Hasil Uji Regresi ROA Bank Konvensional dan ROA Bank Syariah

75 prinsip syariah. Sehingga profitabilitas bank syariah tidak dipengaruhi oleh instrumen kebijakan moneter konvensional yaitu SBI. Sementara itu, pada tabel 4.18 variabel SBIS memperoleh t-hitung sebesar -4.358 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, sedangkan pada tabel 4.19 nilai t-hitung variabel SBIS adalah sebesar 1.324 dengan nilai probabilitas sebesar 0.195. Dari hasil tersebut tampak bahwa SBIS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA bank konvensional tetapi tidak berpengaruh terhadap ROA bank syariah. Hal ini berarti bahwa jika bonus SBIS naik sebesar 1 persen, maka profitabilitas perbankan konvensional menurun sebesar 0.244064, cateris paribus. Ini disebabkan karena SBIS masih dipengaruhi oleh tingkat suku bunga SBI. Ketika suku bunga SBI naik maka biasanya akan diikuti oleh kenaikan SBIS. Bank- bank syariah lebih tertarik untuk mengalokasikan dananya pada sektor rill, sementara bank konvensional lebih tertarik untuk menanamkan dananya pada SBI dan berakibat suku bunga pinjaman bank konvensional menjadi tinggi. Oleh karena itu, masyarakat lebih tertarik untuk meminjam uang ke bank syariah daripada bank konvensional. Hal itu menyebabkan berkurangnya nasabah yang ingin mengajukkan kredit kepada bank konvensional, dan berimbas pada menurunnya profitabilitas bank. Tidak signifikannya SBIS terhadap ROA bank syariah dikarenakan bank syariah lebih banyak memberikan pembiayaan ke masyarakat dibanding membeli surat-surat berharga pemerintah seperti SBIS. Sehingga SBIS tidak terlalu berpengaruh terhadap profitabilitas bank syariah. 76

