e. Guru harus mampu memberikan pertanyaan yang luas agar anak didik
dapat mengungkapkan ide-ide yang mereka miliki tanpa harus terfokus terhadap satu jawaban saja. Guru harus mempunyai kemauan kepribadian
dan keterampilan
kemasyarakatan dalam
proses pembelajaran
profesional. Guru perlu berupaya untuk meningkatkan kemampuan- kemampuan pembelajaran anak didik.
6
4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Reciprocal Teaching
Pada awal penerapan model pembelajaran reciprocal teaching guru memberitahukan akan memperkenalkan suatu pendekatanstrategi belajar,
menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedurnya. Selanjutnya mengawali pemodelan dengan membaca satu paragraf suatu bacaa. Kemudian
menjelaskan dan mengajarkan bahwa pada saat atau selesai membaca terdapat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan yaitu:
a. Memikirkan pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat diajukan dari apa
yang telah dibaca; berkenaan dengan wacana, dan memastikan bisa menjawabnya.
b. Membuat ikhtisarrangkuman tentang informasi terpenting dari wacana.
c. Memprediksimeramalkan apa yang mungkin akan dibahas selanjutnya,
dan d.
Mencatat apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau tidak masuk akal dari suatu bagian, selanjutnya memeriksa apakah kita bisa berhasil membuat
hal-hal itu masuk akal.
7
B. Motivasi Belajar Siswa
1. Pengertian Motivasi Belajar Siswa
Sebelum mengacu pada pengertian motivasi, terlebih dahulu kita menelaah pengidentifikasian kata motif dan kata motivasi. Motif dapat
dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan
motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern kesiapsiagaan. Berawal dari kata motif itu, maka motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam
diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
6
Ibid, 147-151
7
Trianto, op,cit., h. 97
Menurut Isbandi Rukminto Adi, sebagaimana yang dikutip oleh Hamzah B. Uno. Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan
sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara
langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah
laku tertentu.
8
Motivasi merupakan salah satu determinan penting dalam belajar, para ahli sukar mendefinisikannya, akan tetapi motivasi berhubungan dengan
arah perilaku, kekuatan respon yakni usaha setelah belajar anak didik memilih mengikuti tindakan tertentu, dan ketahanan perilaku, atau
beberapa lama seseorang itu terus menerus berperilaku menurut cara tertentu.
9
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara
apa yang ia miliki dan yang ia harapakan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan.
Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasikan pada tujuan
tersebut merupakan inti motivasi. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini
perilaku belajar. Sedangkan dalam mendefinisikan belajar, memang tidaklah mudah sebab
definisi itu sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh sudut pandang pemikiran masing-masing individu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika timbul
beberapa pengertian tentang belajar. Belajar merupakan proses dasar dari pada perkembangan hidup manusia.
Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkahlakunya berkembang. Semua aktivitas dan
pretasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu
hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu
tujuan.
10
8
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: analisis di bidang pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, Ed.1, Cet. 3, h. 3
9
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2003, Cet. 1, h. 80
10
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1984, Cet. 1, h. 99