Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

36 ROA LDRFDR NPLNPF SBI SBIS I. Kerangka Pemikiran Kebijakan moneter merupakan tindakan yang dilakukan oleh bank sentral untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan tingkat kredit, yang tentunya juga akan berdampak kepada kinerja dari perbankan. Bank sentral sebagai salah satu otoritas moneter dapat melaksanakan kebijakan moneter dengan menggunakan instrumen kebijakan moneter konvensional dan instrumen kebijakan moneter Islam. Penelitian ini mencoba menggabungkan instrumen kebijakan moneter konvensional dengan instrumen kebijakan moneter Islam dan pengaruhnya terhadap kinerja bank, baik bank konvensional maupun bank syariah, seperti pada gambar 2.1 dibawah ini : Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Dari gambar diatas, gabungan instrumen kebijakan moneter konvensional dengan instrumen kebijakan moneter Islam masing-masing diwakili oleh, Sertifikat Bank Indonesia SBI, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS. Dari instrumen kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral, dapat dilihat sejauh mana instrumen yang diambil mempengaruhi kinerja dari bank konvensional dan bank syariah secara keseluruhan di Indonesia. Kinerja bank konvensional maupun bank syariah dapat dilihat dari rasio keuangannya, rasio keuangan tersebut terdiri dari rasio Kualitas Aktiva 37 Produktif KAP yang diwakili oleh Non Performing Loan NPL atau Non Performing Financing NPF, rasio rentabilitas earning yang diwakili oleh Return on Assets ROA, dan rasio likuiditas liquidity yang diwakili oleh Loan to Deposit Ratio LDR atau Financing to Deposit Ratio FDR. Dalam penelitian ini, sesuai dengan dengan telaah pustaka dapat disusun suatu logika bahwa Sertifikat Bank Indonesia SBI yang dijadikan sebagai proksi variabel instrumen kebijakan moneter konvensional mempunyai hubungan yang positif terhadap NPL, semakin besar nilai SBI akan mengakibatkan naiknya NPL sehingga Aktiva produktif bermasalah perbankan konvensional meningkat. Sementara variabel SBI terhadap NPF bank syariah mempunyai hubungan yang positif, Semakin besar nilai SBI akan berakibat pada naiknya NPF bank syariah, sehingga aktiva produktif bermasalah perbankan syariah meningkat. Variabel SBI mempunyai hubungan yang Positif terhadap ROA. Semakin besar nilai SBI akan berakibat pada naiknya ROA, sehingga profitabilitas perbankan konvensional meningkat. Begitupun variabel SBI terhadap ROA bank syariah mempunyai hubungan yang positif. Semakin besar nilai SBI akan berakibat pada naiknya ROA bank syariah, sehingga profitabilitas perbankan syariah meningkat. Variabel SBI mempuyai hubungan yang negatif terhadap LDR. Semakin besar nilai SBI akan berakibat pada turunnya LDR, sehingga likuiditas perbankan konvensional menurun. Begitupun variabel SBI berpengaruh negatif terhadap FDR bank syariah. Semakin besar nilai SBI akan berakibat pada turunnya FDR, sehingga likuiditas perbankan syariah menurun. 38 Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS digunakan sebagai proksi instrumen kebijakan moneter Islam. SBIS mempunyai pengaruh negatif terhadap NPL, semakin besar nilai SBIS akan mengakibatkan turunnya NPL sehingga Aktiva produktif bermasalah perbankan konvensional menurun. Begitupun variabel SBIS terhadap NPF bank syariah mempunyai hubungan yang positif, semakin besar nilai SBIS akan berakibat pada naiknya NPF bank syariah, sehingga aktiva produktif bermasalah perbankan syariah meningkat. Variabel SBIS mempunyai hubungan yang negatif terhadap ROA. Semakin besar nilai SBIS akan berakibat pada turunnya ROA, sehingga profitabilitas perbankan konvensional menurun. Begitupun variabel SBIS terhadap ROA bank syariah mempunyai hubungan yang negatif. Semakin besar nilai SBIS akan berakibat pada turunnya ROA bank syariah. Variabel SBIS mempunyai hubungan yang negatif terhadap LDR. Jadi jika nilai SBIS turun, maka LDR akan naik, sehingga likuiditas perbankan konvensional juga akan mengalami kenaikan. Sementara itu variabel SBIS juga berpengaruh negatif terhadap FDR bank syariah. Semakin tinggi nilai SBIS, maka semakin rendah FDR bank syariah, sehingga likuiditas perbankan syariah menurun. Untuk mengolah data dalam penelitian ini, akan dihitung dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dengan memasukan nilai dari masing-masing variabel. Setelah itu, data-data berformat Excel tersebut akan dikonversi ke program Eviews 5 untuk selanjutnya dilakukan pengujian persyaratan analisis yaitu uji asumsi klasik dan uji analisis regresi berganda dengan menggunakan metode OLS. 39