3. Hasil Uji Regresi LDR Bank Konvensional dan FDR Bank Syariah

Tabel 4.20 Hasil Uji Regresi LDR Bank Konvensional Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 4.111855 0.134524 30.56592 0.0000 LSBI -0.249506 0.071147 -3.506883 0.0013 LSBIS 0.342997 0.054913 6.246234 0.0000 R-squared 0.543097 Mean dependent var 4.250616 Adjusted R-squared 0.515406 S.D. dependent var 0.077899 S.E. of regression 0.054227 Akaike info criterion -2.911605 Sum squared resid 0.097040 Schwarz criterion -2.779645 Log likelihood 55.40889 F-statistic 19.61273 Durbin-Watson stat 2.115951 ProbF-statistic 0.000002 Sumber : Bank Indonesia data diolah Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.20 diatas adalah : LLDR = 4.111854539 - 0.2495058919LSBI + 0.3429971619LSBIS Tabel 4.21 Hasil Uji Regresi FDR Bank Syariah Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 4.153987 0.094698 43.86565 0.0000 LSBI 0.149783 0.050084 2.990631 0.0052 LSBIS 0.075818 0.038656 1.961370 0.0583 R-squared 0.428758 Mean dependent var 4.617752 Adjusted R-squared 0.394137 S.D. dependent var 0.049042 S.E. of regression 0.038173 Akaike info criterion -3.613708 Sum squared resid 0.048088 Schwarz criterion -3.481748 Log likelihood 68.04674 F-statistic 12.38444 Durbin-Watson stat 1.654029 ProbF-statistic 0.000097 Sumber : Bank Indonesia data diolah Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.23 diatas adalah : LFDR = 4.153986778 + 0.1497830803LSBI + 0.07581796147LSBIS 77 Berdasarkan tabel dan persamaan regresi linear berganda diatas, diperoleh nilai F-hitung LDR bank konvensional sebesar 19.613 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, sedangkan nilai F-hitung FDR bank syariah sebesar 12.384 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000. Oleh karena nilai probabilitas dari LDR bank konvensional dan FDR bank syariah adalah 0.05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel SBI, dan SBIS terhadap variabel LDR bank konvensional maupun terhadap FDR bank syariah secara bersama-sama simultan. Sementara itu nilai koefisien determinasi R² LDR bank konvensional adalah sebesar 0.543, sedangkan koefisien determinasi R² FDR bank syariah adalah sebesar 0.429. Hal ini berarti bahwa kemampuan instrumen kebijakan moneter secara bersama-sama dalam menerangkan variasi perubahan variabel terikat adalah sebesar 54 persen untuk LDR bank konvensional dan 43 persen untuk FDR bank syariah, sementara sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. nilai t-hitung pada tabel 4.20 untuk variabel SBI sebesar -3.507 dengan nilai probabilitas sebesar 0.001, sedangkan pada tabel 4.21 nilai t- hitung variabel SBI adalah sebesar 2.991 dengan nilai probabilitas sebesar 0.005. Dari hasil tersebut tampak bahwa SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR bank konvensional dan berpengaruh positif signifikan terhadap FDR bank syariah pada tingkat kepercayaan 95 persen α = 0.05 persen. Hal ini berarti bahwa jika suku bunga SBI naik sebesar 1 persen, maka likuiditas perbankan konvensional menurun sebesar 78 0.249506, sementara likuiditas perbankan syariah meningkat sebesar 0.149783, cateris paribus. Hal ini disebabkan karena ketika nilai suku bunga SBI naik maka bank konvensional akan lebih tertarik menanamkan dananya pada surat berharga dan mengurangi alokasi dananya terhadap kredit, dana yang digunakan untuk membeli SBI mengakibatkan likuiditas bank konvensional berkurang. Sementara ketika suka bunga SBI naik menyebabkan bank konvensional meningkatkan suku bunga pinjamannya guna menjaga likuiditas, dengan suku bunga pinjaman yang tinggi mengakibatkan nasabah lebih memilih bank syariah untuk melakukan pembiayaan yang tingkat marginnya lebih rendah dari suku bunga pinjaman bank konvensional. Oleh sebab itu, akan berdampak pada meningkatnya likuiditas FDR perbankan syariah. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil penelitian dari Amalia 2006:90-91 yang menunjukkan bahwa SBI berpengaruh negatif signifikan terhadap LDR bank konvensional. Sementara itu, pada tabel 4.20 variabel SBIS memperoleh t-hitung sebesar 6.246 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, sedangkan pada tabel 4.21 nilai t-hitung variabel SBIS adalah sebesar 1.961 dengan nilai probabilitas sebesar 0.058. Dari hasil tersebut tampak bahwa SBIS berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR bank konvensional, tetapi tidak berpengaruh terhadap FDR bank syariah pada tingkat kepercayaan 95 persen α = 0.05 persen. Hal ini berarti bahwa jika bonus SBIS naik sebesar 1 persen, maka likuiditas perbankan konvensional meningkat 79 sebesar 0.342997, cateris paribus. Hal ini disebabkan karena ketika nilai bonus SBIS naik maka bank syariah akan mengalokasikan sebagian dananya untuk membeli SBIS dan mengurangi alokasi dananya terhadap pembiayaan, untuk menjaga likuidatas bank syariah tetap baik, maka bank syariah meningkatkan margin pembiayaannya, dengan tingkat margin yang tinggi mengakibatkan nasabah lebih memilih bank konvensional untuk melakukan kredit. Oleh sebab itu, akan berdampak pada meningkatnya likuiditas LDR perbankan konvensional. Tidak signifikannya SBIS terhadap FDR bank syariah dikarenakan bank syariah lebih banyak memberikan pembiayaan ke masyarakat, dibanding membeli surat-surat berharga pemerintah seperti SBIS. Sehingga SBIS tidak terlalu berpengaruh terhadap likuiditas bank syariah.