Hasil Uji Regresi LDR Bank Konvensional dan FDR Bank Syariah

79 sebesar 0.342997, cateris paribus. Hal ini disebabkan karena ketika nilai bonus SBIS naik maka bank syariah akan mengalokasikan sebagian dananya untuk membeli SBIS dan mengurangi alokasi dananya terhadap pembiayaan, untuk menjaga likuidatas bank syariah tetap baik, maka bank syariah meningkatkan margin pembiayaannya, dengan tingkat margin yang tinggi mengakibatkan nasabah lebih memilih bank konvensional untuk melakukan kredit. Oleh sebab itu, akan berdampak pada meningkatnya likuiditas LDR perbankan konvensional. Tidak signifikannya SBIS terhadap FDR bank syariah dikarenakan bank syariah lebih banyak memberikan pembiayaan ke masyarakat, dibanding membeli surat-surat berharga pemerintah seperti SBIS. Sehingga SBIS tidak terlalu berpengaruh terhadap likuiditas bank syariah. 80

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis pengujian data secara deskriptif dan statistik dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. a Pada rasio kredit bermasalah NPLNPF, bank konvensional mempunyai rata-rata mean NPL sebesar 4.36 persen lebih kecil jika dibandingkan rata-rata NPF bank syariah, yaitu sebesar 5.06 persen. Hal ini menunjukkan NPL bank konvensional mempunyai nilai yang relatif lebih baik dibandingkan dengan bank syariah, semakin rendah NPLNPF semakin bagus, karena semakin tinggi rasio ini akan menunjukkan bahwa banyak kredit bermasalah yang terjadi, dan bank akan mengalami kesulitan keuangan. Sehingga risiko kreditnya menjadi lebih besar selama periode bulan Januari tahun 2007 sampai dengan bulan Desember tahun 2009. b. Pada rasio profitabilitas ROA, bank konvensional mempunyai rata-rata mean ROA sebesar 2.68 persen lebih besar jika dibandingkan rata-rata bank syariah yaitu sebesar 1.85 persen. Hal ini menunjukkan ROA bank konvensional mempunyai nilai yang relatif lebih baik dibanding dengan bank syariah, semakin besar ROA semakin bagus, karena perolehan laba yang dihasilkan pada bank tersebut semakin tinggi. Sehingga laba yang 81 dimiliki bank konvensional dan bank syariah telah memenuhi standar yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu diatas 1.5 persen selama periode bulan Januari tahun 2007 sampai dengan bulan Desember 2009. c. Pada rasio likuiditas LDRFDR, bank konvensional mempunyai rata-rata mean LDR sebesar 70.35 persen lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata bank syariah, yaitu sebesar 101.35 persen. Hal ini menunjukkan FDR bank syariah mempunyai nilai yang relatif lebih baik dibandingkan dengan bank konvensional, semakin besar LDRFDR semakin bagus, karena semakin besar LDRFDR akan memperlihatkan likuiditas bank yang semakin baik dalam memberikan kreditpembiayaan kepada masyarakat. Selama periode bulan Januari tahun 2007 sampai dengan bulan Desember tahun 2009 LDR bank konvensional belum mampu memenuhi standar yang ditetapkan Bank Indonesia, sedangkan FDR bank syariah telah mampu memehui standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 2. a. Hasil analisis regresi berganda pada NPL bank konvensional menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen α = 0.05 secara parsial semua variabel independen yaitu SBI, dan SBIS ternyata signifikan. Pengujian ini juga secara simultan memperoleh nilai F- hitung yang signifikan dan nilai koefisien determinasi R² sebesar 0.514. Sementara hasil analisis regresi berganda pada NPF bank syariah menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen α = 82 0.05 secara parsial hanya variabel SBIS yang ternyata signifikan. Pengujian ini juga secara simultan memperoleh nilai F-hitung yang signifikan dan nilai koefisien determinasi R² sebesar 0.279. b. Hasil analisis regresi berganda pada ROA bank konvensional menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen secara parsial semua variabel independen yaitu SBI, dan SBIS ternyata signifikan. Pengujian ini juga secara simultan memperoleh nilai F- hitung yang signifikan dan nilai koefisien determinasi R² sebesar 0.369. Hasil regresi berganda pada ROA bank syariah menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen secara parsial semua variabel baik SBI, maupun SBIS tidak ada yang signifikan. Pengujian ini juga secara simultan memperoleh nilai F-hitung yang tidak signifikan dan nilai koefisien determinasi R² sebesar 0.050. c. Hasil analisis regresi berganda pada LDR bank konvensional menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen α = 0.05 secara parsial semua variabel independen yaitu, SBI, dan SBIS signifikan. Pengujian ini juga secara simultan memperoleh nilai F- hitung yang signifikan dan nilai koefisien determinasi R² sebesar 0.543. Sementara hasil analisis regresi berganda pada FDR bank syariah menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen α = 0.05 secara parsial hanya variabel SBI yang ternyata signifikan. Tetapi pengujian ini secara simultan memperoleh nilai F-hitung yang signifikan dan nilai koefisien determinasi R² sebesar 0.429. 83

B. Implikasi

Berdasarkan dari kesimpulan diatas, penulis sampaikan hal-hal sebagai berikut : 1. Perlunya memperhatikan instrumen kebijakan moneter yang diambil bank sentral, baik instrumen kebijakan moneter Islam maupun instrumen kebijakan moneter konvensional guna mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat. Karena instrumen yang digunakan tersebut ternyata berpengaruh cukup besar bagi kinerja perbankan, baik perbankan konvensional maupun perbankan syariah. 2. Perlunya untuk terus menggalakan upaya-upaya yang dapat mendorong kearah peningkatan kinerja bank. Untuk maksud tersebut, tentunya diperlukan berbagai kebijakan dan program bank yang dapat merangsang keinginan dari para investor atau nasabah untuk menitipkan uangnya ke bank. 3. Perlunya bank-bank, baik bank konvensional maupun bank syariah untuk terus memperhatikan rasio keuangannya. Bagaimanapun rasio-rasio tersebut menunjukkan performa atau kinerja bank, yang menentukan sehat atau tidaknya kondisi dari bank tersebut.