72
persen, maka jumlah kredit bermasalah perbankan konvensional maupun perbankan syariah menurun sebesar 0.918588 dan 0.496099, cateris
paribus. Hal ini disebabkan karena SBIS masih dipengaruhi oleh tingkat suku bunga SBI. Ketika suku bunga pinjaman bank konvensional tinggi,
masyarakat lebih tertarik untuk meminjam uang ke bank syariah. Hal itu menyebabkan berkurangnya jumlah kredit bermasalah pada bank
konvensional. Sementara ketika nilai bonus SBIS tinggi bank syariah lebih tertarik mengalokasikan sebagian dananya untuk membeli SBIS dibanding
untuk memberikan pembiayaan kepada masyarakat. Sehingga berdampak pada menurunnya jumlah pembiayaan bermasalah bank syariah.
2. Hasil Uji Regresi ROA Bank Konvensional dan ROA Bank Syariah
Tabel 4.18 Hasil Uji Regresi ROA Bank Konvensional
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
1.084041 0.137184
7.902116 0.0000
LSBI 0.190446
0.072554 2.624885
0.0130 LSBIS
-0.244064 0.055998
-4.358421 0.0001
R-squared 0.368679 Mean dependent var
1.012580 Adjusted R-squared
0.330417 S.D. dependent var 0.067580
S.E. of regression 0.055299 Akaike info criterion
-2.872451 Sum squared resid
0.100915 Schwarz criterion -2.740491
Log likelihood 54.70412 F-statistic
9.635672 Durbin-Watson stat
2.315055 ProbF-statistic 0.000506
Sumber : Bank Indonesia data diolah Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.19 diatas adalah :
LROA = 1.084040967 + 0.190446054LSBI - 0.2440638696LSBIS
73
Tabel 4.19 Hasil Uji Regresi ROA Bank Syariah
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
0.525957 0.326984
1.608511 0.1173
LSBI -0.126398
0.172936 -0.730894
0.4700 LSBIS
0.176729 0.133475
1.324067 0.1946
R-squared 0.050633 Mean dependent var
0.602018 Adjusted R-squared
-0.006905 S.D. dependent var 0.131356
S.E. of regression 0.131809 Akaike info criterion
-1.135270 Sum squared resid
0.573330 Schwarz criterion -1.003310
Log likelihood 23.43486 F-statistic
0.880000 Durbin-Watson stat
1.759934 ProbF-statistic 0.424291
Sumber : Bank Indonesia data diolah Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.22 diatas adalah :
LROA = 0.5259572263 - 0.1263979922LSBI + 0.1767292263LSBIS Berdasarkan tabel dan persamaan regresi linear berganda diatas,
diperoleh nilai F-hitung ROA bank konvensional sebesar 9.636 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, sedangkan nilai F-hitung ROA bank
syariah sebesar 0.880 dengan nilai probabilitas sebesar 0.424. Oleh karena nilai probabilitas dari ROA bank konvensional adalah 0.05, maka dapat
dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel SBI, dan SBIS terhadap variabel ROA bank konvensional secara bersama-sama
simultan. Sedangkan variabel SBI dan SBIS secara simultan tidak berpengaruh terhadap ROA bank syariah, Sementara itu nilai koefisien
determinasi R² ROA bank konvensional adalah sebesar 0.369, sedangkan koefisien determinasi R² ROA bank syariah adalah sebesar 0.051. Hal ini
berarti bahwa kemampuan instrumen kebijakan moneter secara bersama-
74
sama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 36 persen untuk ROA bank konvensional dan 5 persen untuk ROA bank
syariah, sementara sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. nilai t-hitung pada tabel 4.18 untuk variabel SBI sebesar 2.625
dengan nilai probabilitas sebesar 0.013, sedangkan pada tabel 4.19 nilai t- hitung variabel SBI adalah sebesar -0.731 dengan nilai probabilitas sebesar
0.470. Dari hasil tersebut tampak bahwa SBI berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA bank konvensional tetapi tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA bank syariah pada tingkat kepercayaan 95 persen α = 0.05 persen. Hal ini berarti bahwa jika suku bunga SBI naik sebesar 1
persen, maka profitabilitas perbankan konvensional meningkat sebesar 0.190446, cateris paribus. Hal ini disebabkan karena bank-bank
konvensional lebih tertarik menyalurkan dananya pada surat berharga ketika suku bunga SBI tinggi, dana yang digunakan untuk membeli SBI
mengakibatkan likuiditas bank berkurang, untuk itu bank menaikkan suku bunga depositonya untuk menarik dana masyarakat sehingga likuiditas
bank tetap terjaga, dengan meningkatnya suku bunga deposito memaksa bank untuk meningkatkan juga suku bunga pinjamannya, Dengan tingkat
suku bunga pinjaman yang tinggi menyebabkan profitabilitas bank konvensional menjadi meningkat.
Sementara tidak signifikannya SBI terhadap ROA bank syariah dikarenakan posisi SBI yang merupakan instrumen kebijakan moneter
konvensional, sedangkan bank syariah hanya beroperasi berdasarkan
75
prinsip syariah. Sehingga profitabilitas bank syariah tidak dipengaruhi oleh instrumen kebijakan moneter konvensional yaitu SBI.
Sementara itu, pada tabel 4.18 variabel SBIS memperoleh t-hitung sebesar -4.358 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, sedangkan pada
tabel 4.19 nilai t-hitung variabel SBIS adalah sebesar 1.324 dengan nilai probabilitas sebesar 0.195. Dari hasil tersebut tampak bahwa SBIS
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA bank konvensional tetapi tidak berpengaruh terhadap ROA bank syariah. Hal ini berarti bahwa jika
bonus SBIS naik sebesar 1 persen, maka profitabilitas perbankan konvensional menurun sebesar 0.244064, cateris paribus. Ini disebabkan
karena SBIS masih dipengaruhi oleh tingkat suku bunga SBI. Ketika suku bunga SBI naik maka biasanya akan diikuti oleh kenaikan SBIS. Bank-
bank syariah lebih tertarik untuk mengalokasikan dananya pada sektor rill, sementara bank konvensional lebih tertarik untuk menanamkan dananya
pada SBI dan berakibat suku bunga pinjaman bank konvensional menjadi tinggi. Oleh karena itu, masyarakat lebih tertarik untuk meminjam uang ke
bank syariah daripada bank konvensional. Hal itu menyebabkan berkurangnya nasabah yang ingin mengajukkan kredit kepada bank
konvensional, dan berimbas pada menurunnya profitabilitas bank. Tidak signifikannya SBIS terhadap ROA bank syariah dikarenakan
bank syariah lebih banyak memberikan pembiayaan ke masyarakat dibanding membeli surat-surat berharga pemerintah seperti SBIS. Sehingga
SBIS tidak terlalu berpengaruh terhadap profitabilitas bank syariah.