Juml ah
ru mahta
n g
g a
uni t
69
70.000.000 60.000.000
50.000.000 40.000.000
30.000.000 20.000.000
10.000.000 Jumlah rumah tangga
Jumlah rumah tangga dengan akses air layak -
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 Sumber: BPS diolah
Gambar 10 Perkembangan rumah tangga yang mempunyai akses air minum layak 2000-2010
Sebagai implementasi tanggung jawab penyediaan air bersih, pemerintah mendirikan Perusahaan Air Minum Daerah PDAM yang merupakan satu-
satunya lembaga ekonomi penyelenggara dan penyedia air bersih di Indonesia. Implikasinya, kinerja PDAM menjadi penting sebagai tolak ukur bagi
keberhasilan kebijakan air bersih. Pada tahun 2010, terdapat 402 unit PDAM di Indonesia, yang berarti belum semua kabupatenkota memiliki PDAM. Hal ini
diduga menjadi salah satu penyebab masih rendahnya cakupan PDAM, yaitu baru sekitar 24 persen. Alasan lainnya adalah masih rendahnya kualitas kinerja
perusahaan, karena dari 402 unit PDAM hanya sebanyak 103 perusahaan yang dinyatakan sebagai perusahaan sehat, adapun yang lainnya 115 kurang sehat, 119
tidak sehat, dan 65 belum dilakukan penilaian Perpamsi 2010. Gambar 11 menunjukkan bahwa volume air bersih yang disalurkan oleh
PDAM secara umum meningkat dua kali lipat, dari sekitar 1,15 juta m
3
pada tahun 1995 menjadi 2,44 juta m
3
pada tahun 2010. Hal ini diduga karena pertambahan jumlah pelanggan, berkurangnya kuantitas dan kualitas air tanah,
serta meningkatnya kesadaran penduduk akan pemenuhan air bersih.
V o
lumeairbersihm3
70
3.000.000 2.500.000
2.000.000 1.500.000
1.000.000 500.000
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 Sumber: BPS diolah
Gambar 11 Perkembangan volume air bersih yang disalurkan PDAM periode 2000-2010
Berdasarkan tingkat aksesibilitas air bersih yang diukur dari rasio volume air bersih yang disalurkan oleh PDAM terhadap jumlah penduduk menurut
kabupatenkota terlihat secara umum bahwa belum ada pemerataan akan akses air bersih di Indonesia Gambar 12. Jika menggunakan ukuran pemakaian volume
air minimal 60 liter per kapita per hari untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi, dan cuci pakaian, hanya terdapat 60 kabupatenkota yang PDAM
nya sudah mampu memberikan akses yang memadai bagi penduduknya. Rata- rata konsumsi air bersih per kapita dari PDAM tertinggi adalah Kota Jakarta
Pusat, yaitu mencapai 250 liter per kapita per hari, dan yang terendah adalah di Kabupaten Rokan Hulu, hanya 5 liter per kapita per hari.
N
Akses Air Bersih literpendudukhari 0 - 16.42
16.42 - 43.25 43.25 - 82.07
82.07 - 132.24 132.24 - 265.15
Sumber: BPS diolah
Gambar 12 Peta aksesibilitas air bersih menurut kabupatenkota tahun 2010
Wilayah Statistik Deskriptif
71
Jika dibandingkan antara wilayah, baik menurut administrasi maupun letak georgrafis, masih terdapat perbedaan akses air bersih PDAM oleh masyarakat.
Pada tahun 2010, rata-rata aksesibilitas air bersih kota enam kali lebih tinggi dibandingkan dengan aksesibilitas air bersih kabupaten, aksesibilitas air bersih
kota mencapai 32.171,89 liter per kapita per tahun, sedangkan aksesibilitas air bersih kabupaten hanya 5.475,75 liter per kapita per tahun. Begitu pun
aksesibilitas air bersih kabupatenkota di Jawa dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan aksesibilitas air bersih kabupatenkota di luar Jawa, yaitu masing-masing
16.673,30 liter per kapita per tahun dan 8.892,40 liter per kapita per tahun. Hasil uji beda rata-rata mendukung kesimpulan tersebut pada tingkat signifikansi 1
persen dan 10 persen Tabel 11. Tabel 11 Perbandingan akses air bersih kabupatenkota menurut wilayah
administrasi dan geografisnya tahun 2010
Uji beda rata-rata N
Mean Median
Std. Dev. t
p-value Kabupaten
399 5.475,75
3.742,46 6.274,67
-5,14 0,00
Kota 98
32.171,89 21.229,20
51.366,79 Luar jawa
379 8.892,40
4.215,33 14.956,30
-1,84 0,07
Jawa 118
16.673,30 5.952,11
45.071,36
Sumber: BPS diolah
4.2.3 Infrastruktur Listrik
Listrik merupakan salah satu energi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan produksi maupun konsumsi. Ketersediaan pasokan listrik merupakan
prasyarat bagi terselenggaranya kegiatan ekonomi karena hampir semua aktivitas masyarakat bergantung pada tenaga listrik. Ketersediaan listrik di suatu wilayah
juga menjadi daya tarik ekonomi, terutama bagi investor untuk melakukan usahanya.
Karena nilai strategis listrik, Undang-Undang mengenai Energi nomor 30 tahun 2007 pasal 11 ayat 4 pun telah mengatur bahwa pemerintah wajib
menugaskan badan usaha milik negara untuk menyediakan tenaga listrik. Oleh karenanya pemerintah mendirikan PT. Perusahaan Listrik Nasional PLN.
