nico adalah umpan untuk sebuah jebakan. Dia benar. Dan mungkin, setelah kini Nico aman, Hazel bisa memahami mengapa kehati-hatian Jason itu bagus. Tetap saja, dia tidak tahu harus berpikir apa tentang cowok itu. Bagaimana jika mereka menghadapi kesulitan di puncak tebing itu, dan Jason memutuskan bahwa menyelamatkan Hazel tidak sangat bermanfaat bagi misi mereka? Hazel memandang ke atas. Dia tidak bisa melihat penyamun itu dari sini, tetapi Hazel merasa orang itu tengah menunggu. Hazel yakin dia bisa memunculkan cukup banyak permata dan emas untuk membuat penyamun paling tamak pun terkesan. Dia bertanya-tanya apakah harta karun yang dia panggil masih menimbulkan kesialan. Dia tidak pernah yakin apakah

Tetapi, Jason? Dia sama sekali tidak bisa menebak. Semua: orang mengatakan Jason adalah pemimpin yang alamiah. Haze] memercayainya. Jason baru saja membuatnya merasa sepert anggota tim yang berharga, mengatakan kepadanya bahwa di mampu melakukan apa saja. Namun, apa yang mampu dilakukar oleh Jason? Hazel tidak bisa menyampaikan keraguannya ini kepada siar pun. Frank terkagum- kagum kepada cowok ini. Piper, tentu saja terpesona setengah mati. Leo adalah sobat karib Jason. Bahkan Nico sepertinya mengikuti kepemimpinan Jason tanpa keraguan Namun, Hazel tak bisa melupakan bahwa Jason dahulu adalaE langkah pertama Hera dalam perang melawan para raksasa. Ratt Olympus itu menaruh Jason ke Perkemahan Blasteran, yang mengawali seluruh rangkaian peristiwa untuk menghentikan GaLe ini. Mengapa Jason yang pertama? Ada sesuatu yang memberi tahu Hazel bahwa Jason adalah unsur pemersatunya. Jason juga akar menjadi permainan terakhir. Karena badai atau api dunia akan terjungkal. Begitulah yang dikatakan ramalan. Betapa pun Hazel takut pada api, dia lebih takut pada badai. Jason Grace bisa menimbulkan badai yang lumayan dahsyat. Hazel menatap ke atas dan melihat tepian tebing tinggal beberapa meter di atasnya. Hazel menjangkau bagian puncak itu, dengan napas tersengal-sengal dan peluh bercucuran. Sebuah lembah melandai berukuran panjang membentang menuju pedalaman daratan, yang di sana sini dihiasi pepohonan zaitun tak beraturan dan bongkahan bongkahan besar batu kapur. Kedua kaki Hazel gemetar gara-gara pendakian itu. Gale sepertinya sudah tak sabar untuk segera menjelajah. Si musang menyalak, buang angin, dan berlari memasuki semak-semak Jauh di bawah sana, Argo Hterlihat seperti perahu mainan Ii dalam terusan. Hazel tidak mengerti bagaimana seseorang bisa menembakkan anak panah secara akurat dari tempat setinggi ini, dengan menapertimbangkan angin dan sorotan cahaya raatahari yang terpantul air. Di mulut teluk kecil, bentuk tempurung si kura-kura yang sangat besar itu berkilau-kilau seperti sekeping nn yang terpoles. Jason bergabung dengan Hazel di puncak tebing, tidak terlihat Ichih payah akibat pendakian. Jason mulai Tetapi, Jason? Dia sama sekali tidak bisa menebak. Semua: orang mengatakan Jason adalah pemimpin yang alamiah. Haze] memercayainya. Jason baru saja membuatnya merasa sepert anggota tim yang berharga, mengatakan kepadanya bahwa di mampu melakukan apa saja. Namun, apa yang mampu dilakukar oleh Jason? Hazel tidak bisa menyampaikan keraguannya ini kepada siar pun. Frank terkagum- kagum kepada cowok ini. Piper, tentu saja terpesona setengah mati. Leo adalah sobat karib Jason. Bahkan Nico sepertinya mengikuti kepemimpinan Jason tanpa keraguan Namun, Hazel tak bisa melupakan bahwa Jason dahulu adalaE langkah pertama Hera dalam perang melawan para raksasa. Ratt Olympus itu menaruh Jason ke Perkemahan Blasteran, yang mengawali seluruh rangkaian peristiwa untuk menghentikan GaLe ini. Mengapa Jason yang pertama? Ada sesuatu yang memberi