Karakteristik Anak Tunarungu Tinjauan Anak Tunarungu

40

a. Karakteristik Anak Tunarungu

Pada dasarnya kemampuan intelektual anak tunarunggu sama seperti anak yang normal. Umumnya anak tunarungu mempunyai intelegensi rata-rata, akan tetapi karena perkembangannya intelegensi dipengaruhi perkembangan bahasa, anak tunarunggu cendrung mempunyai prestasi yang lebih rendah disebabkan oleh kesulitan dalam memahami bahasa dan kosakata. Untuk materi yang non verbal anak tunarunggu akan seimbang dengan anak yang mendengar. Rendahnya prestasi anak tunarunggu biasanya bukan berasal dari rendahnya intelektualnya, tetapi disebabkan oleh inteligensinya tidak mendapat kesempatan untuk berkembang dengan maksimal. Karena anak tunarunggu tidak bisa mendengar bahasa, dan kemampuan berbahasanya tidak akan berkembang bila ia tidak di didik atau dilatih secara khusus. Akibat dari ketidakmampuannya dibandingkan dengan anak yang normal dalam usia yang sama, maka perkembangnya jauh tertinggal. Beberapa karakteristik anak tunarungu menurut Somantri 2012: 98-99 adalah sebagai berikut: 1 Memiliki sikap menutup diri, agresif, dan memperlihatkan keragu-raguan disebabkan tekanan emosi karena kemiskinan bahasa dan pengaruh lingkungannya. 2 Bila ditegur dengan orang yang baru dikenal anak tunarungu biasanya resah dan gelisah. 3 Mempunyai sifat egosentris disebabkan oleh adanya hambatan dalam perkembangan sosialnya sehingga cenderung sendiri atau menyendiri. 41 4 Sering cemas, takut, bingung karena menghadapi lingkungan yang beraneka ragam. 5 Ketidakmampuan menerima rangsang pendengaran, kemiskinan berbahasa, ketidaktepatan emosi, keterbatasan inteligensi yang dihubungkan dengan sikap lingkungannya menyebabkan anak tunarungu memiliki sifat implusive. Berdasarkan pendapat tersebut maka untuk melakukan bimbingan kepada anak tunarungu perlu pemahaman yang lebih baik. Tidak semata-mata memberikan atau menyampaikan pemahaman yang baru meski pada umumnya kelainan tunarungu dianggap lebih ringan dari kelainan pada umumnya. Akan tetapi alangkah baiknya memahami karakter dari masing-masing peserta didik untuk memudahkan penyampaian pengetahuan agar dapat berlangsung timbal balik antara provider dan peserta didik tunarungu dengan baik.

b. Pembelajaran Anak Tunarungu