Undang-Undang Ketenagalistrikan
Nomor 30
tahun 2009
menyatakan bahwasanya
pembangunan ketenagalistrikan
ditujukan untuk
menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah yang cukup availability, kualitas yang
72 baik acceptability dan harga yang wajar affordability. Sehingga sebagian besar
kebutuhan listrik di Indonesia dipenuhi oleh PT. Perusahaan Listrik Negara Persero walaupun masih belum menjangkau seluruh wilayah nusantara karena
belum semua wilayah di Indonesia tersambung dalam jaringan PLN. Walaupun tugas penyediaan listrik masih tersentralisasi oleh PT. PLN, tetapi pemerintah
daerah dapat memengaruhinya melalui koordinasi sehingga pengadaan listrik di suatu wilayah bisa lebih cepat.
Berdasarkan rasio elektrifikasi yaitu rasio yang sudah menggunakan listrik PLN terhadap jumlah rumahtangga, pada tahun 2010 baru sekitar 67,2 persen
rumah tangga yang mempunyai akses listrik dari PLN Gambar 13. Hal ini sebagai salah satu indikasi bahwa Indonesia masih memiliki keterbatasan dalam
penyediaan listrik. Umumnya daerah-daerah tanpa listrik, masyarakat masih menggunakan minyak tanah untuk penerangan mereka. Apabila lokasi masyarakat
yang tidak memiliki akses ini jauh dari pusat perekonomian, maka, minyak tanah biasanya menjadi komoditas yang langka.
68,00 66,00
64,34 66,71
66,28 67,15 64,00
62,00 61,04
62,09 63,00
60,00 57,96
58,56 58,93 59,37
58,00 56,00
54,00 52,00
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 Sumber: BPS diolah
Gambar 13 Perkembangan rasio elektrifikasi listrik PLN periode 2000-2010 Peningkatan rasio elektrifikasi diatas sejalan dengan peningkatan akses
listrik PLN. Secara absolut pertumbuhan jumlah pelanggan PLN sejalan dengan pertumbuhan jumlah rumah tangga sebagaimana terlihat pada Gambar 14. Namun
dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun pelanggan PLN lebih cepat, yaitu sekitar dua kali dibandingkan pertumbuhan rumah tangga.
Ju ml
ahr u
mahta n
g g
a Ju
tauni t
Ju mla
h p
el anggan
P LN
ju ta
En er
gil ist
ri k
MW
73
70,00 60,00
50,00 40,00
30,00 20,00
10,00 0,00
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 Sumber: BPS diolah
Gambar 14 Perkembangan jumlah pelanggan PLN dan jumlah rumah tangga periode 2000-2010
Gambar 15 menunjukkan perkembangan jumlah listrik terjual oleh PLN dan jumlah pelanggan PLN. Pada tahun 2010 jumlah pelanggan PLN mencapai lebih
dari 42 juta pelanggan dengan jumlah energi terjual mencapai 147,3 juta MW. Dari gambar tersebut terlihat bahwa pertumbuhan jumlah listrik terjual lebih
tinggi daripada pertumbuhan jumlah pelanggan, dengan rata-rata pertumbuhan per tahun masing-masing sekitar 7 persen dan 5 persen. Kenaikan konsumsi listrik
untuk setiap pelanggan harus menjadi perhatian dengan meningkatkan jumlah pasokan listrik agar tidak terjadi krisis listrik. Krisis listrik ini yang menyebabkan
sering terjadinya pemadaman yang dikeluhkan oleh para pelanggan, terutama oleh para pelaku usaha karena merugikan secara ekonomi.
160.000.000 140.000.000
120.000.000 100.000.000
80.000.000 60.000.000
45 40
35 30
25 20
15 40.000.000
20.000.000 Jumlah Listrik MW
Jumlah Pelanggan juta 10
5 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: BPS diolah
Gambar 15 Perkembangan energi listrik terjual dan pelangga PT. PLN periode 2000-2010
Ener gi
li st
rik MW
74 Berdasarkan jenis pelanggan listrik PLN, rumah tangga merupakan
pelanggan terbanyak, yaitu pada tahun 2010 mencapai 92 persen atau lebih dari 37 juta pelanggan, disusul oleh pelanggan bisnis 5, sosial 2, serta industri
dan publik masing-masing kurang dari 1 persen. Jika dilihat berdasarkan jumlah energi terjual menurut jenis pelanggan, sejak tahun 2006 rumah tangga
merupakan pelanggan dengan konsumsi listrik terbanyak Gambar 16.
160.000.000 Sosial
Rumah Tangga 140.000.000
120.000.000 Bisnis
Industri Publik
100.000.000 80.000.000
60.000.000 40.000.000
20.000.000 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Sumber: BPS diolah
Gambar 16 Perkembangan energi listrik terjual menurut jenis pelanggan PT. PLN periode 2000-2009
Jumlah energi listrik terjual pada tahun 2010 sebesar 147,3 juta MW, meningkat 9,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kelompok pelanggan
industri mengkonsumsi 51,0 juta MW 35, rumah tangga 59,8 juta MW 41, bisnis 27,2 juta MW 18, dan lainnya sosial, gedung pemerintah dan
penerangan jalan umum 9,3 juta MW 6. Penjualan energi listrik untuk semua jenis kelompok pelanggan yaitu industri, rumah tangga, bisnis dan lainnya
mengalami peningkatan masing-masing sebesar 10 persen, 9 persen, 9 persen dan 8 persen.
Salah satu ukuran untuk menilai kualitas akses listrik adalah nilai rasio energi terjual oleh PLN terhadap jumlah penduduk atau rata-rata konsumsi listrik
per kapita. Berdasarkan nilai akses listrik PLN per kabupatenkota, rata-rata konsumsi listrik masih bervariasi antar kabupatenkota sebagaimana terlihat pada
Gambar 14. Rata-rata konsumsi listrik tertinggi di Kota Jakarta Barat, yaitu