tahu Hazel bahwa Jason adalah unsur pemersatunya. Jason juga akar menjadi permainan terakhir. Karena badai atau api dunia akan terjungkal. Begitulah yang dikatakan ramalan. Betapa pun Hazel takut pada api, dia lebih takut pada badai. Jason Grace bisa menimbulkan badai yang lumayan dahsyat. Hazel menatap ke atas dan melihat tepian tebing tinggal beberapa meter di atasnya. Hazel menjangkau bagian puncak itu, dengan napas tersengal-sengal dan peluh bercucuran. Sebuah lembah melandai berukuran panjang membentang menuju pedalaman daratan, yang di sana sini dihiasi pepohonan zaitun tak beraturan dan bongkahan bongkahan besar batu kapur. Kedua kaki Hazel gemetar gara-gara pendakian itu. Gale sepertinya sudah tak sabar untuk segera menjelajah. Si musang menyalak, buang angin, dan berlari memasuki semak-semak Jauh di bawah sana, Argo Hterlihat seperti perahu mainan Ii dalam terusan. Hazel tidak mengerti bagaimana seseorang bisa menembakkan anak panah secara akurat dari tempat setinggi ini, dengan menapertimbangkan angin dan sorotan cahaya raatahari yang terpantul air. Di mulut teluk kecil, bentuk tempurung si kura-kura yang sangat besar itu berkilau-kilau seperti sekeping nn yang terpoles. Jason bergabung dengan Hazel di puncak tebing, tidak terlihat Ichih payah akibat pendakian. Jason mulai

berharga!" Dia berteriak, seolah-olah hal itu adalah kabar yang sangat bagus. "Kukira itu berarti kalian ingin mati?" "Tunggu," kata Hazel. "Kami punya bendy berharga. Tapi, jika kami menyerahkannya, bagaimana kami bisa yakin kau akan melepaskan kami?" "Oh, mereka selalu menanyakan itu," kata Sciron. "Aku berjanji kepada kalian, demi Sungai Styx, begitu kalian menyerahkan apa yang kuinginkan, aku tidak akan menembak kalian. Aku akan mengirim kalian turun dari tebing inn!" Hazel melemparkan tatapan waspada ke arah Jason. Sungai Styx atau tidak, cara Sciron mengucapkan janjinya tidak membuat Hazel tenang. "Bagairnana jika kami melawanmu?" tanya Jason. "Kau tidak bisa menyerang kami dan menyandera kapal kami pada saat yang sa —DOR! DOR! Kejadiannya begitu cepat, hingga otak Hazel perlu waktu sejenak untuk menangkapnya. Asap bergulung dari samping kepala Jason. Persis di atas telinga kirinya, sebuah galur membelah rambutnya seperti hiasan garis pada mobil. Salah satu pistol Sciron masih terarah ke wajahnya. Pistol yang lain mengarah ke bawah, ke arah sisi tebing, seolah-olah tembakan kedua Sciron diarahkan pada Argo II. Hazel megap-megap karena rasa kaget luar biasa yang terlambat datang. "Apa yang telah kau lakukan?" "Oh, jangan khawatir!" Sciron tertawa. "Jika kau bisa melihat sejauh itu —suatu kemustahilan —kau akan melihat sebuah lubang di dalam geladak di antara sepatu pria muda besar yang membawa busur." "Frank!" Sciron mengangkat balm. "Terserah kau. Itu cuma demonstrasi. Aku khawatir hasilnya bisa jauh lebih serius." Dia memutar-mutar pistolnya. Pelatuknya sudah kembali ke empat semula dan Hazel punya perasaan senjata itu secara ajaib terisi kembali. Sciron menggoyang-goyangkan alis matanya ke arah Jason. "Regitulah! Untuk menjawab pertanyaanmu —yah, aku bisa menyerang kalian dan menahan kapal kalian pada saat yang sama. Amunisi perunggu langit. Sangat mematikan untuk demigod. Kahan berdua akan mati terlebih dahulu —dor, dor. Lantas aku bisa berlama-lama menembaki teman-teman kalian di kapal itu. ,atihan menembak dengan sasaran jauh lebih menyenangkan Lila sasarannya masih hidup dan berlarian ke sana-kemari sambil menjerit-jerit!" Jason menyentuh galur baru yang dibuat oleh peluru pada mbutnya. Sekali itu, dia tidak tampak sangat percaya diri. Pergelangan kaki Hazel gemetar. Frank adalah penembak terbaik menggunakan busur yang