47
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang disajikan sebelumnya, maka dapat dikemukakan temuan-temuan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan positif yang kuat atau tinggi antara penerapan model
pembelajaran reciprocal teaching dengan motivasi belajar siswa terhadap pendidikan agama Islam di SMA Negeri 46 Jakarta Selatan
– Kebayoran Baru, dengan perolehan nilai koefisien korelasi sebesar 0,767 yang dibulatkan
menjadi 0,77, nilai ini mencerminkan bahwa penerapan model pembelajaran reciprocal teaching dengan motivasi belajar siswa terhadap pendidikan
agama Islam secara kualitatif mempunyai hubungan yang tergolong kuat atau tinggi. Walaupun hubungan antara dua variabel tersebut tergolong kuat atau
tinggi, namun motivasi belajar siswa terhadap pendidikan agama Islam tidak hanya dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran reciprocal
teaching saja, tetapi juga ada faktor lain yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap pendidikan agama Islam, diantaranya model-model
lainnya, kedisiplinan kerja guru, latar belakang keluarganya, tempat tinggal dan lain sebagainya.
2. Hubungan yang kuat atau tinggi tersebut dinyatakan dengan adanya korelasi
variabel penerapan model pembelajaran reciprocal teaching terhadap motivasi belajar siswa melalui koefisien determinasi KD. Dari koefisien
determinasi sebagaimana telah dijelaskan dalam pembahasan bab IV,
diketahui nilai koefisien determinasinya adalah 59,29 atau dalam persentase 59,29. Hal ini mencerminkan bahwa penerapan model pembelajaran
reciprocal teaching hanya dapat memberikan kontribusi atas peningkatan motivasi belajar siswa terhadap pendidikan agama Islam sebesar 59,29.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan diatas, ada beberapa saran yang akan dikemukakan menyangkut penerapan model pembelajaran reciprocal
teaching hubungannya dengan motivasi belajar siswa terhadap pendidikan agama Islam, yaitu:
1. Penerapan model pembelajaran reciprocal teaching di SMA Negeri 46
Jakarta Selatan – Kebayoran Baru hendaknya lebih diintensifkan, karena
walaupun faktor ini terbukti memberikan kontribusi positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa dalam taraf kuat atau tinggi. Peningkatannya
terutama difokuskan pada upaya-upaya guru dalam penggunaan pembelajaran reciprocal teaching yang meliputi kejelasan materi, keefektifan penggunaan
waktu, sifat materi, pengawasan guru terhadap hasil belajar siswa dan kemampuan siswa dalam memahami materi.
2. Pihak sekolah kiranya terus menerus meningkatkan ranah psikomotorik guru
agar lebih memperlihatkan penggunaan model pembelajaran reciprocal teaching dan model-model lainnya agar dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa terhadap pendidikan agama Islam. 3.
Kepada para guru hendaknya dalam penggunaan model pembelajaran baik menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching maupun model-model
yang lainnya agar memperhatikan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran, kompetensi guru, anak didik, situasi dan kondisi pembelajaran,
fasilitas sekolah, waktu serta kelebihan dan kekurangan suatu model pembelajaran reciprocal teaching.
Dengan demikian bila beberapa poin diatas dapat di perbaiki maka kedepan pendidikan kita akan semakin baik dan berkualitas sehingga bisa melahirkan anak
didik cerdas secara intelektual dan cerdas secara spiritual moralitas, sehingga