77
BAB V KOMPONEN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BATIK TULIS
KELAS XI DI SLB WIYATA DHARMA 1 SLEMAN
Seperti yang sudah dijelaskan oleh Rusman 2012: 119 bahwa pembelajaran merupakan sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi yang terdiri dari tujuan, sumber belajar, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Ditandai
dan juga ditandai dengan adanya seorang provider yaitu pendidik yang akan memberikan atau menyampaikan pengetahuan dan reciever yaitu peserta didik
yang akan menerima apa yang telah disampaikan berupa pengetahuan.
A. Pendidik
Guru keterampilan batik tulis adalah seorang lulusan ISI Insitut Seni Indonesi, Fakultas Seni Rupa dan Desain. Jurusan Program Studi Kriya pada
tahun 1992. Masuk kuliah pada tahun 1985 dan mengkuti minor batik selama empat semester. Mulai mengajar batik pada tahun 1995 sampai 2004 di SD Negeri
percobaan 1 Yogyakarta. Tahun 2005 mulai mengajar di SLB Wiyata Dharma 1 Sleman sampai sekarang dan mengajar anak tunarunggu untuk pembelajaran
keterampilan batik tulis, cap, dan jumputan. Keterampilan batik tulis diajarkan di kelas 7 SMPLB, kelas XI, dan XII SMALB.
Dari hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2015 ibu Dra Hartati mengatakan bahwa dalam mengajarkan pembelajaran keterampilan batik tulis
pada anak tunarungu hal yang paling penting adalah harus memahami bahasa
komunikasi anak tunarungu guna menyampaikan materi agar peserta didik tersebut dapat memahami pesan yang ingin disampaikannya. Selama kurang lebih
10 tahun ibu Dra Suhartati mengajar di SLB Wiyata Dharma 1 Sleman dan Ibu Hartati sudah paham betul terhadap kelemahan-kelamahan dalam mengajar batik
pada anak tunarunggu tapi ibu Suhartati mampu membuat mereka untuk berkarya lebih baik di balik semua kekurangan yang dimilik para peserta didiknya. Dengan
cara memberikan kebebasan pada peserta didiknya untuk mengembangkan motif batik yang akan dibuat dari berbagai macam benda yang dilihatnya. Selain itu ibu
Suhartati juga selalu telaten untuk memperhatikan anak didiknya ketika membatik.
Ibu Suhartati juga mengatakan bahwa ia selalu memantau langsung pembelajaran keterampilan batik tulis tanpa meninggalkannya saat kegiatan
pembelajaran keterampilan membatik berlangsung sampai selesai, alasanya adalah “karena mereka terkadang tidak paham untuk mematikan atau mengecilkan nyala
kompor ketika malamnya sudah terlalu panas ”. Dan karena mereka selalu
mengerjakan sesuatu dengan tergesa-gesa. Hasil wawancara 04 April 2015 Ketika ibu Suhartati ada kegiatan diluar dalam rangka DIKLAT dan tugas
di luar sekolah maka ibu Dra Suhartati akan memberikan tugas pada kelas XI untuk menggambar atau tugas lainnya, karena ibu Suhartati tidak bisa
membiarkan anak didiknya untuk melakukan praktek membatik tanpa bimbingan karena selalu khawatir terhadap keselamatan para peserta didiknya terkecuali ada
guru piket yang bisa mengantikanya untuk memantau peserta didik yang lagi melakukan praktek kegiatan pembelajaran keterampilan batik tulis sehingga akan
membahayakan keselamatannya. Ketika tidak ada guru pengganti maka ibu Suhartati akan memberikan tugas mengambar kepada peserta didiknya hal itu
dilakukan supaya peserta didiknya tidak bermain disaat jam belajar berlangsung.
B. Peserta Didik