dikenalnya, tetapi kehebatan si penyamun Sciron ini tidak manusiawi. "Kau putra Poseidon?" Hazel berhasil berujar. "Dari ea ramu menembak, aku menduga Apollo." Garis-garis senyum muncul semakin dalam di sekitar mata pria itu. "Wah, terima kasih! Tapi, ini semata-mata berkat latihan. Si kura-kura raksasa —itu berkat garis keturunanku. Tidak mungkin mondar- berharga!" Dia berteriak, seolah-olah hal itu adalah kabar yang sangat bagus. "Kukira itu berarti kalian ingin mati?" "Tunggu," kata Hazel. "Kami punya bendy berharga. Tapi, jika kami menyerahkannya, bagaimana kami bisa yakin kau akan melepaskan kami?" "Oh, mereka selalu menanyakan itu," kata Sciron. "Aku berjanji kepada kalian, demi Sungai Styx, begitu kalian menyerahkan apa yang kuinginkan, aku tidak akan menembak kalian. Aku akan mengirim kalian turun dari tebing inn!" Hazel melemparkan tatapan waspada ke arah Jason. Sungai Styx atau tidak, cara Sciron mengucapkan janjinya tidak membuat Hazel tenang. "Bagairnana jika kami melawanmu?" tanya Jason. "Kau tidak bisa menyerang kami dan menyandera kapal kami pada saat yang sa —DOR! DOR! Kejadiannya begitu cepat, hingga otak Hazel perlu waktu sejenak untuk menangkapnya. Asap bergulung dari samping kepala Jason. Persis di atas telinga kirinya, sebuah galur membelah rambutnya seperti hiasan garis pada mobil. Salah satu pistol Sciron masih terarah ke wajahnya. Pistol yang lain mengarah ke bawah, ke arah sisi tebing, seolah-olah tembakan kedua Sciron diarahkan pada Argo II. Hazel megap-megap karena rasa kaget luar biasa yang terlambat datang. "Apa yang telah kau lakukan?" "Oh, jangan khawatir!" Sciron tertawa. "Jika kau bisa melihat sejauh itu —suatu kemustahilan —kau akan melihat sebuah lubang di dalam geladak di antara sepatu pria muda besar yang membawa busur." "Frank!" Sciron mengangkat balm. "Terserah kau. Itu cuma demonstrasi. Aku khawatir hasilnya bisa jauh lebih serius." Dia memutar-mutar pistolnya. Pelatuknya sudah kembali ke empat semula dan Hazel punya perasaan senjata itu secara ajaib terisi kembali. Sciron menggoyang-goyangkan alis matanya ke arah Jason. "Regitulah! Untuk menjawab pertanyaanmu —yah, aku bisa menyerang kalian dan menahan kapal kalian pada saat yang sama. Amunisi perunggu langit. Sangat mematikan untuk demigod. Kahan berdua akan mati terlebih dahulu —dor, dor. Lantas aku bisa berlama-lama menembaki teman-teman kalian di kapal itu. ,atihan menembak dengan sasaran jauh lebih menyenangkan Lila sasarannya masih hidup dan berlarian ke sana-kemari sambil menjerit-jerit!" Jason menyentuh galur baru yang dibuat oleh peluru pada mbutnya. Sekali itu, dia tidak tampak sangat percaya diri. Pergelangan kaki Hazel gemetar. Frank adalah penembak terbaik menggunakan busur yang dikenalnya, tetapi kehebatan si penyamun Sciron ini tidak manusiawi. "Kau putra Poseidon?" Hazel berhasil berujar. "Dari ea ramu menembak, aku menduga Apollo." Garis-garis senyum muncul semakin dalam di sekitar mata pria itu. "Wah, terima kasih! Tapi, ini semata-mata berkat latihan. Si kura-kura raksasa —itu berkat garis keturunanku. Tidak mungkin mondar-

"Agar tidak ada yang mengenaliku!" jawab Sciron. "Tapi, kau tadi memperkenalkan diri," ujar Jason. "Kau adalah Sciron." Mata si bandit melebar. "Bagaimana kau —Oh. Ya. Kurasa aku tadi memperkenalkan diri." Dia menurunkan salah satu pistol dan menggaruk-garuk bagian samping kepalanya dengan pistol yang lain. "Sungguh ceroboh diriku. Maaf. Kurasa aku sudah agak karatan. Gara- gara bangkit dari kematian, dan segala macam Biar kucoba lagi." Dia mengacungkan kedua pistolnya. "Bersiaplah untuk menyerah! Aku adalah bandit tanpa nama, dan kalian tidak perlu tahu namaku." Bandit tanpa nama. Ada sesuatu yang