Hasil Uji Heteroskedastisitas NPF

70 Berdasarkan tabel dan persamaan regresi linear berganda diatas, diperoleh nilai F-hitung NPL bank konvensional sebesar 17.453 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, sedangkan nilai F-hitung NPF bank syariah sebesar 6.374 dengan nilai probabilitas sebesar 0.004. Oleh karena nilai probabilitas dari NPL bank konvensional dan NPF bank syariah adalah 0.05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel SBI, dan SBIS terhadap variabel NPL bank konvensional maupun terhadap NPF bank syariah secara bersama-sama simultan. Sementara itu nilai koefisien determinasi R² NPL bank konvensional adalah sebesar 0.514, sedangkan koefisien determinasi R² NPF bank syariah adalah sebesar 0.279. Hal ini berarti bahwa kemampuan instrumen kebijakan moneter secara bersama-sama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 51 persen untuk NPL bank konvensional dan 28 persen untuk NPF bank syariah, sementara sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. nilai t-hitung pada tabel 4.16 untuk variabel SBI sebesar 3.279 dengan nilai probabilitas sebesar 0.002, sedangkan pada tabel 4.17 nilai t- hitung variabel SBI adalah sebesar 0.745 dengan nilai probabilitas sebesar 0.4616. Dari hasil tersebut tampak bahwa SBI berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPL bank konvensional tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap NPF bank syariah pada tingkat kepercayaan 95 persen α = 0.05 persen. Hal ini berarti bahwa jika suku bunga SBI naik sebesar 1 persen, maka jumlah kredit bermasalah perbankan konvensional meningkat 71 sebesar 0.662032, cateris paribus. Hal ini disebabkan karena ketika nilai suku bunga SBI naik maka bank konvensional akan lebih tertarik menanamkan dananya pada surat berharga dan mengurangi alokasi dananya terhadap kredit, dana yang digunakan untuk membeli SBI mengakibatkan likuiditas bank berkurang. Untuk itu bank menaikkan suku bunga depositonya untuk menarik dana masyarakat sehingga likuiditas bank tetap terjaga, namun disisi lain bank juga meningkatkan suku bunga pinjamannya. Dengan tingkat suku bunga pinjaman yang tinggi akan mendorong tingkat NPL menjadi tinggi. Sementara tidak signifikannya SBI dikarenakan posisi SBI yang merupakan instrumen kebijakan moneter konvensional, sedangkan bank syariah hanya beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Sehingga jumlah pembiayaaan bermasalah NPF bank syariah tidak dipengaruhi oleh instrumen kebijakan moneter konvensional yaitu SBI. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil penelitian dari Amalia 2006:89-90 yang menunjukkan bahwa SBI berpengaruh positif signifikan terhadap NPL bank konvensional. Sementara itu, pada tabel 4.16 variabel SBIS memperoleh t-hitung sebesar -5.895 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, sedangkan pada tabel 4.17 nilai t-hitung variabel SBIS adalah sebesar -3.399 dengan nilai probabilitas sebesar 0.001. Dari hasil tersebut tampak bahwa SBIS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPL bank konvensional maupun terhadap NPF bank syariah pada tingkat kepercayaan 95 persen α = 0.05 persen. Hal ini berarti bahwa jika bonus SBIS naik sebesar 1