“Materi-materi tersebut diklasifikasifan menjadi beberapa aspek, yakni aspek Al-
Qur’an dan hadist, aspek akidah, aspek akhlak, aspek fiqih, dan aspek tarikh
.”
28
Dari berbagai aspek ini diharapkan peserta didik benar-benar bisa menjadi manusia muslim seutuhnya manusia yang mampu menjalin
hubungan baik antara dirinya dengan Tuhan-Nya, dengan sesama, dengan alam, dan dengan dirinya sendiri dan manusia yang memiliki nilai-nilai yang
terkandung di dalam agama, pancasila dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: riligius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabatkomunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab.
29
5. Problematika Pendidikan Agama Islam di Sekolah berserta Solusinya
Dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah, banyak sekali muncul problematika-problematika. Berbagai problematika yang muncul, bisa
berkenaan dengan masalah yang bersifat internal maupun eksternal. Yang berkaitan dengan internal sekolah, misalnya guru yang belum berkompeten,
maupun sarana prasarana yang tidak mendukung. Sedangkan permasalahan dari eksternal, bisa datang dari kurangnya
dukungan masyarakat orang tua murid, ataupun kurangnya dukungan dari pemerintah daerah setempat. Untuk mempermudah pemaparan, maka berikut
akan ditampilkan problematika-problematika pendidikan agama Islam di sekolah beserta solusi yang ditawarkan, dilihat dari ruang lingkupnya, sebagai
berikut:
28
Permen Diknas\permendiknas 22 23 24\Permen 22 23 24\1. Permen 22th2006- Standar Isi\Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar\03. Sma-Ma-SMALB-SMK-Mak.
29
Pusat Kurikulum, Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, 2009, h. 9-10.
No Ruang
LingkupAspek Problematika
Solusi
1 Al- Quran
1. Kurangnya kemampuan siswa
dalam membaca dan menulis
2. Waktu yang tersedia tidak mencukupi
apabila pembelajaran al-Quran ditambah
1. Bekerjasama dengan TPQ di lingkungan sekolah
2. Dengan menambahkan pembelajaran al-Quran bagi
siswa dalam prog. Ekstrakurikuler
2 Al-Hadits
1. Kurangnya materi hadits yang ada di
dalam kurikulum 2. Bersifat hafalan
1. GPAI mengembangkan materi hadits sehingga
hadits yang ditampilkan lebih beragam
2. Mengaitkan materi hadits dengan kehidupan sehari-
harilebih aplikatif 3 KeimananAqidah 1. Lebih bersifat
pendoktrinan 2. Bersifat kognitif
1. Mengaitkannya dengan kehidupan nyata sehari-hari
serta membuka dialog. 2. Memberikan pengalaman
belajar langsung sehingga mengesankan bagi siswa
4 Akhlak
1. Lebih menekankan kepada kemampuan
kognitif 2. Contoh-contoh yang
diberikan lebih bersifat sosok ideal
lama 1. Evaluasi harus diubah,
yaitu lebih menekankan kepada penerapan, misalnya
dengan pembelajaran penerapan langsung
2. Mengaitkannya dengan sosoktokoh masa kini
Beberapa problematika dan solusi di atas hanya sebagian kecil dari problematika pendidikan agama Islam di sekolah, serta hanya bersifat teknis
pada segi pelaksanaan pembelajaran. Namun pada kenyataannya, problematika yang muncul tidak hanya pada sisi pembelajaran di dalam
ataupun luar kelas. Namun juga berkenaan dengan kebijakan sekolah, maupun pemerintah daerah yang kadangkala dinilai kurang mendukung kesuksesan
pendidikan agama Islam di sekolah. Demikian pula keadaan guru pendidikan agama Islam di daerah yang
masih banyak belum menguasai teknologi, sehingga pembelajaran cenderung bersifat tradisional. Hal tersebut juga akan mempengaruhi perhatian siswa
dalam mengikuti pembelajaran.
D. Kerangka Berfikir
Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan yang diselenggarakan disekolah pada dasarnya bertujuan
untuk membentuk kualitas anak didik secara menyeluruh, baik intelektualnya ilmu pengetahuan maupun empirisnya pengalamannya. Secara akademik,
lembaga pendidikan seperti sekolah memang berfungsi untuk mencetak manusia 5
Fiqih 1. Penilaian seringkali
lebih menekankan kemampuan kognitif
2. Kurangnya sarana prasarana
1. Evaluasi juga menekankan kepada penerapan
2. Bekerjasama dengan lembaga keagamaan di
sekitar sekolah 6
SKI 1. Seringkali hanya
bersifat narasi dan hafalan
2. Kurangnya minat siswa
1. Menekankan kepada pengambilan hikmah
2. Ditampilkan suasana yang menarik minat siswa,
dengan mengaitkannya kepada kehidupan sehari-
hari siswa
yang mampu hidup dalam kondisi lingkungan yang selalu berubah cepat dan penuh kompetisi.
Di dalam suatu pembelajaran, seorang guru harus memakai model pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran yang akan ia sampaikan,
seorang guru harus tepat memilih model pembelajaran sesuai dengan jenis materi yang akan ia sampaikan atau ajarkan kepada anak didik. Dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam, salah satu model pembelajaran pendidikan agama Islam yang dapat digunakan adalah model pembelajaran reciprocal teaching, karena
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam ada sebagian materi pelajaran yang menuntut harus dipraktekkan supaya pemahaman anak didik menjadi lebih
maksimal karena anak didik hanya mengetahui tentang teorinya saja, akan tetapi anak didik pun tahu bagaimana cara pengamalannya atau prakteknya.
Dengan penggunaan model pembelajaran yang bagus dalam pembelajaran, maka akan timbul motivasi yang baus pula dalam diri anak didik untuk mengikuti
dan memahami pelajaran yang diajarkan. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk membangkitkan motivasi anak didik dalam belajar, seorang guru dituntut
untuk selalu kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada anak didik. Karena apabila motivasi anak didik itu baik terhadap pelajaran yang ia pelajari,
maka kemungkinan besar hasilnya prestasinya pun akan baik pula sehingga memudahkan guru untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran.
Dengan demikian di duga terdapat hubungan yang signifikan antara model pembelajaran reciprocal teaching dengan motivasu belajar siswa pada mata
pelajaran pendidikan agama Islam.
E. Hipotesis Penelitian
“Hipotesis adalah suatu anggapan teoritis yang dapat dipertegas atau ditolak secara empiris
.”
26
Dapat juga dipandang “sebagai konklusi, suatu
konklusi yang sifatnya sangat sementara. ”
27
26
Amudi Pasaribu, Pengantar Statistik, Jakarta: Galia Indonesia, 1983, Cet.6, h. 274
27
Sutrisno Hadi, Metedologi Research 1, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas UGM. 1980, h. 63