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap bank konvensional dan bank syariah secara keseluruhan yang ada di Indonesia sejak bulan Januari tahun 2007 sampai dengan bulan Desember tahun 2009 dengan menggunakan data bulanan. Kinerja dari bank konvensional dan bank syariah secara keseluruhan dilihat dari rasio keuangan yang dimilikinya. Rasio keuangan yang diteliti tersebut antara lain adalah rasio Kualitas Aktiva Produktif KAP yang diwakili oleh Non Performing Loan NPL atau Non Performing Financing NPF, rasio rentabilitas Earning yang diwakili oleh Return on Assets ROA, dan rasio likuiditas Liquidity yang diwakili oleh Loan to Deposit Ratio LDR atau Financing to Deposit Ratio FDR.

B. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang bukan didapatkan dari hasil usaha observasi yang dilakukan sendiri oleh peneliti, namun data sekunder diperoleh dari pihak lain yang telah mengolah data primer atau data yang paling pertama kali diperoleh dari suatu peristiwa sehingga menjadi bentuk data jadi yang tentunya data tersebut berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti atau biasanya disebut dengan studi kepustakaan. Studi kepustakaan yaitu 40 pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen Usman dan Akbar, 2003:54. Teknik analisis yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah menggunakan analisis kuantitatif. Dimana analisis kuantitatif adalah studi yang bertujuan untuk mencari uraian secara menyeluruh, teliti, dan komprehensif berdasarkan data empiris. Suatu permasalahan yang diselesaikan dengan pendekatan kuantitatif, seorang analis akan berkonsentrasi pada fakta kuantitatif atau data yang berhubungan dengan masalah dan selanjutnya membuat model matematik yang menjelaskan tujuan, hambatan dan lain-lain yang berhubungan dengan permasalahan Anderson, 1994:73. Langkah pertama untuk melihat seberapa besar pegaruh instrumen kebijakan moneter konvensional dan instrumen kebijakan moneter Islam terhadap kinerja bank umum konvensional dan bank umum syariah adalah mengambil data sekunder dari setiap viariabel-variabel yang ingin diteliti melalui sumber-sumber data yang terpercaya. Langkah selanjutnya adalah memasukan variabel-variabel yang sudah diperoleh tersebut ke dalam Software Microsoft Excel 2007 kemudian di konversi ke Eviews 5 untuk selanjutnya dilakukan pengujian persyaratan analisis yaitu uji asumsi klasik dan uji analisis regresi berganda dengan menggunakan metode OLS. Adapun data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 41 1. Non Performing Loan NPL atau Non Performing Financing NPF datanya diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia SPI dan Statistik Perbankan Syariah Islamic Banking Statistics yang diterbitkan oleh Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan dan Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia. 2. Return on Assets ROA datanya diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia SPI yang diterbitkan oleh Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, Bank Indonesia. 3. Loan to Deposit Ratio LDR atau Financing to Deposit Ratio FDR datanya diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia SPI dan Statistik Perbankan Syariah Islamic Banking Statistics yang diterbitkan oleh Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan dan Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia. 4. Sertifikat Bank Indonesia SBI datanya diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Indonesian Financial Statistics yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. 5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS datanya diperoleh dari Statistik Keuangan Perbankan Syariah Islamic Banking Statistics yang diterbitkan oleh Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia. 42

B. Metode Analisis

1. Analisis Regresi

Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga digunakan untuk mengukur ada tidaknya korelasi atau hubungan antar variabel. Istilah regresi yang berarti ramalan atau taksiran pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton pada tahun 1877, sehubungan dengan penelitiannya terhadap tinggi manusia. Garis yang menunjukkan hubungan tersebut disebut garis regresi. Analisis regresi lebih akurat dalam melakukan analisis korelasi, karena pada analisis itu kesulitan dalam menunjukkan slope tingkat perubahan suatu variabel terhadap variabel lainnya dapat ditentukan. Jadi, dengan analisis regresi, peramalan atau perkiraan nilai variabel terikat pada nilai variabel bebas lebih akurat pula Hasan, 1999:246. Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan regresi linear berganda dengan metode persamaan kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square OLS, yaitu persamaan matematik yang menyatakan hubungan antara sebuah variabel tak bebas variabel dependen dengan beberapa variabel bebas variabel independen. Wijaya, 2001:80. Persamaan garis regresi adalah suatu model persamaan garis yang menunjukkan kepekaan variabel bebas akan mempengaruhi variabel terikatnya. Persamaan untuk regresi berganda dalam penelitian ini dapat dinyatakan dalam persamaan garis sebagai berikut :