terbetik di dalam ingatan Hazel. "Theseus. Dia pernah membunuhmu." Bahu Sciron lunglai. "Nah, mengapa kau harus menyebut namanya? Kita sudah sedemikian akrab!" Jason mengerutkan kening. "Hazel, kau tahu cerita orang ini?', Hazel mengangguk walau detail-detailnya masih suram. "Theseus bertemu dengannya di jalan menuju Athena. Sciron biasa membunuh korbannya dengan cara ehm " Ada hubungannya dengan kura-kura. Hazel tak bisa mengingatnya. "Theseus itu curang sekali!" Sciron mengeluh. "Aku tidak ingin bicara tentangnya. Aku sudah kembali dari kematian sekarang. Gaea berjanji aku bisa tinggal di area pesisir dan menyamun semua demigod yang kumau, dan itulah yang akan kulakukan! Nah . sampai di mana kita tadi?" "Kau akan melepaskan kami." Hazel memberanikan diri. "Hmm ...," kata Sciron. "Tidak, aku cukup yakin bukan itu. Ah, benar! Harta atau nyawa. Mana benda berhargamu? Tidak ada benda berharga? Kalau begitu, aku harus —" "Tunggu," tukas Hazel. "Aku membawa benda berharga. Setidaknya, aku bisa mendapatkannya." Sciron mengarahkan salah satu pistol ke kepala Jason. "Yah, kalau begitu, Sayangku, bergegaslah, atau tembakanku selanjutnya akan menerobos lebih dari sekadar rambut temanmu!" Hazel hampir tak perlu berkonsentrasi. Keinginannya begitu besar sehingga tanah di bawahnya bergemuruh dan seketika itu juga memberikan hasil bumi yang luar biasa banyak —logam-logam tnulia bermunculan ke permukaan seolah-olah tanah sudah tak sabar untuk mengeluarkan mereka. Hazel mendapati dirinya dikelilingi gundukan harta karun 1 inggi lutut —denarii Romawi, drachma perak, perhiasan emas Lune., berlian, ratna cempaka, dan mirah delima yang berkilauan —cukup untuk memenuhi beberapa karung goni. Sciron tertawa senang. "Ya ampun, bagaimana caramu tnelakukan itu?" Hazel tidak menjawab. Dia teringat semua koin yang muncul persimpangan Hecate. Di sini lebih banyak lagi yang muncul-1,,Tabad-abad kekayaan tersembunyi dari semua kerajaan yang ,rnah menguasai wilayah ini —Yunani, Romawi, Bizantium, dan banyak lagi yang lain. Kerajaan-kerajaan itu telah lenyap, hanya meninggalkan pesisir tandus untuk Sciron si penyamun. Pikiran itu membuat Hazel merasa kecil dan tak berdaya. "Ambil saja harta karun itu," katanya. "Biarkan kami pergi." Sciron terkekeh. "Oh, tetapi aku mengatakan semua benda berharga milik kalian. Aku tahu kalian memiliki sesuatu yang I Tat istimewa di kapal itu sebuah patung gading dan emas yang tingginya kira-kira dua belas meter?" Keringat di leper Hazel mulai mengering, menimbulkan lenyar yang merambati punggungnya.

Jason melangkah maju. Meskipun senjata terarah ke wajahnya, matanya sekeras bate nilam. "Patung itu tidak masuk negosiasi." "Kau benar, tidak masuk negosiasi!" Sciron menyetujui. "Aku harus memilikinya." "Gaea memberitahumu soal patung itu," tebak Hazel. "Dia memerintahkanmu untuk mengambilnya." Sciron mengangkat bahu. "Mungkin. Tapi, dia bilang kepadaku aku bisa menyimpannya untuk diriku sendiri. Sulit melewatkan tawaran itu! Aku tidak berniat untuk mati lagi, Teman-Teman. Aku berniat menjalani hidup yang panjang sebagai orang yang sangat kaya!" "Patung itu tidak ada gunanya untukmu," ujar Hazel. "Tidak jika Gaea menghancurkan dunia." Moncong pistol Sciron bergoyang. "Maaf?" "Gaea memanfaatkanmu," jelas Hazel. "Jika kau mengambil patung itu, kami tidak akan bisa mengalahkannya. Dia berencana menghapuskan manusia dan demigod dari muka bumi, membiarkan raksasa dan monster mengambil alih. Jadi, di mana kau akan membelanjakan emasmu, Sciron? Itu pun kalau Gaea membiarkanmu hidup." Hazel membiarkan perkataannya meresap. Dia merasa Sciron tidak akan kesulitan memercayai pengkhianatan, mengingat dia sendiri adalah penyamun. Sciron