BAB EMPAT PULUH DUA PIPER

BAB EMPAT PULUH DUA PIPER

LEO MEMANDANGI BILAH BELATI ITU. "Baiklah jadi aku ternyata tidak terlalu menyukai idemu. Menurut pikiranmu salah seorang dari kami akan mengalahkan Gaea sementara yang lain meninggal? Atau mungkin salah seorang dari kami meninggal saw mengalahkannya? Atau —" "Teman-Teman," ujar Jason, "kita akan membuat diri kita gila sendiri kalau terlalu memikirkannya. Kalian Ian tahu sendiri sifat dari ramalan itu. Para pahlawan selalu mengalami kesulitan berusaha menggagalkannya." "Yeah," gumam Leo. "Kita benci mengalami kesulitan. Kita sudah sangat nyaman dalam kondisi sekarang ini." "Kau tahu sendiri maksudku," ujar Jason. "Baris tarikan napa. penghabisan bisa jadi tidak terhubung dengan bagian badai daR api. Bisa saja, kita berdua bahkan bukan badai dan api. Percy bisc membangkitkan angin topan." "Dan aku selalu bisa menyulut Pelatih Hedge hingga terbakar,' tambah Leo. "Berard, dia pun bisa LEO MEMANDANGI BILAH BELATI ITU. "Baiklah jadi aku ternyata tidak terlalu menyukai idemu. Menurut pikiranmu salah seorang dari kami akan mengalahkan Gaea sementara yang lain meninggal? Atau mungkin salah seorang dari kami meninggal saw mengalahkannya? Atau —" "Teman-Teman," ujar Jason, "kita akan membuat diri kita gila sendiri kalau terlalu memikirkannya. Kalian Ian tahu sendiri sifat dari ramalan itu. Para pahlawan selalu mengalami kesulitan berusaha menggagalkannya." "Yeah," gumam Leo. "Kita benci mengalami kesulitan. Kita sudah sangat nyaman dalam kondisi sekarang ini." "Kau tahu sendiri maksudku," ujar Jason. "Baris tarikan napa. penghabisan bisa jadi tidak terhubung dengan bagian badai daR api. Bisa saja, kita berdua bahkan bukan badai dan api. Percy bisc membangkitkan angin topan." "Dan aku selalu bisa menyulut Pelatih Hedge hingga terbakar,' tambah Leo. "Berard, dia pun bisa

Setiap otot dalam tubuhnya menegang. "Leo, bunyikan tombol alarm." Piper belum menyadari dirinya baru saja menggunakan charmspeak, tapi Leo segera saja menjatuhkan obengnya dan menekan tombol alarm. Leo mengerutkan kening saat tak terjadi apa pun. "Oh, sedang tidak berfungsi." Dia teringat. "Festus lagi dimatikan. Beri aku semenit untuk menghidupkan kembali sistem ini secara daring." "Kita tidak punya satu menit! Api —kita butuh botol-botol kecil api Yunani. Jason, panggil angin. Yang hangat, angin khas selatan." "Tunggu dulu, apa?" Jason memandanginya bingung. "Piper, apa yang terjadi?" "Dia!" Piper merebut belatinya. "Dia kembali! Kita harus —" Sebelum Piper bisa menyelesaikan ucapannya, kapal mencapai pangkalan. Suhu udara turun begitu cepatnya, layar kapal meretih dengan es. Tameng-tameng perunggu sepanjang pagar kapal meletup seperti kaleng-kaleng soda bertekanan- tinggi. Jason menghunus pedangnya, tapi sudah terlambat. Sebuah gelombang partikel es menyapu dirinya, menyelubunginya seperti donat lapis gula dan langsung membekukannya di tempat. Di bawah lapisan es, matanya membelalak kaget. "Leo! Api! Sekarang!" Piper berteriak. Tangan kanan Leo membara, tapi angin berputar-putar di sekelilingnya dan memadamkan api itu. Leo menggenggam erat bola Archimedes-nya selagi corong awan pembawa hujan es menyapu dan mengangkat tubuhnya dari lantai. "Hei!" teriaknya. "Hei! Lepaskan aku!" PIPED, Piper berlari menghampirinya, tapi sebuah suara di tengah pusaran badai berkata, "Oh, ya, Leo Valdez. Aku akan benar-benar melepaskanmu." Leo diempaskan ke arah langit seakan dilontarkan dari sebuah katapel. Tubuhnya menghilang ditelan awan-awan. "Tidak!" Piper mengangkat belatinya, tapi tidak ada yang Lisa diserang. Dia memandang ke arah tangga dengan putus asa, berharap akan melihat teman- temannya berlari untuk mcnyelamatkannya, tetapi sebongkah es telah menyegel pintu hawahnya. Seluruh geladak bawah mungkin sudah beku oleh es. Dia butuh senjata yang lebih baik untuk digunakan hertarung —sesuatu yang lebih baik daripada suaranya, belati peramal yang konyol, dan kornukopia Setiap otot dalam tubuhnya menegang. "Leo, bunyikan tombol alarm." Piper belum menyadari dirinya baru saja menggunakan charmspeak, tapi Leo segera saja menjatuhkan obengnya dan menekan tombol alarm. Leo mengerutkan kening saat tak terjadi apa pun. "Oh, sedang tidak berfungsi." Dia teringat. "Festus lagi dimatikan. Beri aku semenit untuk menghidupkan kembali sistem ini secara daring." "Kita tidak punya satu menit! Api —kita butuh botol-botol kecil api Yunani. Jason, panggil angin. Yang hangat, angin khas selatan." "Tunggu dulu, apa?" Jason memandanginya bingung. "Piper, apa yang terjadi?" "Dia!" Piper merebut belatinya. "Dia kembali! Kita harus —" Sebelum Piper bisa menyelesaikan ucapannya, kapal mencapai pangkalan. Suhu udara turun begitu cepatnya, layar kapal meretih dengan es. Tameng-tameng perunggu sepanjang pagar kapal meletup seperti kaleng-kaleng soda bertekanan- tinggi. Jason menghunus pedangnya, tapi sudah terlambat. Sebuah gelombang partikel es menyapu dirinya, menyelubunginya seperti donat lapis gula dan langsung membekukannya di tempat. Di bawah lapisan es, matanya membelalak kaget. "Leo! Api! Sekarang!" Piper berteriak. Tangan kanan Leo membara, tapi angin berputar-putar di sekelilingnya dan memadamkan api itu. Leo menggenggam erat bola Archimedes-nya selagi corong awan pembawa hujan es menyapu dan mengangkat tubuhnya dari lantai. "Hei!" teriaknya. "Hei! Lepaskan aku!" PIPED, Piper berlari menghampirinya, tapi sebuah suara di tengah pusaran badai berkata, "Oh, ya, Leo Valdez. Aku akan benar-benar melepaskanmu." Leo diempaskan ke arah langit seakan dilontarkan dari sebuah katapel. Tubuhnya menghilang ditelan awan-awan. "Tidak!" Piper mengangkat belatinya, tapi tidak ada yang Lisa diserang. Dia memandang ke arah tangga dengan putus asa, berharap akan melihat teman- temannya berlari untuk mcnyelamatkannya, tetapi sebongkah es telah menyegel pintu hawahnya. Seluruh geladak bawah mungkin sudah beku oleh es. Dia butuh senjata yang lebih baik untuk digunakan hertarung —sesuatu yang lebih baik daripada suaranya, belati peramal yang konyol, dan kornukopia