diam selama sepuluh hitungan. Akhirnya garis-garis senyumnya kembali. "Baildah!" katanya. "Aku tidak keterlaluan. Simpan saja patung itu." Jason mengerjap-ngerjapkan mata. "Kami boleh pergi?" "Hanya tinggal satu hal lagi," sahut Sciron. "Aku selalu menuntut pembuktian rasa hormat. Sebelum kubiarkan korban-korbanku pergi, aku bersikeras agar mereka mencuci kakiku." Hazel tidak yakin dia mendengar dengan benar. Kemudian, sciron menendang sepatu bot kulitnya hingga lepas, satu demi satu. Kaki telanjangnya adalah hal paling menjijikkan yang pernah Iihat Hazel ... padahal Hazel pernah melihat beberapa hal yang sangat menjijikkan. Kedua kaki itu bengkak, keriput, dan seputih adonan roti, ..seolah-olah Baru direndam dalam formalin selama beberapa abad. ,.berkas- berkas bulu berwarna cokelat tumbuh dari masing-masing jari kaki yang tidak keruan bentuknya. Kuku- kuku kakinya yang tak rata berwarna hijau dan kuning, seperti tempurung kura-kura. Kemudian, baunya menyerang Hazel. Hazel tidak tabu apakah di Istana Dunia Bawah ayahnya ada kafetaria untuk zombi, tempi lika memang ada, kafetaria itu pasti berbau seperti kaki Sciron. "Begitulah!" Sciron menggoyang- goyangkan jari-jari kakinya yang menjijikkan. "Siapa yang ingin kaki kiri dan siapa yang ingin kaki kanan?" Wajah Jason berubah nyaris menjadi seputih kaki-kaki itu. "Kau pasti bercanda." "Sama sekali tidak!" jawab Sciron. "Cuci kakiku, dan urusan kita selesai. Aku akan mengirim kalian turun dari tebing ini. Aku herjanji, demi Sungai Styx." Dia mengucapkan janji itu dengan begitu santai, hingga lonceng peringatan berbunyi di kepala Hazel. Kaki. Mengirim kalian turun dari tebing ini. Tempurung kura-kura. Cerita itu pun kembali ke benaknya, seluruh bagian yang hilang terpasang di tempatnya. Hazel ingat bagaimana Sciron membunuh korban-korbannya. "Bisa beri kami waktu sebentar?" Hazel bertanya kepada sang penyamun. Mata Sciron menyipit. "Untuk apa?"

"Yah, ini keputusan besar," kata Hazel. "Kaki kiri, kaki kanan. Kami perlu berunding." Hazel bisa merasakan Sciron tersenyum di balik penutup wajah itu. "Tentu saja," katanya. "Aku sangat murah hati, kalian kuberi waktu dua menit." Hazel memanjat keluar dari gundukan hartanya. Dia membawa Jason sejauh yang berani dia lakukan —sekitar satu setengah meter menuruni tebing, yang dia harap berada di luar jangkauan pendengaran. "Sciron menendang korban-korbannya dari tebing," bisik Hazel. Jason membersut. "Apa?" "Ketika kita berlutut untuk mencuci kakinya," jelas Hazel. "Itulah caranya membunuh orang. Ketika kita kehilangan keseimbangan, pusing gara-gara bau kakinya, dia akan menendang kita dari tepi tebing. Kita akan jatuh persis ke dalam mulut kura-kura raksasa." Bisa dibilang, Jason perlu waktu sesaat untuk mencerna hal itu. Dia melirik ke seberang tebing, tempat tempurung "Yah, ini keputusan besar," kata Hazel. "Kaki kiri, kaki kanan. Kami perlu berunding." Hazel bisa merasakan Sciron tersenyum di balik penutup wajah itu. "Tentu saja," katanya. "Aku sangat murah hati, kalian kuberi waktu dua menit." Hazel memanjat keluar dari gundukan hartanya. Dia membawa Jason sejauh yang berani dia lakukan —sekitar satu setengah meter menuruni tebing, yang dia harap berada di luar jangkauan pendengaran. "Sciron menendang korban-korbannya dari tebing," bisik Hazel. Jason membersut. "Apa?" "Ketika kita berlutut untuk mencuci kakinya," jelas Hazel. "Itulah caranya membunuh orang. Ketika kita kehilangan keseimbangan, pusing gara-gara bau kakinya, dia akan menendang kita dari tepi tebing. Kita akan jatuh persis ke dalam mulut kura-kura raksasa." Bisa dibilang, Jason perlu waktu sesaat untuk mencerna hal itu. Dia melirik ke seberang tebing, tempat tempurung